Connect with us

Lady Bird: Realita Remaja yang Bukan Drama

Lady Bird 3

Sudah begitu, lawan main Ronan, Laurie Metcalf sebagai sang ibu pun bisa mengimbangi kualitas aktingnya dengan baik. Nah, dialog-dialog dan humor keduanya itulah yang juara. Penuh satire pula, sehingga membuat film ini nyaman diikuti.

Tidak hanya itu, peran besar juga ada di karakter Jules (Beanie Feldstein) sebagai sahabat Lady Bird. Aksi komedi dan kepolosannya menambah film jadi lebih berwarna. Termasuk juga karakter lainnya seperti Danny (Kucas Hedges), Jenna (Lois Smith), Kyle (Timothee Chalamet), Miguel (Jordan Rodriguez), Pendeta Leviatch (Stephen Henderson), dan ayah Lady Bird (Tracy Letts), yang masing-masing punya peran alami. Keberadaan mereka pun bukan sekadar penggembira saja, melainkan pelengkap yang turut membangun keutuhan cerita.

Kalaupun ada kekurangannya yang mungkin ada di efek suara. Entah lantaran ini merupakan film drama sehingga efek yang ditampilkan biasa saja. Namun, berbagai melodi dan efek suara yang dihadirkan cukup bisa menghidupkan cerita. Sinematografinya yang manis dan lembut dengan latar belakang awal 2000-an juga tergambar memukau. Hal inilah yang membayar kekurangan pada sektor suara tadi. Malah Lady Bird meraih penghargaan “Best Pictures” dalam ajang Golden Globe 2018 pula. Penghargaan ini cukup menjadi bukti.

Seperti sudah dikatakan tadi, Ronan pun menang sebagai “Best Actress” dan film ini masuk lima nominasi dalam ajang Oscar. Ini jadi satu bukti lain akan kesuksesan Grewig yang juga menjadi penulis skenarionya. Grewig bisa dibilang sukses menciptakan cerita remaja putri yang identik dengan kehidupan remaja pada umumnya. Dia seolah menginovasi genre ini dengan menciptakan karakter remaja umumnya sekaligus menciptakan individu yang unik. Hasilnya, Lady Bird terasa ringan, namun menawarkan suara yang segar dan tajam.

Sekadar informasi, Lady Bird merupakan semiautobiografi Gerwig dan debutnya sebagai sutradara. Grewig membuat film ini sederhana, apa adanya, dan tak penuh drama serta tanpa twist pula. Rupanya, Lady Bird seakan membuktikan bahwa sebuah film bagus tidak perlu pakai twist plot tentang rahasia besar yang berusaha membuat penonton tercengang untuk menguatkan konflik.

Kesimpulannya, film drama ini menggambarkan semua hal yang mungkin kita alami saat beranjak dewasa dengan nyata. Tidak hanya kegembiraan yang diperlihatkan, tapi juga proses atau perjalanan menuju dewasa. Soal akhir film? Itu juaranya—namun tak akan penulis bongkar tentunya.

Novianto

Lady Bird 1

Judul: Lady Bird
Jenis: Komedi, Drama
Produser: Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn Oneill
Sutradara: Greta Gerwig
Penulis: Greta Gerwig
Produksi: Elevation Pictures
Pemain: Saoirse Ronan, Laurie Metcalf, Tracy Letts, Lucas Hedges, Timothe Chalamet, Beanie Feldstein, Stephen Mckinley Henderson, Lois Smith

Fakta.News Rating
4 dari 5 bintang

  • Halaman :
  • 1
  • 2
  • 3
Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya