Tradisi Unik ‘Perang Topat’ Memupuk Kebhinekaan di Lombok Barat
Lombok Barat – Kebhinekaan menjadi isu yang menghangat dalam beberapa tahun terakhir. Beragam retorika menjaga kebhinekaan menyeruak tajam dalam berbagai kegiatan.
Dari sebuah kecamatan di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), kebhinekaan bukan sekadar kata-kata, melainkan wujud nyata yang tergambar dalam setiap perilaku masyarakatnya.
Kecamatan Lingsar namanya. Berjarak hanya sekitar 7 Km dari Kota Mataram, masyarakat Lingsar memiliki tradisi unik bertajuk ‘Perang Topat’. Tradisi saling melemparkan ketupat berukuran mini antara umat Islam dan Hindu yang tersaji di Pura dan Kemaliq Lingsar telah berlangsung lama.
Tak sekadar saling lempar ketupat, beragam sajian tari mengiringi prosesi ini, mulai Tari Rudat, Tari Gendang Beleq, Tari Anjani, hingga Tari Perdamaian.
Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengatakan, perang topat merupakan tradisi yang terus dilestarikan. Menurut Fauzan, dalam tradisi ini terkandung empat pilar bangsa, seperti Pancasila, UUD, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. “Orang-orang bicara Pancasila, NKRI, dan UUD. Pada hari ini kita tak sekadar bicara, tapi memberi contoh kepada seluruh anak bangsa bahwa kita di tempat ini praktikan empat pilar tersebut,” ujar Fauzan di Pura Lingsar, Lombok Barat, NTB, Ahad (3/12).
Fauzan menjelaskan, perang topat merupakan perang yang dilakukan dengan penuh kegembiraan oleh dua unsur agama yakni Hindu dan Islam, dan dua suku antara Sasak dan Bali. Dalam sejarahnya, lanjut Fauzan, perang ini dibuat leluhur sebagai ajang menjaga budaya toleransi dan silaturahmi di antara kedua suku dan agama tersebut. “Konon dulu pada waktu orang Hindu mau datang ke Lombok, orang Islam di Lingsar sudah siap dengan segala senjata untuk menghalau orang Hindu, tapi karena kebijakan tokoh Islam di sini, tombak itu diminta diubah dengan topat, kemudian peperangan terjadi (perang topat),” lanjut Fauzan.
Fauzan menambahkan, Pura dan Kemaliq Lingsar menjadi simbol toleransi kerukunan umat beragama. Berbeda dengan pura-pura di Bali, pura di Lingsar ini terdapat sebuah kemaliq atau sebuah mushala yang menjadi tempat peribadatan umat Islam. “Kebhinekaan menjadi nafas masyarakat Lingsar, dan Lombok Barat semoga dapat ditularkan ke NTB dan Indonesia,” ucap Fauzan.
Menurut Fauzan setelah berperang, masyarakat kerap membawa topat sebagai penyubur tanaman di areal pertanian. Bagi Fauzan, topat tak semata menjadi penyubur tanaman, melainkan juga penyubur perdamaian di Bumi Lombok Barat. “Topat menjadi pupuk untuk benih-benih perdamaian dan kebhinekaan,” pungkas Fauzan.
Ping
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: