Connect with us

Penjelasan Pemerintah Bantah Daya Beli Melemah

Jakarta – Versi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, daya beli masyarakat kondisinya relatif stabil, tak mengalami kontraksi seperti yang disebut-sebut berbagai kalangan. Sampai saat ini, konsumsi rumah tangga masih cukup mampu meningkatkan ekonomi.

“Ada persepsi seolah-olah daya beli itu menurun, konsumsi melambat. Tetapi, pertumbuhan konsumsi per kelompok rumah tangga masih tumbuh, dan cukup tinggi,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Kamis 7 September 2017.

Bendahara negara ini tak memungkiri, geliat konsumsi rumah tangga pada 2015 mengalami kontraksi, dan pada akhirnya menyebabkan geliat ekonomi pada periode tersebut mengalami tekanan. Pada 2015, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,98 persen.

Pada tahun lalu, kondisi daya beli mengalami perbaikan yang cukup menggembirakan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, pertumbuhan konsumsi 40 persen keluarga termiskin pada periode tersebut mencapai 2-6,5 persen, dan kelompok keluarga menengah hampir menembus 10 persen.

“Makanya kita bisa lihat, ekonomi pada tahun 2016, bisa kembali pick up, dengan realisasi pertumbuhan di atas lima persen,” katanya.

Pemerintah optimistis konsumsi masyarakat akan terus membaik dan jadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan, berdasarkan data pergerakan konsumsi dalam empat tahun terakhir. Berdasar data, pemerintah membatah telah terjadi pelemahan daya beli di masyarakat.

“Dari perbandingan setiap tahun dalam 4 tahun terakhir, 2014 hingga 2017 sampai dengan bulan Maret lalu, menggambarkan laju pertumbuhan secara riil dari pengeluaran perkapita tahunan berdasarkan masing-masing kelompok,” papar Sri Mulyani.

Dalam paparan Menkeu, rumah tangga di Indonesia dibagi menjadi 10 kelompok dari yang paling rendah atau miskin hingga kelompok yang paling atas atau kaya. Desil (kelompok) paling rendah adalah desil nol  dan yang paling tinggi adalah desil 10.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dari tahun 2013 ke 2014, Sri Mulyani memaparkan, rata-rata yang tumbuh hampir 6% adalah untuk desil ke-4. Sedangkan desil berikutnya tumbuh sekitar 4%. Dan desil ke-9 dan ke-10 pertumbuhannya hampir zero alias tidak tumbuh konsumsinya.

Kemudian untuk potret konsumsi dari 2014 ke 2015, mulai dari desil ke-5 hingga desil ke-9 pertumbuhannya lebih rendah atau negatif. Ini yang bisa disebut bahwa daya beli masyarakat betul-betul tertekan, karena konsumsi tumbuh nyaris nol persen.

“Yang menggambarkan mengapa pada 2015 kita mengalami pertumbuhan di bawah 5 persen, yaitu 4,98 persen, karena kontribusi dari konsumsi adalah yang paling lemah,” ujar Sri Mulyani.

Sementara itu, lanjut Sri Mulyani, untuk pertumbuhan konsumsi dari 2015 ke 2016 menunjukkan desil yang paling rendah atau desil ke-0 sampai dengan desil ke-4 yaitu 40% rumah tangga termiskin, pertumbuhan konsumsinya antara 2% hingga 6,5%. Sedangkan kelompok menengah yaitu desil ke-4 hingga ke-9 pertumbuhannya luar biasa tinggi hampir mencapai 10%.

Meningkat dan Stabil

Lantas, bagaimana dengan tahun ini? Sri Mulyani mengatakan, konsumsi rumah tangga dari kelompok termiskin meningkat dibandingkan posisi tahun lalu. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang berasal dari kelompok menengah, meskipun lebih rendah, namun tetap dalam posisi yang cukup stabil.

“Konsumsi kalangan menengah masih tetap tinggi di angka delapan persen. Ada persepsi seolah-olah daya beli menurun,” ujarnya.

Padahal, menurut Sri Mulyani, bila diperhatikan pertumbuhan konsumsi per kelompok rumah tangga itu jelas-jelas masih menunjukkan pertumbuhannya, dan masih tumbuh tinggi. Namun, lanjutnya Sri Mulyani mengakui, untuk kelompok menengah memang mengalami perlambatan.

“Ini mereka mungkin terkena (dampak) kenaikan harga listrik yang 900 VA, itu dia mengalami pelemahan namun tidak dikatakan dia negatif. growth-nya masih ada di level sekitar 6-8 persen. Jadi ini adalah yang menggambarkan (pelemahan daya beli) yang ditanyakan (Anggota Komisi XI DPR) tadi,” tuturnya.

Akan tetapi, pertumbuhan konsumsi tahun ini diperkirakan masih akan bertahan tumbuh di level 5% seiring dengan terjadinya delfasi pada di paruh kedua tahun ini. Dan ke depannya atau untuk tahun 2018 diperkirakan konsumsi masih akan tumbuh lebih baik karena inflasi yang terkendali seiring dengan tidak ada kenaikan harga diatur pemerintah (administered price) dan harga pangan bergejolak (volatile food) yang terus dijaga.

Karena itulah, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun mengaku yakin, daya beli masyarakat hingga penghujung tahun tetap terjaga. Apalagi, deflasi yang terjadi pada Agustus 2017, diharapkan tidak menggerus daya beli masyarakat dalam beberapa bulan ke depan.

M Riz dan Fitriya (ipotnews)

 

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya