Partisipasi Warga Mencoblos di Jateng Capai 64,64%, Generasi Milenial Berperan Besar
Semarang – Survei Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan tingkat partisipasi warga yang memilih di Jawa Tengah mencapai 64,64%.
Capaian pada Pilkada Jateng 2018 ini diklaim meningkat signifikan dibanding Pilkada Jaten 2013 lalu. Lima tahun lalu, tingkat partisipasi warga yang memilih hanya 55,73%.
Angka ini diungkapkan Direktur LSKP LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono, di Semarang, Rabu (27/6) sore. Ia juga memaparkan hasil quick count Pilkada Jateng untuk sementara.
“Partisipasi pemilih warga Jawa Tengah sebanyak 64,64%. Yang tidak gunakan hak pilih sebanyak 35,4%,” katanya.
Baca Juga:
- Keluarga Presiden Jokowi Mencoblos di TPS 23 Solo dalam Pilkada Jawa Tengah 2018
- Ridwan Kamil Siap Dukung Jokowi Usai Unggul Quick Count
- Selepas Menemani Wali Kota Surabaya Gunakan Hak Pilih, Mbak Puti Rayakan Ultah Bersama Gus Ipul
Peningkatan partisipasi warga Jawa Tengah, menurut Sunarto, memang cukup tinggi. Ia menyebut kenaikannya bahkan mencapai 8% dari pemilihan gubernur sebelumnya.
“Kenaikan 8% ini menujukkan antusiasme masyarakat Jawa Tengah yang cukup tinggi,” katanya.
Dalam paparannya, ia menilai meningkatnya antusiasme warga karena pesatnya perkembangan teknologi. Ia lantas menyoroti pemilih dari generasi milenial yang memang bertumbuh signifikan.
Jika sebelumnya, pemilih milenial masih banyak yang enggan menggunakan hak pilihnya, tahun ini banyak pemilih yang rata-rata usianya masih muda.
Peran Media Sosial
Menurutnya, masifnya pemberitaan di media teknologi, termasuk media sosial, turut berperan besar dalam peningkatan partisipasi pemilih. Sosialisasi, katanya, menjadi kunci dan faktor penguatnya.
“Warga milenial terbantu karena sosialisasi lewat teknologi,” tegas Sunarto.
Sunarto pun mengeluarkan data bahwa memang masih ada 35,4% yang tidak memilih. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor.
Kata Sunarto, ada tiga indikator mengapa orang tidak memilih alias golput. Tiga indikator itu adalah karena persoalan teknis, administratif, dan ideologis.
“Namun dari tiga indikator itu, mayoritas pemilih tidak menyalurkan haknya karena faktor teknis,” katanya.
Meski demikian, peningkatan ini perlu diapresiasi. Hal ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa tingkat kesadaran warga, terutama generasi milenial, pada pentingnya memilih sudah cukup tinggi.
Tumbuhnya kesadaran itu pun berjalan seiring dengan adanya rasa bangga. Para milenial yang memilih rata-rata mengunggah atau “memamerkan” dirinya di media sosial bahwa mereka sudah memilih.
Banyak yang mengunggah foto jarinya sudah diberi tinta, tanda bahwa ia sudah ikut serta dalam pilkada. Hal ini lantas mendorong lainnya untuk juga ikut memilih.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: