12 Strong: Kisah Pasukan Rahasia Pembalas Tragedi 11 September
Namun, lantaran film ini bukan untuk konsumsi musim panas (yang artinya tidak diperuntukkan bagi usia anak), adegan perangnya pun dibuat serealistis mungkin. Tidak ada adegan-adegan slow motion dan ledakan super fantastis ala Michael Bay. Tidak ada juga adegan brutal layaknya perang di Hacksaw Ridge-nya Mel Gibson. Namun, aksi yang ditampilkan tetap bisa membuat penonton fokus pada layar dan ikut terbawa suasana.
Fuglsig seakan ingin menunjukkan juga bahwa sebuah film perang tidak melulu memiliki nuansa serius. Di 12 Strong ini, banyak momen komedi sesaat yang mampu mencairkan suasana tegang. Penempatannya juga tepat sehingga tidak mengacaukan tensi cerita yang sedang dibangun. Alhasil kita pun bisa tertawa lepas sebelum diajak untuk kembali tegang mengikuti adegan di layar.
Singkatnya, latar cerita di film ini terbilang baru dan menjadi penyegaran bagi para penggemar film bergenre aksi perang atau militer yang memunculkan kisah dari kejadian nyata. Bagi mereka yang memahami kisah unit-unit elite di militer AS, tentu bisa merasakan aura yang berbeda saat menonton film tersebut. Sebab terasa betul perbedaannya dengan film berlatar belakang Navy SEAL yang karakternya digambarkan berwatak “bad boy” serta tidak segan menggebuk apa pun yang menghalangi misi mereka.
Di sini, para personel Special Forces lebih memiliki sikap kalem, terbuka, dan ramah untuk mengajak militan lokal untuk bekerja sama melawan Taliban. Hal ini selaras dengan moto satuan elite yang dibentuk pada tahun 1952: “De Oppresso Liber” (Membebaskan Mereka yang Tertindas). Operasinya lebih berfokus pada upaya memenangi hati warga lokal, kemudian didayagunakan sebagai tenaga perang bersama atau mendukung kepentingan AS.
Secara keseluruhan, film ini memiliki penyajian alur pengembangan cukup variatif. Mulai dari karakter per individu, tim, hingga jalan cerita yang pada akhirnya memberikan gambaran tentang arti kepercayaan, pengorbanan, persaudaraan, dan tentu kepahlawanan, cukup meyakinkan penulis untuk memberikan nilai positif di film ini.
Ya, walau masih banyak film tema perang lain yang lebih baik dari ini, tapi 12 Strong layak untuk dijadikan pemuas bagi kita yang suka film aksi dan perang militer. Jajaran pemerannya solid, cerita menarik, dan aksinya lumayan.
Novianto
Judul: 12 Strong
Jenis Film : Action, Drama, History
Produser : Jerry Bruckheimer, Molly Smith, Thad Luckinbill
Sutradara : Nicolai Fuglsig
Penulis : Ted Tally, Peter Craig
Produksi : Lionsgate
Pemain: Chris Hemsworth, Michael Shannon, Michael Pena, Trevante Rhodes, Geoff Stults, Thad Luckinbill
Fakta.News Rating
3,5 dari 5 bintang
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: