Connect with us

Belanja Barang Turun karena Perubahan Pola Konsumsi

Jakarta – Empat juta lapangan kerja baru, kenaikan upah dan delapan kali pemangkasan suku bunga seharusnya mempunyai daya dorong yang besar untuk memicu belanja konsumen Indonesia. Tapi kenyataannya, malah semakin banyak konsumen yang mencengkeram erat dompetnya dan memarkir uangnya di bank, membingungkan para pembuat kebijakan dan ekonom.

“Semua faktor yang diperlukan untuk mendorong konsumsi sudah ada,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pekan lalu. “Ini sumgguh membingungkan,” imbuhnya, seperti dikutip Bloomberg(9/10).

Situasi tersebut juga menimbulkan dilema bagi BI, yang telah melonggarkan kebijakan moneternya secara agresif sejak tahun lalu. Pertumbuhan konsumsi pribadi tetap tidak terangkat jauh dari kisaran 5 persen. Sementara itu, peluang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut sudah tertutup, menghadapi pengetatan kebijakan moneter AS yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah lebih dalam.

Pengeluaran konsumen dan dunia usaha merupakan penggerak lebih dari setengah Produk Domestik Bruto Indonesia, sehingga pertumbuhan yang lamban tak ubahnya menarik rem tangan ketika mesin perekonomian yang sedang bergerak melaju.

-1x-1

Bloomberg

Golman Sachs Group Inc., menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada tahun ini sebgaian besar dimotori oleh belanja pemerintah yang lebih tinggi, sedangkan pertumbuhan konsumsi swasta dan penjualan ritel relatif mendatar.

“Masalahnya bukan pada daya beli, tapi pada keyakinan untuk membeli barang-barang tahan lama seperti mobil dan sepeda motor,” kata David Sumual, kepala ekonom PT Bank Central Asia, di Jakarta. “Mereka punya uang, tapi tidak mau membelanjakannya, terutama di kelompok berpendapatan menengah-atas,” David menambahkan.

Meskipun penyerapan tenaga kejra naik 3,9 persen, dan rata-rata upah bulanan meningkat 24 persen dibanding periode lalu, angka penjualan ritel tetap tumbuh di bawah double digit, seperti terjadai pada tahun lalu. Inflasi juga reltif terkendali, turun 3,7 persen pada Sptember lalu.

Data BI menunjukkan, penjualan alat-alat rumah tangga, seperti barang elektronik dan furnitur, pada Agustus mengalami kontraksi , memasuki bulan kelima berturut-turut. Anjlok 8 persen dibanding tahunj lalu.

Meskipun keyakinan konsumen pada September lalu hampir mencapai level tertinggi tahun ini, para peritel tetap menderita. Hingga pertengahan tahun lalu, PT Matahari Putra Prima Tbk., gurita peritel terbesar di Indonesia membukukan kerugian Rp170 riliun. Penjualan operator departement storePT Ramayana Lestari Sentosa Tbk., hingga Juli lalu melorot 0,50 persen,anjlok dibanding periode yang tahun lalu yang meningkat 6,9 persen.

Hasil pengamatan tim yang ditugaskan untuk mempelajari pola konsumsi pada berbagai kelopmok pendapatan, menemukan adanya masalah pada kelompok pendapatan menengah dan tinggi.

Salah satu penyebab rendahnya belanja kelompok tersebut adalah upaya pemerintah untuk menggenjot penerimaan pajak. Pemerintah berhasil mengumpulkan penerimaan lebih dari US$11 miliar dari pembayaran penalti dalam program amnesti pajak yang berakhir tahun ini. Penalti tersebut memberi kesempatan kepada wajib pajak untuk mengungkapkan asetnya yang sebelumnya tidak diungkapkan kepada otoritas pajak.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerapan peraturan pajak, dinilai telah mempengaruhi pola konsumsi konsumen. Menurut Anton Gunawan, kepala ekonom PT Bank Mandiri Tbk., sejumlah langkah kantor pajak, “ terlihat sangat agresif,” meskipun tidak bermaksud untuk menyita aset wajib pajak.

“Tapi impresi itulah yang muncul di benak banyak orang,” ujarnya. “Kondisi tersebut bisa berdampak pada belanja sebagian orang.”

“Tarif listrik yang lebih tinggi dan penundaan pencairan bonus pegawai negeri juga bisa berdampak pada dompet konsumen,” sambung David dari BCA.

-1x-1 (1)

Bloomberg

Pola belanja generasi mileneal, sedikit banyak juga ikut berpengaruh pada penjualan barang ritel. Generasi yang sebagian besar berusia muda dan melek internet itu, cenderung mengalami perubahan pola konsumsi dibanding generasi sebelumnya, ketika pendapatannya meningkat. Mereka cenderung lebih sedikit berbelanja barang tahan lama, seperti furnitur atau peralatan elektronika, tapi lebih banyak mengeluarkan uang untuk menambah pengalaman seusai preferensi gaya hidup masing-masing, mislnya; menjelajah kawasan-kawasan baru, mengicipi berbagai jenis kuliner dan lain sebagainya.

“Generasi milenial, tidak terlalu peduli dengan koleksi pakain mereka,” kata Sri Mulyani. “Mungkin mereka cuma punya beberapa potong pakaian, entahlah. Tetapi mereka tidak banyak belanja barang,” ujarnya.  (Bloomberg/kk)

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya