Korban Bencana Sulawesi Tengah Butuh Bantuan Psikis
Jakarta – Tak bisa dipungkiri, banyak korban bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah yang mengalami guncangan trauma. Maka dari itu, tak cuma bantuan fisik, bantuan psikis pun sangat dibutuhkan.
Seperti sudah diberitakan, potret kepanikan masyarakat yang terkena bencana memang telah memanggil hati banyak orang. Namun yang perlu diketahui mereka pun kini berada dalam kondisi traumatik.
Apalagi bila melihat daya rusak akibat gempa dan tsunami Jumat (28/9) lalu. Ditambah lagi dengan adanya fenomena pergeseran tanah yang terbilang jarang terjadi di Indonesia.
Bagaimana tidak, bencana telah meluluhlantakkan penduduk serta seluruh bangunan, hewan, dan apapun yang ada di atasnya. Banyak saudara mereka juga ikut terbawa ambles dan terkubur.
Baca Juga:
- Penyaluran Bantuan Korban Gempa dan Tsunami Harus Merata
- Rekonstruksi Pasca Gempa, Ini Rekomendasi Badan Geologi
- Relawan Pertamina Bantu Evakuasi Korban Gempa Tsunami Sulteng
Likuifasi, begitu kalangan akademisi menyebutnya, benar-benar memberi pukulan yang masih sulit dipercaya lantaran cepat datangnya. Sampai-sampai ada yang menyebutnya “ditelan bumi”.
Rekaman demi rekaman yang terjadi di pemukiman padat penduduk Kelurahan Balaroa (Kecamatan Palu Barat) dan Kelurahan Petobo (Kecamatan Palu Selan) di Kota Palu sudah menggerakan masyarakat. Apalagi dengan kejadian yang menimpa Desa Jono Oge di Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
Hingga kini, ribuan orang terpaksa mengungsi. Data terakhir dari Posko Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Sulteng pada Selasa pagi ini menyebutkan masih sekitar 74 ribu orang mengungsi.
Hingga kini pula mereka masih bingung mau berbuat apa. Belum usai duka kehilangan sanak keluarga, mereka harus menerima kenyataan lenyapnya harta benda dan surat-surat berharga.
Jelas sudah, masyarakat Suteng pun butuh bantuan psikis di samping bantuan lainnya. Selain lapar dan haus, mereka membutuhkan ketenangan selepas guncangan kejiwaan yang mendera.
Terlebih bagi anak-anak. Mereka terpaksa tinggal di tenda-tenda pengungsian. Tak bisa belajar, bermain, apalagi sekolah.
Salah satu bantuan psikis coba diberikan Palang Merah Indonesia. Mereka memberikan pemulihan hubungan keluarga (restoring family link) dan melaksanakan Program Dukungan Psikososial (Psikososial Support Program/PSP).
Para sukarelawan masuk ke desa-desa seperti Desa Sibado, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala. Di sinilah sedikitnya ada 500 kepala keluarga yang menempati pengungsian.
Bahkan tidak sedikit di kampung ini yang sebagian warganya masih bertahan di pegunungan akibat trauma kembali ke rumah masing masing.
Sukarelawan, saat ini menjadi sosok yang dibutuhkan. Setidaknya merekalah yang bisa memberikan keceriaan. Hal-hal sederhana seperti menggambar, mewarnai, bernyanyi, sampai mengucapkan shalawat bersama punya peran penting.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: