“Matilah Amerika”, Giliran Iran Bereaksi
Teheran – Dua pekan terakhir, paling tidak dua negara berpengaruh di bidang persenjataan militer; Korea Utara dan Iran, serta satu negara di Amerika Selatan yakni Venezuela, menyatakan perseteruannya dengan Amerika secara terang-terangan.
Untuk melawan Amerika, baik Korea Utara (Korut) maupun Iran, sama-sama siap perang dengan aksi memamerkan rudal-rudal berkepala nuklirnya. Baik Iran, Korut dan Venezuela, reaksi kerasnya terhadap Amerika, karena sikap Presiden Amerika Donald Trump yang dianggap sok kuasa mengatur dunia.
Bahkan DPR AS sepakat untuk menjatuhkan sanksi berat kepada Korut, Rusia, Iran dan China. Keputusan untuk memberi sanksi lebih keras kepada ketiga negara itu mendapat dukungan 419 suara dan hanya tiga suara yang menentang.
“Undang-undang baru ini merupakan sebuah paket sanksi yang akan memperkuat ikatan terharap musuh yang paling berbahaya demi menjaga keamanan Amerika,” kata ketua parlemen AS Paul Ryan. Untuk mendapat dukungan bulat, undang-undang ini dikirim ke Senat yang pada dasarnya mendukung pemberian sanksi. Hanya, saja masih memperdebatkan perlunya hukuman keras bagi Korut.
Sanksi terhadap tiga negara “musuh utama” Amerika itu, merupakan hasil dari kompromi kongres yang dicapai pada dua pekan lalu. Sanksi terhadap Rusia, ditujukan untuk menghukum Kremlin akibat aneksasinya terhadap Crimea dan mencampuri proses pemilihan presiden AS 2016. “Di bawah (kepemimpinan) Vladimir Putin, Rusia telah menginvasi tetangganya, Ukraina, merebut wilayah negeri itu, dan merongrong pemerintahannya,” kata ketua komite kebijakan luar negeri Parlemen AS Ed Royce.
Dengan tindakan Rusia itu, Parkemen AS menganggap, jika dibiarkan, Rusia pasti akan melanjutkan agresinya. Sementara bagi Iran, sanksi juga dijatuhkan untuk Pasukan Garda Revolusi, yang dituduh telah mendukung terorisme.
Sedangkan sanksi untuk Korut, lagi-lagi terkait dengan berbagai uji coba misil balistik antar-benua yang dilakukan negeri itu.
Sanksi yang diterapkan AS terhadap Iran, mendapat tanggapan keras dari Iran. Parlemen Iran memutuskan, untuk menambah alokasi anggaran sebesar 520 juta dollar AS, atau hampir Rp 7 triliun demi pengembangan program peluru kendali. Pemungutan suara Parlemen Iran itu, pada Minggu (13/8/2017) ini.
“Orang AS harus tahu, bahwa ini adalah tindakan pertama kami,” kata anggota parlemen Ali Larijani, Minggu (13/8/2017), seperti dikutip AFP. Larijani menambahkan, hal itu setelah sebelumnya mengumumkan hasil suara terbanyak, yang dipicu hasrat perlawanan terhadap tindakan “teror” AS di wilayah Iran.
Usai Larijani mengumumkan hasil pemungutan suara tersebut, anggota parlemen Iran serempak meneriakkan kata: “Matilah Amerika”.
M Riz
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: