Connect with us

Garyanes, Gilang dan Sabil Pemenang 32° Art Award 2017

Para peraih penghargaan 32º Art Award 2017. Dari kiri: Garyanes Julius, Muhammad Sabil, Galih Anom.Komplotan Jakarta 32°C

Jakarta – Malam Penghargaan 32° Art Award 2017, Rabu (20/9) yang diselenggarakan Komplotan Jakarta 32°C telah memberikan penghargaan kepada 11 finalis, 5 honorable mention, dan 3 pemenang. 32° Art Award 2017 diiukuti oleh 1700 karya dan proyek seni.

Kriteria penilaian meliputi kompleksitas dan kebaruan dari segi gagasan artistik dan tematik, serta eksplorasi medium dan penguasaan teknik. Para finalis dan pemenang telah melalui proses seleksi yang ketat oleh para Dewan Juri yang terdiri dari Ade Darmawan (seniman dan programer seni), Agung Hujatnikajennong (kurator dan pendidik), Hikmat Darmawan (budayawan dan pengamat budaya populer), Aprina Murwanti (penggiat seni serat dan pendidik), dan Zinnia Sompie (penggiat desain grafis dan pendidik).

3 pemenang 32° Art Award 2017 

Pemenang tahun ini diumumkan oleh juri Ade Darmawan dan Aprina Murwanti. Karya para pemenang meraup semua voting dari kelima dewan juri. Mereka menunjukkan penjelajahan artistik terkuat dari masing-masing jenis karya, medium, dan generasi sekarang yang telah mengirimkan karyanya di 32° Art Award selama tiga bulan terakhir.

Pemenang ketiga, Muhammad Sabil, 23 tahun, “Sesuatu Diantara Masyarakat – Dihantui Kebutuhan”, seri lukisan tinta, 2017 (Bandung)

Baik dari ukuran hingga gaya lukisnya, karya  Muhammad Sabil memberikan daya pemikat emosional yang kuat melalui praktik seni rupa yang konvensional. Gagasannya relevan dengan isu sosial, serta dieksekusi dengan matang dan cermat, baik dari komposisi dan ketekunan teknis. Ia mengkritisi relasi jual-beli yang menghantui masyarakat dari perusahaan-perusahaan raksasa, dan mediumnya pun tidak menyeleweng dari idealisme ini – pilihan yang sederhana: tinta bak (tinta cina) di atas kertas. Setiap figur dan objek yang dilukiskan pada tiap seri kompak dengan judul dan keresahan yang ingin diartikulasikan senimannya, tidak ada bentuk yang “gratis” dalam seri lukisan berskala besar ini.

Dukungan yang diberikan kepada pemenang ketiga ini merupakan wujud keberpihakan pada praktik seni yang bersifat dasar, klasik maupun konvensional, juga merupakan pengingat bahwa dari praktik seni rupa seperti inilah semua generasi pernah belajar. Pemenang ketiga dengan hadiah 25 juta adalah:

734muhammad-sabil-h-sesuatu-diantara-masyarakat-dihantui-kebutuhan-display (1)

“Sesuatu Diantara Masyarakat – Dihantui Kebutuhan”, seri lukisan tinta, 180 x 280 cm, Muhammad Sabil, 2017.

Pemenang kedua, Gilang Anom, 20 tahun, “Sunscript”, seni lukis dan performans, 2015 (Bandung)

Gilang Anom merupakan seniman yang usianya masih belia, karyanya menunjukkan keberanian dan kejujuran untuk mewujudkan gagasan di luar arus utama. Eksperimentasi dengan menggabungkan seni performans dan seni lukis, imajinasi yang ditampilkan melalui unsur rupa oleh senimannya dieksekusi dengan sangat percaya diri: melukis motif-motif abstrak yang intuitif dengan terus-menerus pada bentangan kain dan kayu, serta menjadikan dirinya sebagai kanvas dan kuas juga.

Dukungan kepada juara dua ini diharapkan dapat membuka kemungkinan atas munculnya kebaruan, kejujuran dan keberanian dalam praktik seni eksperimental di masa depan. Dewan juri terkesan ketika mengetahui sang seniman adalah seorang otodidak. Pemenang kedua dengan hadiah 50 juta adalah:

647orcyworld-sunscript4

“Sunscript”, seni lukis dan performans, Gilang Anom, 2015.

Pemenang pertama, Garyanes Yulius, 23 tahun, “Sastra Lintas Rupa”, proyek seni, 2016 (Jakarta).

Pertanyaan juri ketika memutuskan sang juara adalah karya mana yang paling membutuhkan dukungan? Yang mana yang bisa mementingkan “kemaslahatan umat”? Proyek seni Garyanes Yulius menjawab pertanyaan tersebut. Bisa dikatakan, ini adalah proyek yang mulia, karena memiliki dampak sosial, budaya, dan kesejarahan yang besar. Dengan menjaring sesama seniman muda, proyek ini telah dan akan mengaungkan manfaat ilmu seni rupa dalam masyarakat. Hal penting yang juga mengesankan juri adalah adanya perancangan dan eksekusi proyek yang holistik, membuktikan bahwa proyek seni rupa dapat menjawab masalah dan tantangan zaman.

Ada praktik interdisiplin yang nyata dan berkualitas dari sastra, desain, seni rupa, sejarah, dan pengarsipan. Ia sukses dalam menghadirkan kembali keterbacaan yang hilang melalui seni rupa, dengan menggaet, mengambil inspirasi dan mempersembahkan karya-karyanya kepada sebuah institusi bersejarah yang kini mulai terbengkalai, yakni Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin di Taman Ismail Marzuki.

Dukungan yang diberikan diharapkan dapat menghadirkan keberlanjutan manfaat dan memperpanjang kesempatan untuk mengait rantai disiplin ilmu, seniman muda, serta narasi sejarah  lainnya. Pemenang pertama dengan hadiah 100 juta adalah:

 

foto_sastra-lintas-rupa

“Sastra Lintas Rupa”, proyek seni, Garyanes Yulius, 2016.

Pemenang-pemenang berusia sangat muda ini sesuai dengan semangat yang diusung Komplotan Jakarta 32 °C sejak didirikan pada 2004, Komplotan Jakarta 32 °C selalu berupaya melakukan scouting, mencari seniman-seniman muda baru yang mungkin tidak terjamah di arus-arus seni rupa lainnya, dan nurturing, mengemong dan memberikan tempat kepada seniman-seniman muda ini untuk terus bergiat dan menghadirkan karya-karyanya. 32° Art Award 2017 diharapkan dapat memicu semangat berkesenian pelaku-pelaku seni muda ke depannya. “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki anak muda,” begitulah kata Tan Malaka.

K.Rinaldi

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya