Connect with us

Ponpes Lirboyo Kediri: Pesantren yang Mengajarkan Kebencian, Bukan Pesantren Khas Indonesia

Pengurus Pusat GMKI saat berkunjung ke Ponpes Lirboyo (Foto: istimewa)

Kediri – “Negara ini adalah NKRI, bukan negara Islam. Maka NU ataupun Pondok Pesantren Lirboyo tidak akan menolak perbedaan yang ada di Indonesia. Perbedaan adalah sunatullah, fitrah. Dengan itu juga, seluruh umat beragama di Indonesia haruslah bersatu menciptakan kebaikan bersama,” ujar Ibrahim Ahmad Hafidz, cicit Alm KH. Abdul Karim, pendiri Pesantren Lirboyo, saat menerima rombongan GMKI pada hari Rabu, 4 Oktober 2017.

Gus Ibrahim yang ditemani para pengurus Ponpes menyampaikan keterbukaan dan sukacitanya atas kedatangan GMKI ke salah satu pondok pesantren ‘salafi’ yang saat ini memiliki 19 ribu santri. Pondok ini sendiri telah berdiri sejak 1910.

“Para santri yang mondok di sini berasal dari daerah di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua, bahkan ada juga dari luar negeri. Di sini mereka belajar memahami dan menghargai keberagaman. Di Lirboyo, para santri belajar tentang sejarah NU yang turut andil mendirikan Indonesia, sehingga para santri pasti berpikiran moderat dan toleran. Jika ada pesantren di luar sana yang justru mengajarkan sekat-sekat perbedaan dan kebencian, itu pasti bukan pesantren khas Indonesia,” kata Gus Ibrahim.

Selain berkeliling dan berinteraksi dengan para santri, GMKI dan Pengurus Pesantren berdialog tentang pesoalan kebangsaan serta isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).

“Kami tetap waspada dengan isu ini namun tidak akan mudah terpancing dengan gorengan elit. Apalagi satu-dua tahun ke depan adalah tahun politik, bisa jadi isu kebangkitan PKI ini juga hanya mainan kelompok tertentu. Karena agama sekarang ini sering digunakan oleh elit untuk kepentingan politik,” ujar Adibussholeh Anwar yang juga merupakan cicit dari KH. Abdul Karim.

Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI, Sahat Martin Philip Sinurat mengapresiasi komitmen Pesantren Lirboyo dalam menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Indonesiaan dan Pancasila. Apalagi para santri yang selesai dari Pesantren Lirboyo akan kembali ke daerahnya masing-masing di seluruh Indonesia.

“Kami berharap para pimpinan pesantren dapat terus memberikan didikan dan teladan kepada kami semua. Sehingga para santri, anggota-anggota GMKI, dan para pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya akan dapat bergotong-royong membangun Indonesia di masa depan,” ujar Sahat.

Sekretaris Umum GMKI, Alan Christian Singkali menambahkan, “apapun perkara yang mendera bangsa saat ini dan di masa depan, itu adalah tanggung jawab bersama. Karena negara ini adalah konsensus antara tokoh-tokoh pendiri negara, termasuk tokoh agama saat itu. Maka konsep Hubbul Wathon Minal Iman yang diyakini oleh sahabat NU boleh kami kaji sehingga menjadi nilai hidup yang perlu diejawantahkan di Indonesia”.

Pada kunjungan Parade Kebangsaan di Kediri, selain diterima oleh Pengurus Pondok Pesantren Lirboyo, rombongan GMKI juga disambut oleh Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kediri. Setelah menginap semalam di Ponpes, rombongan juga berziarah ke Makam Bung Karno di Blitar, kemudian melanjutkan kunjungan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

 

Ping.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya