Selamat Jalan Pak Probosutejo yang Berani Berbeda Sikap
Sebagai pengusaha yang sukses, Probosutejo tercatat sebagai direktur utama PT Menara Hutan Buana, memiliki Yayasan Menara Bhakti dan juga Universitas Mercu Buana Yogyakarta, serta menjadi pendiri Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia.
Sebagai pengusaha, Probosutedjo, pernah menjalani masa kurungan penjara. Ia divonis penjara empat tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas kasus korupsi dana reboisasi hutan tanaman industri di Kalimantan Selatan dengan nilai Rp 100,9 miliar. Namun, setelah menjalani 2/3 hukuman di Lembaga Permasyarakatan Sukamiskin, Bandung, ia pun dibebaskan pada Maret 2008.
Berjiwa Marhaen
Semasa hidupnya, Probosutedjo aktif dalam organisasi, ia pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Nasional Indonesia (PNI) – Front Marhaenis.
Selama kepemimpinannya, PNI- Front Marhaenis memperjuangkan rakyat kecil, agar bisa menikmati isi dari kemerdekaan.
Kendati Probosutedjo pernah menjadi anggota Golkar, jiwanya tetap Marhaenis. Ia sempat menjadi anggota Pemuda Marhaen dimasa mudanya.
Saat menjadi anggota dari Golkar ia sempat menjadi anggota DPR Periode 1987-1992,1992-1997, dan 1997-1999.
Ia juga sempat menjadi fraksi di DPR RI dari Partai Kesatuan Kebangsaan Indonesia (KKI) pada periode 1999-2004.
Pada periode 1999 – 2004 ia sempat menjadi anggota komisi IX dan Anggota Komisi V DPR RI.
Berani Berbeda Sikap
Kendati Probosutejo kerabat dekat “Cendana” penguasa orde baru (Orba), namun jiwa aktivis Marhaennya tak pernah luntur. Karena itu, menurut sumber mantan aktivis 1998, walau kerabat dekat Soeharto, Probosutejo berani berbeda sikap. “Termasuk secara demonstrative mengunjungi 9 mahasiswa ITB yang saat itu menjadi tahanan politik di LP Sukamiskin, Bandung,” tutur sumber.
Kesembilan tahanan politik itu, yakni Mohammad Jumhur Hidayat, Arnold Purba, Ammarsyah Purba, Moh. Fadjroel Rahman, Lendo Novo, Enin Supriyanto, Bambang Sugianto, Syahganda Nainggolan, dan Wijaya Sentosa. Mereka saat itu dipenjarakan penguasa orba yang represif, karena menggelar unjuk rasa menolak kehadiran Menteri Dalam Negeri Rudini ke kampus ITB pada pada tanggal 5 Agustus 1989.
Saat itu aktivis kelompok aksi mahasiswa ITB tengah sibuk mengadvokasi isu-isu penggusuran tanah di Badega dan Kacapiring. Nah kunjungan Rudini ke kampus saat itu, dimanfaatkan untuk menuntut kepedulian ‘pembina’ politik dalam negeri tersebut.
Di sela maksud Rudini membuka Penataran P-4 untuk siswa baru di ITB saat itu, sejumlah aktivis komite aksi membuka spanduk bertuliskan “Ganyang Antek Rezim Orde Baru.” Keruan atas aksinya itu, kesembilan mahasiswa ITB itu ditangkap dan ditahan aparat Badan Koordinasi Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda) Jawa Barat mulai 7 Agustus 1989.
Kesembilan mahasiswa ini juga dipecat dari status kemahasiswaan oleh Rektor Wiranto Arismunandar. “Nah, Probosutejo, berani berbeda sikap dengan membesuk kami di Sukamiskin,” ujar sumber.
Selamat tinggal Pak Probo, semoga sisi humanis dan ketegasan sikapnya, menjadi inspirasi bagi pengusaha yang berkecimpung di lingkaran penguasa.
M Riz
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: