Urban Farming, Solusi Kreatif Memenuhi Kebutuhan Pangan Kaum Urban
Jakarta – Sebentar lagi Ramadan tiba. Artinya, siap-siap menghadapi inflasi tahunan menjelang bulan puasa dan Lebaran.
Siklus tahunan ini memang menjadi biang inflasi tahunan Indonesia. Tahun kemarin, inflasi selama Ramadan dan Lebaran mencapai 0,69%. Nilai ini memang lebih rendah dibanding inflasi Ramadan dan Lebaran tahun-tahun silam yang bisa mencapai 0,93%.
Nah, salah satu penyumbang inflasi ini adalah dari kelompok bahan pokok. Sayur-sayuran, misalnya, menyumbang inflasi sebesar 0,14%. Lumayan kan?
Bagi masyarakat kota, kebutuhan bahan pokok seperti sayuran ini pasti tak lepas dari pasokan daerah-daerah penyangga. Namun, saat ini, ada teknologi baru yang memungkinkan pertanian bisa dikembangkan di kota. Teknologi ini bernama Urban Farming.
Bertani di “Ketinggian”
Urban farming, sederhananya, adalah bercocok tanam di perkotaan yang memanfaatkan lahan di komunitas kecil perkotaan, misalkan kompleks perumahan. Bisa juga menggunakan teknologi di dalam ruang yang memaksimalkan ruangan vertikal dan juga sinar UV buatan serupa sinar matahari.
Yang terakhir ini bisa dibilang merupakan terobosan untuk pertanian industri yang bisa dikembangkan di kota. Tidak seperti menanam di luar ruang yang cuacanya kurang terdeteksi, menanam di dalam ruangan bisa memungkinkan petani untuk memanipulasi kondisi sehingga bisa memaksimalkan produktivitas.
Bila dalam komunitas Urban Farming ini hanya terbatas pada varietas sayur tertentu, semisal cabai, pertanian urban di dalam ruangan memungkinkan petani menanam beragam varietas pangan. Pertanian ini melampaui konsep Urban Farming komunitas.
Semua petani vertikal ini hanya butuh ruangan dan sumber listrik. Hanya itu saja dan bukan yang lain. Sementara peralatan lainnya bisa didapat di toko offline atau daring.
Di Amerika Serikat, penerima bantuan Urban Farming tipe indoor vertikal ini semakin banyak. Sebab, menurut pemerintah Paman Sam, Urban Farming tipe ini bisa memperpendek rantai distribusi sayuran.
Menurut Urban Organics, perusahaan yang bergerak di Urban Farming vertikal, tingkat produktivitas pertanian tipe ini tidak dihitung per luas tanah. Lebih dari itu, produktivitas sistem pertanian ini dihitung per kubikel. Artinya, hitungannya, selain lebar dan panjang, juga ada variabel tinggi lahan.
“(Dengan sistem ini), kami sungguh bisa memanen dengan jumlah yang banyak,” ujar Dave Haider, Presiden Urban Organics, seperti dikutip dari Futurism.
Urban Organics sendiri sudah membuka fasilitas pertanian di St. Paul, Minnesota. Teknologi yang dikembangkan Urban Organics ini pernah dimuat di Journal of Agricultural Studies pada 2014.
Akuaponik
Nah, menariknya lagi, bertani secara vertikal di dalam ruang yang dikembangkan Urban Organics tak hanya menghasilkan sayuran dan buah-buahan. Mereka juga menghasilkan ikan Salmon.
Lo, kok bisa? Bisa sekali, sebab mereka mengembang pertanian vertikal dalam ruangan ini dengan sistem akuaponik. Dengan sistem ini, kotoran ikan akan disaring dan menjadi pupuk bagi tanaman.
Pertanian vertikal dengan sistem akuaponik ini jelas sangat bersahabat dengan lingkungan. Sistem akuaponik sedikit menghasilkan limbah. Ditambah lagi, dengan dekatnya fasilitas pertanian dengan kota, otomatis ikut pula mereduksi emisi gas buang yang dihasilkan oleh truk distributor sayur.
Tertarik? Anda bisa belajar menyiapkan fasilitas ini sendiri. Tidak perlu besar-besar skalanya seperti Urban Organics. Yang dibutuhkan hanya ruangan, sumber listrik untuk sinar UV pengganti sinar matahari, dan sistem akuaponik.
Dwi
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: