Pesepakbola Legendaris George Weah Jadi Presiden Terpilih Liberia
Monrovia – Mantan bintang sepak bola AC Milan, George Weah, akhirnya terpilih menjadi Presiden Liberia. Dari hasil perhitungan menunjukkan Weah mengungguli rivalnya, Joseph Boakai, dengan perolehan lebih dari 60 persen suara.
Para pendukung Weah pun segera turun ke jalan dan merayakan kemenangannya di jalan-jalan ibu kota Liberia, Monrovia. Kemenangan ini berarti membawa Weah menggantikan Ellen Johson Sirleaf, yaitu presiden perempuan pertama di Afrika.
“Warga Liberia, saya sungguh merasakan emosi di seluruh negeri,” ujar Weah lwat sebuah cuitan di Twitter setelah hasil pemungutan suara diumumkan. “Saya mengukur pentingnya tugas dan tanggung jawab besar yang saya emban hari ini. Perubahan akan terus berlangsung,” imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Jumat (29/12).
Seperti diketahui, Weah sempat menjadi bintang klub sepak bola Eropa papan atas, Paris St-German dan AC Milan. Ia kemudian melanjutkan kariernya di Inggris dan sempat bergabung di Chelsea dan Manchester City.
Weah pun merupakan pesepakbola Afrika satu-satunya yang pernah memenangkan Ballon D’Or dan Fifa World Player of the Year. Pria kelahiran 1 Oktober 1966 tersebut masuk ke dunia politik, setelah pensiun dari dunia sepak bola pada 2002. Sebelum terpilih menjadi presiden, Weah sempat menjadi senator parlemen Liberia.
Bulan Oktober lalu, Weah memenangkan putaran pertama pemilihan presiden dengan perolehan 38,4 persen suara. Sementara di posisi kedua ditempati oleh Boakai dengan 28,8 persen suara. Kegagalan kedua kandidat untuk mendapat suara mayoritas, membuat pemilihan putaran kedua (run-off) diadakan.
Setelah dilakukan pilpres putaran kedua, Komisi Pemilihan Umum (NEC) pada 28 Desember 2017 secara resmi mengumumkan bahwa dari 98,1 persen suara yang masuk, Weah memenangkan 61,5 persen suara. Sementara lebih dari dua juta orang berhak memberikan suaranya dalam Pilpres Liberia, sebuah negara dengan jumlah penduduk 4,6 juta jiwa.
Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: