Si Ahli Coding yang Hidup Nomaden
Jika pada masa 1960-an hingga 1970-an orang mengenal Telegram sebatas surat singkat dan kilat, kini Telegram dikenal sebagai aplikasi mesengger. Belakangan ini, Telegram memang tengah hangat dibicarakan. Puncaknya saat Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sempat memblokir situs web layanan pesan ini lantaran dinilai jadi alat komunikasi bagi kelompok terorisme. Namun setelah Menteri Kominfo Rudiantara bertemu dengan CEO Telegram Pavel Durov, Telegram kembali dibuka, meski dengan beberapa persyaratan.
Lantas, Siapakah Pavel Durov?
Jauh sebelum carut marut Telegram marak di Indonesia, pakar teknologi ini telah melalui bermacam rintangan. Telegram sendiri ia buat atas desakan pemerintah. Berkat kesuksesannya itu, tak sedikit yang lantas menjuluki Durov sebagai “Mr. Facebook”-nya Rusia.
Durov lahir 32 tahun yang lalu. Ia banyak menghabiskan masa kecil di Turin, Italia, lantaran mengikuti ayahnya yang bekerja di sana. Sejak kecil, Durov sudah belajar coding dan programming dari kakaknya, Nikolai Durov. Nikolai sendiri merupakan ahli matematika yang memiliki kemampuan jenius di bidang komputer. Jadi tak perlu heran bila di usia 11 tahun, Durov kecil sudah mampu membuat game versi dia sendiri.
Usai menamatkan pendidikan dasarnya di Italia, Durov lantas dikirim ke negara asalnya untuk melanjutkan studi di Academy Gymnasium di St. Petersburg, Rusia pada 2001. Setelah itu, pada 2006 ia masuk kuliah di Saint Petersburg State University dengan mengambil jurusan Filologi, ilmu kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik. Saat itulah ia mengembangkan minatnya di dunia pemrograman.
Disaksikan dosen-disennya, Durov mampu membuat aplikasi perpustakaan daring dan aplikasi jaringan sosial yang ia dedikasikan untuk kampusnya. Di tahun yang sama, Durov bersama kakaknya berhasil menciptakan media sosial pertama Rusia bernama VKontakte (VK). Dalam dua tahun saja, VK menjadi media sosial paling populer di Rusia, menyingkirkan Odnoklassniki.
Namun semua tidak berjalan lancar. Durov kerap mengalami penekanan dari Pemerintah Rusia karena dinilai memuat konten kritik terhadap pemerintah. Ia pun terpaksa memilih meninggalkan negaranya pada 2014. Berangkat dari pengalaman itulah Durov bersama kakaknya kemudian membuat aplikasi Telegram yang menekankan sisi privasi.
Tak ingin mengulangi kejadian serupa, Durov dan timnya lalu berkomitmen untuk menjaga kerahasiaan para pengguna Telegram. Seakan tidak peduli diblokir, Durov mengutamakan kepuasan pelanggan. Baginya, daripada mengkhianati kepercayaan para penggunanya, lebih baik warga di negara tersebut tidak bisa menggunakan aplikasi Telegram.
Durov yang begitu menyukai warna hitam–meski Telegram sendiri identik dengan warna biru–dinilai memiliki sikap murah hati karena membiayai sendiri pengembangan Telegram. Wajar bila kemudian Telegram tidak memungut biaya dalam penggunaannya. “Bila suatu saat mengalami kesulitan dana, mungkin saja kami bakal minta donasi dari para pengguna Telegram. Namun yang jelas, mencari keuntungan tidak akan pernah jadi tujuan Telegram,” demikian janji Durov.
Selentingan beredar, Durov tidak menyukai aplikasi Whatsapp. Menurutnya, pesan pendek WhatsApp memiliki kualitas buruk dan tidak bisa diandalkan. “Kalau ponsel Anda mati, pesan yang Anda kirim melalui WhatsApp secara otomatis tidak bisa Anda terima. Belum lagi, jumlah anggota di sebuah grup untuk chat juga sangat sedikit dan dibatasi,” ujar Durov.
Hidup Nomaden
Setelah tak lagi tinggal di Rusia, Durov memang memilih hidup nomaden dengan fasilitas AirBNB bersama beberapa programer-nya. Sempat juga ia memperoleh kewarganegaraan Saint Kitts dan Nevis, yakni negara Federasi dua pulau yang terletak di Kepulauan Leeward, Karibia. Meski demikian, hal itu tak menyurutkan niatnya untuk “menerbangkan pesawat kertas” Terlegram lebih tinggi lagi.
Pada Agustus 2014, Durov bahkan dinobatkan sebagai Pemimpin Eropa Utara yang paling menjanjikan di bawah usia 30. Tiga tahun berselang, Durov terpilih untuk bergabung bersama WEF Young Global Leaders, mewakili Finlandia.
Kunjungannya ke Indonesia saat menemui Menteri Rudiantara pun bukan kali pertama. Ia yang mengaku menyukai travelling keliling dunia juga pernah menjejakkan kaki di Raja Ampat. Menurutnya Indonesia memiliki banyak tempat yang menyenangkan untuk menyendiri.
Celebrity Net Worth pernah melansir kekayaan Durov saat ini telah mencapai 600 juta dolar atau sekitar Rp8 triliun. Hasil itu pun berdasarkan data 2016. Entah memang dasarnya ia berkarakter murah hati, Durov pernah menjadi perhatian kala menebarkan uang sebanyak 2 ribu dolar atau Rp19 juta lewat jendela kantornya dengan alasan ingin menciptakan keriaan di kota pada City Day.
Terlepas dari keputusannya meninggalkan Rusia, pria penyuka film Matrix ini memiliki sikap kerja keras yang bisa menjadi teladan kepada generasi pemuda, utamanya penggiat teknologi. Tekanan dan tantangan ia tunjukkan sebagai sebuah motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Bahwa kemudian Telegram juga digunakan orang-orang tak bertanggung jawab, Durov bergeming dan mengisyaratkan bahwa sesuatu yang suci sekalipun bisa dijadikan kedok oleh orang-orang jahat.
W. Novianto
BERITA
Tinggalkan Microsoft Demi Membangun Kampung Halaman
Sebenarnya, mimpi Muhammad Choirul Amri sudah tercapai ketika bekerja di Microsoft pada 2013 lalu. Tapi ia malah memutuskan keluar dari perusahaan itu untuk membangun kampung halamannya, Desa Kuniran, Ngawi, Jawa Timur.
Ya, hal ini spontan saja mengundang tanya dari banyak orang? Apa yang dipikirkan dia? Apalagi Microsoft adalah perusahaan global ternama.
Mengapa dirinya lebih memilih berjuang membuat kampungnya itu menjadi desa wisata?
Choirul tak sedang bercanda. Saking seriusnya, ia berencana untuk mengintegrasikan Embung Kuniran, Cagar Budaya Lumbung Padi, sanggar karawitan setempat, dan peternakan kambing.
Baca Juga:
- Pemuda Disabilitas Pendengaran yang Diminta Jokowi Jadi Staf Khusus Presiden
- Pembalap Jogja Hasil Didikan Valentino Rossi
- Penggerak Literasi dengan Aplikasi dan Taman Baca di Malang
Area-area tersebut dapat menjadi tujuan wisatawan lokal dan mancanegara untuk merasakan kehidupan asli desa Indonesia atau hanya sekadar berswafoto.
Kata dia, persoalan di kampungnya itu sebenarnya sederhana. Ia pun mengaku menemukan hal itu saat dirinya membantu budidaya lele.
Menurutnya, warga desa memiliki kemampuan untuk mengembangkan desa. Tetapi mereka tidak memiliki pendamping dan pengawas yang dapat memberikan masukan atas apa yang harus dilakukan.
Hingga akhirnya pada Oktober 2017, ia bersama warga membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis). Kelompok itu berkomitmen untuk memperbaharui tampilan Desa Kuniran.
Nah, salah satunya dengan membuat menara untuk swafoto di Embung Kuniran, salah satu aset utama desa tersebut.
Choirul Amri kaget. Warga ternyata antusias dan mampu mengumpulkan dana sendiri. Mereka juga membangun menara itu dengan keterampilan sendiri.
Choirul pun akhirnya resmi mendirikan Rumah Inspirasi Nusantara pada Januari 2018. Rumah tersebut merupakan wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat dan desa yang dilakukan di Ngawi.
BERITA
Penggerak Literasi dengan Aplikasi dan Taman Baca di Malang
Foto itu mungkin terpasang di salah satu dinding rumahnya. Foto saat dirinya diundang Presiden Joko Widodo untuk makan siang di Istana Negara. Momen itu pun jadi yang tak terlupakan bagi Santoso Mahargono, si pelopor GO READ.
Ya, kegigihannya dalam menggerakkan literasi membuahkan hasil. Pendiri sekaligus Ketua Forum Komunikasi Taman Baca Masyarakat Malang Raya ini mendapat apresiasi tinggi dari Presiden Jokowi.
Bahkan Santoso berkesempatan mengikuti sidang tahunan MPR dan DPR serta upacara bendera 17 Agustus di Istana Negara.
Baca Juga:
- Menyulap Pantai Serang Jadi Ladang Penghasilan Warga
- Pembalap Jogja Hasil Didikan Valentino Rossi
- Menyampaikan Suara Penyandang Difabel lewat Jalur Humor
Adapun soal undangan makan di Istana ia dapatkan setelah mengikuti pemilihan pustakawan berprestasi tingkat nasional. Saat itu, juara 1, 2 dan 3 diundang Presiden untuk makan siang bersama teladan-teladan lainnya, termasuk Paskibra dan Paduan Suara Gita Bahana.
Dalam gelatan yang digelar pada 9-19 Agustus di Jakarta, Santoso Mahargono mendapatkan juara II mewakili Provinsi Jawa Timur. Programnya membawanya terpilih mewakili Provinsi dengan menyisihkan 18 peserta lainnya.
Adapun program yang ia gagas adalah GO READ, layanan penyedia buku bagi masyarakat, utamanya yang berada di daerah pelosok Malang Raya. Kegigihannya di bidang literasi dihargai tinggi.
Sebelumnya, Santoso sendiri sudah mendapatkan penghargaan hingga diundang Mantan Gubernur Soekarwo yang dulu masih menjabat di Jatim.
BERITA
Pembalap Jogja Hasil Didikan Valentino Rossi
Pecinta balap motor boleh saja mengidolakan pembalap internasional macam Valentino Rossi. Namun Indonesia sebenarnya juga punya pembalap yang diidolakan. Dia adalah Galang Hendra Pratama.
Pebalap muda asal Yogyakarta ini digadang-gadang bisa mengharumkan Indonesia. Jalannya disebut-sebut tengah menuju ke sana.
Tanda-tandanya pun perlahan terlihat. Galang menjadi pebalap pertama Indonesia yang juara dalam salah satu seri Kejuaraan Dunia Supersport 300 (300-600 cc).
Tepatnya di Kejuaraan Balap Motor Dunia Superbike, yakni di Sirkuit Jerez, Spanyol, tahun lalu. Ia juga menang di Sirkuit Automotodrom Brno, Ceko, Juni tahun ini.
Baca Juga:
- Menyampaikan Suara Penyandang Difabel lewat Jalur Humor
- Menyulap Pantai Serang Jadi Ladang Penghasilan Warga
- Pemuda Disabilitas Pendengaran yang Diminta Jokowi Jadi Staf Khusus Presiden
Apresiasi pun berdatangan. Termasuk Muhammad Abidin, General Manager Divisi Pascapenjualan dan Departemen Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor MFG yang merupakan tim pendukung Galang di Superbike.
”Ini hasil luar biasa karena Galang bersaing dengan pebalap-pebalap terbaik dari negara yang memiliki sejarah balap motor yang kuat, seperti dari Eropa dan Amerika Serikat (AS),” katanya.
Perlu diketahui, Galang adalah pebalap Indonesia yang paling dekat dengan kejuaraan balap motor paling bergengsi di dunia, MotoGP.
Pasalnya, kini ia sedang berkiprah di Kejuaraan Dunia Supersport 300, kelas terendah dari empat kelas yang dipertandingkan Superbike.
Tiga kelas di atasnya ialah Kejuaraan Dunia Superbike, Supersport, dan Piala PIM Superstock 1000.
Kejuaraan Superbike tersebut memiliki popularitas yang hanya kalah dari MotoGP. Umumnya, pebalap yang sukses di Superbike akan beralih ke MotoGP.
Sebut saja seperti Colin Edwards (Amerika Serikat) dan Nicky Hayden (Amerika Serikat). Nah, Galang punya prestasi cukup gemilang di Superbike.