Status Jembatan Suramadu; di antara Politik dan Ekonomi
Ekonomi Madura dan Jawa Timur
Pulau Madura memang kerap dianggap sebagai wilayah dengan ekonomi rendah di Jawa Timur. Tol Jembatan Suramadu yang diresmikan pada 2009 belum sepenuhnya mengangkat perekonomian Madura.
Dari Hasil Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur selama 2013-2015, Madura menjadi daerah termiskin di Jatim. Rata-rata angka kemiskinan mencapai 21,86 persen.
Saat itu, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 11,19 persen. Sementara angka kemiskinan Jatim pada 2014 mencapai 12,28 persen. Kemiskinan Madura hampir tersebar di empat kabupaten di Madura, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
Dari segi pendapatan per kapita, Madura tertinggal jauh dengan rerata wilayah Jawa Timur. “Di kisaran Rp9 juta–15 juta per tahun, jauh di bawah angka Jatim yang mencapai Rp30 juta per tahun,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim Difi Ahmad Johansyah, kala itu.
Memang, itu merupakan data empat tahun lalu. Namun, data itu bisa menjadi gambaran umum bagaimana kondisi ekonomi Madura, meski sudah ada tol jembatan Suramadu.
Melihat kondisi tersebut, Presiden Jokowi sudah melakukan langkah-langkah untuk memajukan ekonomi Madura. Terkait Jembatan Suramadu, Presiden sudah menggratiskan tol untuk sepeda motor. Ini juga atas usulan masyarakat Madura.
Pada 2016, Presiden juga kembali menyesuaikan tarif Suramadu. Tarif dipotong hingga 50 persen. Ini juga dari usulan masyarakat Madura.
Puncaknya, Sabtu, (27/10), Presiden Jokowi menggratiskan tol Jembatan Suramadu. Atau dengan kata lain mengubah status Jembatan Suramadu menjadi jembatan biasa.
Presiden sendiri tidak memusingkan jumlah pendapatan yang hilang berkat perubahan status jembatan Suramadu. Ia melihat jangka panjang manfaat perubahan status jembatan terhadap masyarakat Madura.
“Negara itu tidak berhitung untung atau rugi. Negara itu berhitung yang berkaitan dengan keadilan sosial, yang berkaitan dengan rasa keadilan, dan kesejahteraan. Itu yang dihitung,” ujarnya di Jembatan Nasional Suramadu, Jawa Timur, pada Sabtu, 27 Oktober 2018.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: