Ujung Perjalanan Antonov, Pembuat Pesawat Angkut Terbesar di Dunia
Moskow – Usai sudah. Pemerintah Ukraina akhirnya memutuskan menutup perusahaan Antonov yang lama dikenal sebagai pembuat pesawat angkut terbesar di dunia. Banyak hal yang diduga menjadi penyebabnya. Mulai dari tekanan ekonomi hingga karena terjebak di tengah ketegangan antara Moskow dan Kiev, turut mengiringi berakhirnya sepak terjang biro desain pesawat legendaris tersebut. Antonov pun diambang akhir usianya.
Nasib dari insinyur-insinyur hebatnya pun masih belum jelas. Kabar beredar mengatakan mereka dijanjikan akan dipindah ke perusahaan lain. Namun hingga kini, sayup-sayup yang terdengar hanyalah kekhawatiran. Padahal merekalah legenda-legenda sebenarnya yang telah memberikan Antonov segudang prestasi dan menjadi saksi sejarah perjalanan Uni Soviet.
Perjalanan Antonov pun bukan seumuran jagung. Didirikan di Siberia pada 1946, setelah berakhirnya Perang Dunia II, namanya masih Biro Desain dan Riset Soviet No.153. Perusahaan aviasi itu lantas dipindahkan ke Kiev enam tahun setelah didirikan. Setelah Kepala Perancang pertamanya, Oleg Antonov, wafat pada 1984, barulah perusahaan ini berganti nama menjadi Antonov.
Salah satu pesawatnya, Antonov An-24, merupakan pesawat penumpang bermesin turboprop ganda yang mulai beroperasi pada 1962. Beberapa maskapai penerbangan masih banyak yang menggunakan pesawat ini. Mengutip Sputniknews, ada lebih dari 1.300 An-24 yang dibuat. Pesawat itu sanggup terbang hingga mencapai 1.000 kilometer di Rusia dan negara-negara eks Soviet.
Tak cuma An-24, beberapa produk lain pun sarat prestasi. Sebut saja An-12 yang di usia 60 tahun saja masih prima. Bersama rekannya yang lebih tua, Lockheed C-130 Hercules, keduanya merupakan pesawat angkut yang paling banyak digunakan di dunia. An-12 pun merupakan yang pertama yang memfasilitasi pendaratan massal peralatan-peralatan militer dan pasukan penerjung payung kala itu.
Masih ada lagi An-22, si tukang ankut yang mampu lepas landas dan mendarat di landas pacu bandara perintis di lokasi-lokasi buruk dan terpencil. Kemudian ada juga An-225 Mriya, salah satu pesawat angkut terbesar di dunia. Cuma satu unit di dunia, Mriya yang dalam bahasa Ukraina berarti “Mimpi”, telah menyabet lebih dari 200 rekor dunia. Julukan paling fenomenal tentu saja si pengangkut kargo terberat. Bahkan, sebanyak 50 kendaraan bisa diangkut sekaligus. Gilanya lagi, An-225 juga pernah “menggendong” pesawat ruang angkasa “Buran” di punggungnya.
Belum cukup sampai di situ, ada An-124 Ruslan. Ini dia yang paling banyak diproduksi di dunia. Ruslan kerap digunakan untuk penerbangan sipil dan militer. Paling menghentak dunia adalah saat mengangkut tentara sebanyak 800 orang lengkap dengan amunisi penuh. Daya jelajahnya pun spektakuler. Sama seperti An-74 yang dirancang tahan iklim Arktik yang buruk, dan dapat beroperasi di landas pacu yang tertutup salju pada suhu minus 60 derajat Сelcius. Namun cuma An-74yang digunakan untuk mendirikan dan melayani stasiun apung atau memimpin patroli es dan pengintaian perairan.
Meski begitu, untuk yang diekspor, pesawat angkut militer Antonov An-32 berada di peringkat teratas. Pesawat ini bisa terbang dalam kondisi yang sangat panas (sampai 50 derajat Сelcius) dan telah digunakan di India, Irak, Angola, dan Kolombia.
Namun semua itu tinggal cerita. Sejak runtuhnya Uni Soviet, Biro Desain Antonov memang telah bekerja sama dengan Rusia. Hanya saja sejak 2011 hingga 2015, biro ini menjadi bagian dari perusahaan patungan dengan United Aircraft Corporation Rusia. Ketegangan hubungan antara Ukraina dan Rusia akhirnya berdampak pada perusahaan. Akibatnya, produksi pesawat angkut Antonov terpaksa dihentikan dan rencana untuk memasukkannya ke dalam Angkatan Udara Rusia pun dibatalkan.
Krisis pun terjadi. Banyak spesialis dan insinyur Ukraina pindah ke Rusia. Saat ini Antonov berusaha mencari peluang baru. Perusahaan ini pun berencana untuk mengganti komponen pesawat buatan Rusia dengan analog asing pada akhir 2017.
W. Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: