Survei SMRC: Kini Elektabilitas Jokowi Kalahkan Prabowo di Jawa Barat
Jakarta – Lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) mengeluarkan rilisnya mengenai tingkat elektabilitas calon presiden jelang Pilpres 2019 untuk wilayah Jawa Barat. Survei tersebut dilakukan pada 27 September sampai 3 Oktober 2017 dengan responden 820 orang di Jabar. Adapun metode yang digunakan multi-stage random sampling dan margin of errorr 3,5 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat dukungan publik terhadap Presiden Joko Widodo di wilayah Jawa Barat meningkat. Di Jabar, elektabilitas Jokowi lebih tinggi dibanding Prabowo Subianto. Menurut Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan, pasca Pilpres 2014 lalu, kecenderungan dukungan untuk Jokowi terus menguat, baik dalam simulasi pertanyaan spontan maupun head to head dengan Prabowo. “Secara top of mind, jika pilpres digelar saat ini, responden di Jabar paling banyak menyebut nama Jokowi dengan 25,7 persen,” ujar Djayadi pada Kamis (2/11/2017.
Djayadi menambahkan, Sedangkan Prabowo Subianto mendapat 22,0 persen, Susilo Bambang Yudhoyono 1,3 persen, dan nama lainnya masih di bawah 1 persen. Sementara sisanya 45,5 persen responden tidak menyebutkan calon presiden yang akan dipilih. “Jokowi mendapatkan dukungan terbanyak, bersaing ketat dengan Prabowo dan nama-nama lain di bawah 2 persen,” kata Djayadi.
Berikut hasil top of mind pilihan calon presiden di Jabar:
1. Joko Widodo 25,7 persen
2. Prabowo Subianto 22,0 persen
3. Susilo Bambang Yudhoyono 1,3 persen
4. Ridwan Kamil 0,7 persen
5. Harry Tanoesoedibjo 0,6 persen
6. Agus Harimurti Yudhoyono 0,6 persen
7. Megawati Soekarnoputri 0,6 persen
8. Rizieq Shihab 0,5 persen
9. Gatot Nurmantyo 0,4 persen
10. Ahmad Heryawan 0,4 persen
11. Tri Rismaharini 0,2
12. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) 0,2 persen
13. Anies Baswedan 0,2 persen
14. Wiranto 0,1 persen
15. Susi Pudjiastuti 0,1 persen
16. Surya Paloh 0,1 persen
17. Rhoma Irama 0,1 persen
18. Mahfud MD 0,1 persen
19. M Yusril Ihza Mahendra 0,1 persen
20. Hutomo Mandala Putra 0,1 persen
21. Hidayat Nurwahid 0,1 persen
22. Cellica Nurrachadiana 0,1 persen
23. Tidak tahu/tidak jawab 45,5 persen
Sementara jika menggunakan simulasi dua nama, bilamana pilpres digelar hari ini, hasilnya menunjukkan Jokowi mengungguli Prabowo. Dengan raihan sebanyak 48,8 persen, responden memilih Jokowi sebagai presiden, yang berarti mengalami peningkatan dibanding hasil survei pada bulan mei lalu. Sedangkan sebanyak 43,5 persen responden memilih Prabowo, sisanya 7,7 persen menjawab tidak tahu. “Dukungan terhadap Jokowi mengalami peningkatan sekitar 7,5 persen, sedangkan Prabowo turun 8,5 persen dibandingkan dengan hasil survei pada Mei 2017 lalu,” kata Djayadi.
Hasil ini menurut Djayadi, berbeda jauh dengan survei-survei sebelum Pilpres 2014 yang menunjukkan dukungan terhadap Prabowo tinggi di Jabar. Dimana hasilnya pada waktu itu, suara Prabowo-Hatta Rajasa menang di bumi Pasundan tersebut.
Hal ini bisa dilihat pada hasil rekapitulasi suara Pilpres 2014 tingkat provinsi Jabar, pasangan Prabowo-Hatta unggul dengan perolehan suara 14.167.381 atau 59,78 persen. Sementara itu, pasangan Jokowi-JK mendapat suara 9.530.315 atau 40,22 persen.
Menurut Djayadi, apabila kecenderungan penguatan dukungan terhadap Jokowi terus berlanjut, maka peluang Jokowi unggul dalam Pilpres 2019 di Jabar semakin besar. Selain itu Djayadi memaparkan bahwa dukungan Jokowi dan Prabowo terpolarisasi. Dimana Jokowi unggul di kalangan pemilih Partai Nasdem, PKB, PDI Perjuangan, dan Golkar. Sementara Prabowo unggul di kalangan pemilih Partai Gerindra, PKS, Demokrat, PAN, PPP, dan Hanura.
“Jokowi sementara ini juga unggul di kalangan yang belum menentukan pilihan partai,” katanya.
Ping.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: