Mile 22: Ketika Aktor Indonesia Jadi Pemeran Utama di Film Hollywood
Keterlibatan aktor Indonesia dalam film Hollywood memang bukan pertama kalinya. Namun sebagai pemeran utama, Iko Uwasi jadi yang pertama. Film Mile 22 sekaligus jadi bukti kualitas aktor nasional di kancah internasional.
Film ini bercerita tentang unit taktis elite Overwatch pimpinan James Silva (Mark Wahlberg) yang beroperasi di atas hukum untuk menjaga keamanan Amerika. Mereka punya misi terbaru untuk mengangkut pencari suaka yang juga aset intelijen asing dengan informasi penting bernama Li Noor (Iko Uwais).
Baca Juga:
- The Meg: Visual Efek yang Menegangkan Tapi Tak Masuk Akal
- Sebelum Iblis Menjemput: Bukan Seram Lagi, Ini Sih Mimpi Buruk
- Mission Impossible Fallout: Tom Cruise Belum Habis
Premis ini sebenarnya sudah cukup kuat. Demi menyimpan kejutan, cerita pun disuguhkan dengan alur maju mundur.
Nah, untuk poin misterius, film ini sudah bisa dibilang berhasil. Malah saking misteriusnya, penonton bisa sampai lupa karena terlalu lama menunggu dan menebak-nebak kelanjutan cerita.
Langkah yang cerdas bagi sutradara Peter Berg karena alur cerita yang unik. Namun, alih-alih membuat penonton penasaran, film sebenarnya jadi terasa membosankan.
Terlalu lama memang bukan berarti buruk, hanya saja momen untuk dibilang bagus jadi hilang. Jangan-jangan, sutradara dari awal memang tidak menawarkan sisi cerita yang menarik.
Bagi banyak kritikus, Peter Berg seperti hanya fokus pada sosok aktor Iko Uwais. Padahal di sana ada Wahlberg juga.
Saking mengangkat Iko, di film Mile 22 ini pun terdapat penggunaan bahasa Indonesia. Peter rupanya memang sengaja menarik hati penonton Indonesia. Sebab sangat jarang ada film Hollywood yang menggunakan bahasa Indonesia dengan porsi yang cukup banyak.
Istimewa sekaligus ganjil. Ya, pasalnya, Mile 22 diceritakan berlatar di Asia Selatan dengan sebagian besar cameo-nya berwajah ras Mongolid, bukan wajah Indonesia. Ganjilnya lagi, ketika terdapat backsound dari pasukan polisi yang berbahasa Indonesia.
Tapi wajah-wajah para polisinya bukan wajah Indonesia dan bukan berada di Asia Selatan pula. Satu catatan minus untuk penyeleksi casting.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: