Connect with us

The Commuter: Bukti Liam Neeson Belum Habis

the commuter 3

Dari segi cerita saja, Collet-Serra terbilang rapi menyusunnya. Penonton sampai dibuat simpatik dengan situasi yang dihadapi tokoh utama, Michael MacCaulay yang merupakan agen asuransi. Kecepatan dan kepadatan ceritanya juga seolah mendorong penonton menerka-nerka siapa sebetulnya yang dicari MacCaulay. Menariknya lagi, saat semuanya terungkap tidak serta-merta semua berakhir, tetapi masih ada lapisan cerita lain yang mengikuti. Tak heran pula jika sejumlah kritikus memuji premis film ini.

Walaupun memang, jika Anda pengikut setia film-film Neeson dan Collet-Serra, film-film kolaborasi mereka punya formula yang hampir sama. Yaitu, Neeson kerap jadi pahlawan yang harus menghadapi risiko besar dan harus dihadapkan pilihan untuk mengungkap kebenaran dan melindungi orang-orang yang enggak bersalah. Di antara ketiga lainnya, Non-Stop jadi yang paling mirip dengan The Commuter.

Lihat saja plotnya. Dikisahkan ia dan keluarganya hidup bahagia dan terencana. Suatu waktu, saat dalam perjalanan pulang di kereta komuter, ia didekati wanita misterius yang menawarkan sesuatu yang sepertinya mudah untuknya dan mendatangkan keuntungan yang besar. Tapi seperti yang sudah diduga, semuanya tidak akan berjalan mulus.

Lalu karena keluarganya sedang butuh uang, dia penasaran dengan tantangan tersebut. Kemudian ketika seorang penumpang tewas, Michael sadar bahwa tantangan ini berbahaya. Dia pun berusaha untuk kabur dan menghubungi polisi. Nah, hebatnya, Joanna seakan memiliki “mata” di dalam kereta dan menyandera keluarga Michael.

Tempo cerita yang cepat di awal sebagai pengantar rupanya jadi kunci sukses yang membuat penonton makin enggak sabar menunggu plot yang akhirnya memasuki konflik demi konflik. Malah saking kompleksnya, film yang digarap serius ini punya cerita yang hampir mirip dengan cerita-cerita detektif ala Agatha Christie versi sederhana. Ada kecenderungan cerita film ini tampaknya sengaja dibuat sebagai kritik sosial politik yang terjadi di berbagai negara.

Coba tengok. Adanya bumbu-bumbu permasalahan politik seperti kasus korupsi, penyuapan, dan hilangnya keadilan tentu membuat kita berpikir bahwa itu masalah umum di banyak negara, termasuk Indonesia. Ada pula permasalahan sosial ketika seseorang yang bertubi-tubi dapat kesialan, mulai dari dipecat dari perusahaan, banyak utang, hingga kehilangan ponsel saat berdesakan di tempat umum. Bagaimana? Terasa dekat, bukan?

  • Halaman :
  • 1
  • 2
  • 3
Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya