Mendedikasikan Hidupnya untuk Sekolah Uma di Pedalaman Mentawai
Mimpi Tarida Hernawati Belum Selesai
Meski demikian, hal itu tak menyurutkan Tarida dan YCMM untuk terus mendorong pendidikan di Mentawai. Sekolah Uma baginya harus terus berdiri dan menyebar. Ini, menurutnya, bisa jadi model pendidikan di kampung atau di tempat-tempat terpencil yang sulit diakses di Indonesia.
”Saya bermimpi, orang Mentawai di daerah-daerah terpencil ini tetap dekat dan bisa bersekolah, tanpa harus dijauhkan dari lingkungan alam dan budayanya. Tidak masalah jika sekolahnya di tengah hutan, tetapi tidak kalah kualitasnya dengan sekolah-sekolah di luar sana secara karakter, secara pengetahuan lokal,” kata Tarida.
Tarida Hernawati selalu berpikiran kalau hutan dan sumber daya alam di sekitar mereka adalah sumber inspirasi budaya. Sekaligus sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi Mentawai.
Artinya, mempertahankan hutan pada dasarnya mempertahankan kehidupan dan identitas sebagai orang Mentawai. Jadi pendidikan akademik seperti di sekolah formal bukan tujuan utama, tapi sebagai alat penguat identitas dan jati diri orang Mentawai.
Kini, beberapa Sekolah Uma sudah diakui pemerintah dan menjadi bagian (filial) dari sekolah negeri. Sekolah Uma di Bekkeiluk sekarang menjadi bagian dari SD Santa Maria milik Yayasan Prayoga.
Sekolah Uma Magosi yang di awal pendiriannya bernama Sekolah Hutan Sangong resmi menjadi SD Negeri 12 Muntei Filial Magosi.
Begitu juga Sekolah Uma Tinambu yang telah menjalin kerja sama dengan SDN 16 Saliguma dan Sekolah Uma Siata Nusa-Attabai dengan SDN 21 Madobak.
Lulusannya? Sudah ada yang melanjutkan sekolah ke pusat kecamatan atau ke Padang.
Tapi melihat jasanya yang sudah seperti itu, Tarida tetap merendah diri. Ketika warga Siberut berterima kasih padanya, Tarida malah minta maaf tak bisa memberikan apa-apa.
”Sebab melihat 15 tahun, belum banyak perubahan di Bekkeiluk dan Salappa,” kata Tarida.
Tarida Hernawati seorang tentu tak cukup. Tapi lebih parah bila tak ada Tarida Hernawati sama sekali.
Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: