Sesumbar Apple Ternyata Tak Terbukti, Fitur Face ID di iPhone X Masih Bisa Dibobol
Jakarta –Kesombongan Apple soal fitur Face ID, rupanya menjadi tantangan bagi peretas alias pembobol di dunia maya. Sebelumnya, Apple mengklaim kemunculan fitur Face ID menjadi salah satu fitur keamanan yang tak akan mampu dibobol.
Sejak diluncurkan pada September lalu, Face ID menimbulkan banyak pertanyaan, terutama menyangkut aspek keamanan dan kemudahannya dibanding pemidai sidik jari konvensional.Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, Apple sempat merilis sebuah white paper berisi penjelasan mengenai cara kerja Face ID atau pemindai wajah.
Disebutkan, bahwa Face ID memindai dengan kamera “TrueDepth” yang menggunakan 30.000 titik infra merah dan gambar infra merah 2D untuk memetakan wajah pengguna.
Data ini, kemudian dipakai membuat serangkaian gambar 2D dan depth map yang dibubuhi digital signature dan disimpan di dalam Secure Enclave secara lokal di ponsel sebagai basis pencocokan wajah.
Untuk mengatasi adanya kemungkinan usaha mengecoh Face ID, Apple menerapkan sistem kedua yang khusus ditujukan untuk mengenali upaya spoofing.
“Tambahan neural network, dirancang untuk mengetahui dan melawan percobaan untuk membuka ponsel Anda dengan foto atau topeng,” ujar Apple.
Dengan teknologi yang dikembangkannya, Apple berani mengklaim bahwa sistem pertahanan anti-spoofing Face ID bakal tetap mengenai apakah yang di depannya sungguh wajah manusia atau hanya topeng.
Meski demikian, sistem pengenal Face ID disebutkan tetap mampu mengenali wajah pengguna asli biarpun memakai aksesori seperti topi, kacamata, atau menumbuhkan kumis atau jenggot.
Kepala pemasaran Apple Phil Schiller, sempat bercanda soal “kembaran jahat” yang bisa membuka Face ID. Hal tersebut ternyata merupakan masalah serius karena Apple mengakui Face ID bisa kesulitan membedakan pengguna apabila memiliki kembaran yang mirip.
“Kemungkinan iPhone X bisa dibuka lewat Face ID oleh seseorang yang diambil secara acak dari populasi adalah sekitar 1:1.000.000 (berbanding 1:50.000 untuk Touch ID),” tulis Apple.
“Statistiknya berbeda untuk orang kembar atau saudara yang memiliki wajah mirip dengan Anda,” lanjut Apple.
Begitu juga dengan anak. Apple mengatakan bahwa Face ID bisa kesulitan mengenali wajah orang yang berumur di bawah 13 tahun lantaran “ciri-ciri khas wajahnya belum berkembang secara penuh”.
Memang, mungkin tak banyak orangtua bakal memberikan iPhone X yang berharga mulai belasan juta rupiah ke anaknya. Tapi bisa saja perangkat tersebut dipinjamkan ke sang anak. Dalam kasus ini, Face ID aganya tak bisa berbuat banyak.
Saat pengguna kesulitan memakai Face ID untuk membuka kunci perangkat, Apple menyediakan cara untuk mematikan fitur tersebut dengan menekan tombol di samping untuk mematikan ponsel. iPhone X kemudian akan meminta passcode.
Bagaimana dengan penggunaan Face ID untuk pembayaran lewat Apple Pay? iPhone X akan meminta konfirmasi berupa klik dua kali di tombol sleep, supaya pengguna tidak melakukan transaksi secara tidak sengaja begitu ponsel mengenali wajah.
Masih banyak pertanyaan yang tersisa tentang Face ID. Misalnya saja, bagaimana cara iPhone X mengenali wajah pengguna dari macam-macam latar berlakang etnis. Jawabannya baru bisa diketahui secara pasti setelah iPhone X hadir di pasaran pada November ini.
Diakali dengan Topeng
Nah, tepat dua bulan seusai diluncurkan, dan sepekan usai dipasarkan secara resmi di seluruh dunia, peretas mulai berlomba-lomba membobol fitur keamanan unggulan Apple itu.
Bkav, firma keamanan asal Vietnam menjadi salah satu peretas yang berupaya menjajal keamanan Face ID. Berbekal sebuah topeng yang terbuat dari campuran berbahan plastik, silikon, make up, dan potongan kertas sederhana, Bkav membuat video demonstrasi aksi peretasan Face ID.
Hasilnya, topeng yang hanya menghabiskan biaya sekitar US$ 150 atau sekitar Rp2 juta terbukti sukses membobol sistem keamanan milik Apple itu.
“Apple membuat fitur ini, dengan tidak sesempurna yang dibayangkan. Terbukti bahwa fitur ini dapat diretas dengan alat-alat yang cukup sederhana. Hal ini merupakan tanda bahwa Face ID bukanlah fitur keamanan yang benar-benar aman,” imbuh Bkav dalam situs resminya.
Dalam video yang diungguh, tampak seorang staf awalnya berupaya membuka kunci iPhone X tanpa ada wajah yang tampak di depan layar ponsel. Hanya saja, ketika dicoba kembali dengan sebuah topeng berbahan plastik yang dipasang di atas dudukan ponsel, seketika kunci ponsel langsung terbuka.
Para peneliti mengatakan, spoofing atau teknik peretasan ilegal yang dilakukan oleh para peretas menggunakan topeng yang tergolong dasar; seperti hasil pemindaian digital wajah calon korban yang dicetak di atas kertas dan dipasang pada bingkai plastik model 3D.
Dihimpun dari Wired, dilihat dari metode yang digunakan, teknik peretasan ini bukan digunakan untuk meretas iPhone X milik sembarang orang; teknik ini mengincar peretasan iPhone X milik CEO perusahaan besar, presiden maupun tokoh penting lainnya.
“Target potensial, dari teknik peretasan ini bukanlah pengguna iPhone X biasa, melainkan miliarder, pemimpin perusahaan besar, pemimpin negara dan agen seperti agen FBI,” tegas Bkav dalam situs mereka.
Meski kebenaran ini masih diragukan karena Bkav tidak merilis secara detail tentang cara meretas fitur Face ID, namun perusahaan memberikan pernyataan lanjutan bahwa fitur Face ID ini tidak serumit yang dikira. “Kami hanya butuh membuat replikasi setengah wajah yang akan dibuat topeng. Teknik ini bahkan lebih mudah dari yang kami kira sebelumnya,” jelas Bkav.
Selain mencoba meretas iPhone X, pada 2009 lalu firma keamanan ini juga membobol aptop, seperti Lenovo, Toshiba dan Asus yang telah dibekali teknologi keamanan pengenalan wajah pada konferensi keamanan Black Hat.
M Riz
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: