Inspirator Para Petani Organik Muda
Dua tahun lalu, Maya Skolastika Boleng mendapat penghargaan Duta Petani Muda Pilihan Oxfam Indonesia. Jebolan Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya ini diapresiasi lantaran mengabdikan diri untuk petani.
Ya, Maya tak pernah merasa menyesal memilih jalur petani. Bahkan ia getol mengedukasi anak muda lainnya untuk mengikuti jejaknya jadi petani.
Salah satu contohnya pada Februari lalu. Maya berbagi pengalaman pada 200 anak muda di Kota Kupang. Ia bercerita bagaimana dirinya terlibat dalam pertanian organik di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur pada 2008.
Dalam ceritanya, petani sebenarnya sudah jadi mimpinya sejak kecil. Namun karena orangtuanya tak setuju, ia mengambil Sastra Inggris.
Entah apa memang sudah takdir, di semester V, ia dapat pelajaran tentang pertanian organik. Dari situ, ketertarikan saya untuk bertani kian besar,” katanya.
Baca Juga:
- Komisi XI DPR, Mendorong BI Melatih Petani Agar Bankable
- Komisi V DPR RI Siap Membantu Petani Terdampak Proyek Pelabuhan Patimban
- Sekarang Petani Dimudahkan Bertemu Investor dengan Bantuan Aplikasi Crowde
Semester berikutnya, Maya mulai merealisasikan keinginannya terjun ke dunia pertanian organik. Sambil kuliah, ia bekerja sebagai petani di lahan kering.
Sebagai awal usahanya, ia menyewa lahan warga seluas 3.000 meter persegi di Pacet, Mojokerto. Maya pun menetap di Desa Trawes.
Di awal, ada 10 anak muda yang ingin bergabung dengan pertanian organik Maya. Ada yang SD, SMA, bahkan ada juga yang seorang sarjana. Maya merasa beruntung lantaran kesepuluh anak muda ini punya semangat yang sama mengembangkan pertanian organik.
Namun semua tak semudah yang dibayangkan. Sebab Maya sebenarnya tak tahu sama sekali cara bertani dan tak paham bisnis pertanian. Ia pun intens mempelajarinya dari internet.
Hingga akhirnya upaya belajarnya tak sia-sia. Tepatnya pada 2009, Maya dan kelompok tani mudanya sudah mampu memproduksi sayur mayur, buah, dan bumbu organik berkualitas baik. Bahkan bisa tembuh ke tujuh supermarket di Surabaya.
Sayangnya, di saat permintaan terus meningkat, mereka malah terbentur dengan keterbatasan dana. Maya salah dalam menerapkan strategi bisnis usahanya.
Sempat merasa kecewa, Maya banting setir dan pergi ke Denpasar. Ia bekerja di salah satu perusahaan biro perjalanan dan wisata. Tapi ternyata ia cuma bisa bertahan enam bulan karena tak betah.
Dengan tekad yang sudah tidur cukup lama, Maya kembali pertanian organik. Tak tanggung-tanggung, bekal kesalahannya dulu ia merintis usahanya di lahan seluas 3.000 meter persegi.
Maya, yang kembali didampingi petani mudanya, kali ini lebih fokus pada pertanian ini. Bahkan menjadikannya pekerjaan tetap, tidak seperti sebelumnya.
Setahun, pertanian organik itu berkibar lagi. Tahun 2013, jika tadinya cuma merambah supermarket, mereka mulai memasok sayuran mayur, buah-buahan, dan bumbu dapur organik ke hotel-hotel.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: