SMRC: Capres yang Punya Tren Selalu Unggul Sulit Dikalahkan
Jakarta – Lembaga penelitian Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengatakan capres yang memiliki tren selalu unggul akan sulit dikalahkan pada hari pemilihan. Sementara dari berbagai survei, elektabilitas Joko Widodo selalu lebih unggul dibanding Prabowo Subianto.
“Dari pengalaman tiga kali Pilpres, calon yang trennya unggul terus sulit dikalahkan pada hari H,” kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan dalam pemaparan hasil survei bertajuk Tren Elektabilitas Capres: Pengalaman Menjelang Hari H (2004-2019), di Jakarta, Minggu (7/10).
Ia lalu mencontohkan hal tersebut dialami Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono yang kembali dipilih pada Pilpres 2009. Saat itu tren elektabilitasnya selalu unggul sejak jauh hari.
Baca Juga:
- Hasil Survei Saiful Mujani: 73,4% Responden Puas dengan Kinerja Jokowi
- Tak Seperti Pilpres 2014, Tim Jokowi Ingin Menang Rekonsiliatif
- Kubu Jokowi Ingin Bertemu dengan Kubu Prabowo untuk Cegah Hoaks Beredar
Begitu pula sebaliknya. Menurut SMRC, petahana akan bisa kalah bila trennya selalu kalah sejak awal.
Sebagai perbandingan, kata dia, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai petahana, tak menang pada Pilpres 2004 karena trennya sudah kalah dalam beberapa bulan menjelang hari pemilihan.
Sementara itu untuk Presiden Jokowi selaku petahana dalam Pilpres 2019, dia menilai bahwa dirinya berada dalam tren selalu unggul dan menguat dibandingkan capres Prabowo Subianto. Itu pun terjadi di survei-survei lain.
Dalam survei SMRC yang dilakukan 7-14 September 2018 terhadap 1.220 responden, dalam simulasi dua nama capres yakni Jokowi dan Prabowo, sebanyak 60,2 persen responden memilih Jokowi. Sedangkan 28 persen memilih Prabowo. Dan responden tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 11,1 persen.
Ketika disodorkan dua pasangan nama capres-cawapres (Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga) Jokowi tetap unggul dengan elektabilitas 60,4 persen mengalahkan Prabowo yang memperoleh 29,8 persen.
Djayadi Hanan mengatakan Jokowi sejatinya pernah mengalami penurunan elektabilitas pasca-terjadinya peristiwa kerusuhan di Mako Brimob, dan bom di Surabaya Mei 2018 silam, karena ada kecemasan publik atas kondisi keamanan. Namun kecemasan itu bisa cepat diatasi.
Lalu soal ekonomi, Jokowi juga sempat mengalami penurunan sedikit. Namun lagi-lagi hal itu kembali teratasi lantaran masih bisa terkendali.
Sebab, dibanding negara lain yang juga mengalami imbas gejolak perekonomian global, Indonesia dinilai masih mampu mengendalikannya.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: