Connect with us

Strategi Budaya Mendorong Indonesia Lebih Bermartabat

Yogyakarta – Kebudayaan nasional saat ini sedang mendapat tantangan besar, berhadapan dengan kebudayaan global tanpa batas yang membawa arus internasionalisasi ideologi, agama dan teknologi.

Situasi  ini harus disikapi dengan berbagai kebijakan oleh pemerintahan Jokowi – JK dengan membuka ruang dialog budaya untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Hal ini juga mendorong berbagai para akademisi, aktivis sosial budaya, penggerak HAM, agamawan, seniman dan budayawan bersama-sama menginventarisasi dan  mengolah berbagai permasalahan untuk kemudian dihasilkan usulan pemecahan masalah dan rekomendasi di bidang kebudayaan. Ada tiga aspek yang dibahas yakni aspek alam dan tata nilai (mentifact), relasi sosial-politik dan ekonomi (sociofact) serta produksi seni dan teknologi (artefact).

Tokoh bangsa Prof Dr Ahmad Syafii Maarif mengatakan, pendidikan politik di Indonesia belum berhasil mencetak negarawan-negarawan tangguh yang berkarakter petarung, punya visi jauh kedepan serta mencintai tanah airnya. Pendidikan politik saat ini masih sebatas menghasilkan politisi-politisi yang memiliki visi yang sangat dangkal (hanya berorientasi kekuasaan 5 tahunan) dan transaksional. Demikian diungkapkan Buya Syafii saat menyampaikan orasi dalam Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) ‘Bisikan dari Jogja, Refleksi, Evaluasi dan Rekomendasi Bidang Kebudayaan Tiga Tahun Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla’ di Ballroom Jogjakarta Plaza Hotel, Sabtu (21/10/2017).

Gerakan Revolusi Mental yang gulirkan Presiden Joko Widodo, belum sesuai yang diharapankan, karena masih banyak yang bermental ‘meminta-minta’ sehingga hanya menjadi alat para pengusaha (investor). “Mental manusia Indonesia belum menjadi manusia yang merdeka, sehingga perlu kerja keras terutama reformasi birokrasi,” katanya.

Satu langkah yang bisa dipikirkan, kata Syafii, bangsa Indonesia harus mulai berbenah diri dengan melakukan perubahan cara berpikir, sikap dan perilaku. Misalnya mengubah perilaku politik dari yang kurang bermartabat menjadi lebih mengedepankan etika yang menghargai hak dan kewajiban setiap warga negara. Atau dengan memilih seni sebagai sarana kritik terhadap pemerintah, yang lebih santun dan tanpa konfrontatif. “Perlu disusun strategi kebudayaan untuk mendorong Indonesia yang semakin bermartabat,” katanya.

Di lain kesempatan, sastrawan sekaligus sosiolog Dr Ignas Kleden mennyatakan kebudayaan dalam kritik kebudayaan mempunyai makna ganda yaitu kebudayaan sebagai objek kritik dan kebudayaan sebagai sarana kritik. Menurutnya, sebagai sarana kritik, kebudayaan menjadi insturmen untuk melakukan kritik terhadap berbagai objek dan bidang, seperti iptek, politik dan ekonomi.

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya