Ketika Tujuh Presiden Mengobrol Bersama
Jakarta – Ada yang menarik perhatian di Epiwalk Epicentrum Jakarta saat ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat sedang asyik berbincang-bincang dengan sejumlah orang. Salah satunya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang tak lain adalah Presiden ke-6 Republik Indonesia (RI).
Tunggu dulu. Ternyata tak cuma SBY saja. Di sebelahnya juga ada Megawati Soekarno Putri, Bacharuddin Jusuf Habibie, serta dua mantan presiden lainnya, yakni Abdurrahman Wahid dan Soeharto. Mereka semua berkumpul dan tertawa mendengarkan cerita dari Presiden pertama RI Soekarno.
Tentu ini bukan cerita nyata. Tetapi sebuah lukisan yang menggambarkan 7 Presiden RI yang tengah dipamerkan dengan display megah dan mewah. Tak cuma itu saja, sebanyak 72 lukisan tokoh Indonesia juga dipamerkan dalam pameran yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) bersama Rajata Kreatif Nusantara.
Adapun pameran yang masih berlangsung hingga 17 Agustus mendatang tak cuma dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-72. Tetapi juga persiapan yang dilakukan Uhamka yang hendak mendirikan museum.
Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dadang Kahmad mengatakan, rencana pembangunan museum yang tengah direncanakan Muhammadiyah ini nantinya akan tetap mempertahankan sejarah bangsa. “Lukisan tokoh-tokoh ini akan dapat mengisinya (museum). Kita rawat dan teladani perjuangan tokoh-tokoh kita, agar sejarah kejayaan bangsa tidak terputus pada antar-generasi kita,” ujarnya, Minggu (13/8).
Sementara itu, Rektor Uhamka, Prof. Dr. H. Suyatno menyebut Pameran bertajuk Lukisan “72 Tokoh Indonesia & 7 Presiden RI” ini sebagai salah satu cara dalam mensyukuri kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Kita kenang dan hargai tokoh-tokoh kita. Pahami dan teladani semangat perjuangan mereka, sehingga pemikiran dan darah yang dikorbankan untuk menggapai dan mengisi kemerdekaan tidak terserak sia-sia,” ujar Suyatno yang juga Ketua Forum Rektor Indonesia.
Lukisan “72 Tokoh Indonesia & 7 Presiden RI” seluruhnya merupakan karya Sohieb Toyaroja. Menariknya, setiap lukisan dilengkapi dengan kisah istimewa tokohnya, ditulis oleh Roso Daras, yang kemudian dikemas menjadi buku setebal 953 halaman yang diberi judul “Perjuangan Menjadi Indonesia Bukan Darah Sia-sia”. Dengan buku itu, lukisan “72 Tokoh Indonesia & 7 Presiden RI” terasa semakin ‘hidup’ dan seolah siap hadir untuk berbagi pengalaman tentang Indonesia.
Namun yang menyita perhatian pengunjung tetaplah lukisan berjudul “Obrolan 7 Presiden”, di mana Presiden RI pertama hingga ketujuh terlibat obrolan dalam suasana santai. Lukisan yang disebut sebagai masterpiece pameran ini berukuran 260 cm X 460 cm.
Pameran Lukisan “72 Tokoh Indonesia & 7 Presiden RI” menggunakan area seluas 1.800 meter persegi. Ketua Panitia, Ali Akbar berharap, tahun depan Sohieb Toyaroja dan Roso Daras dapat bersinergi lagi dalam karya lukis dan tulis dengan menampilkan 73 Tokoh Indonesia di luar 72 tokoh yang telah ditampilkan saat ini.
“Semoga berbagai kalangan dapat bersinergi untuk kepentingan bangsa. Saya ingin melihat jargon ‘negara harus hadir’ dapat dibuktikan oleh pemerintah untuk siapapun yang berpikir dan berkontribusi positif,” ujar pria yang juga produser musik dan penulis lagu-lagu Gong 2000 dan God Bless itu.
W. Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: