Trienal Seni Patung Indonesia ke-3 Resmi Dibuka
Jakarta – Galeri Nasional menggila. Sebanyak 46 mahakarya dari 46 pematung terbaik Indoensia, sejak Kamis (7/9/2017), mengepung seluruh area museum. Jenisnya beragam. Dari yang figuratif, monumental, zonde bosse, relief, dekorasi, arsitektur, kerajinan, corak realis, hingga deformatif semua ada dan memenuhi Gedung A, B, bahkan sampai area outdoor galeri. Cukup menggambarkan betapa kayanya imaji-imaji pematung kebanggaan Tanah Air ini.
Di pintu masuk, tertulis Trienal Seni Patung Indonesia. Inilah pesta seni tiga tahunan yang memang menjadi ajang berkumpulnya pematung-pematung nasional. Tahun ini pun merupakan tahun ketiga setelah 2011 dan 2014. Menariknya, ibarat film berseri, tema yang diambil tahun ini, yakni “Skala”, merupakan “lanjutan” dari tema-tema sebelumnya, “Versi” dan “Ekspansi”.
Kurator Rizki A. Zaelani bersama Asikin Hasan mengatakan tema Skala bergerak dari persoalan re-skilling atau penguatan kembali aspek keterampilan dalam tradisi seni patung. Penguatan ini sendiri merupakan pokok gagasan pada tema “versi” di Trienal 1. Selanjutnya re-skilling juga tak terpisahkan dari tema ‘Ekspansi’ yang menggagas ekspresi dalam tradisi seni patung Indonesia.
“Skala ini tak hanya tentang persoalan cara seseorang dalam mengukur dan membandingkan jarak bentuk secara fisikal, tapi juga soal mengartikulasikan makna dari pokok-pokok masalah secara mental serta konseptual,” ujar Rizki, kepada Fakta.News,” Kamis lalu. “Ketika sebuah patung dipamerkan sebenarnya seseorang tak hanya menyaksikan apa yang ditunjukkannya, tapi juga menemukan bagaimana yang dimaksud ditampilkan,” imbuh pria yang biasa disapa Kiki ini.
Ia juga mengatakan dalam Trienali tahun ini ia berharap bisa mengajak untuk mampu menjangkau pengalaman dalam titik-titik peralihan waktu. “Umumnya publik menganggap bahwa sebuah patung adalah karya dengan kemungkinan tiga dimensional. Sesungguhnya, proses kreasi dan apresiasi seni yang berlangsung terhadapnya juga melibatkan waktu sebagai dimensi yang keempat,” katanya lagi.
Benar saja. Dalam pameran ini, penempatan karya-karya pun diurutkan menurut klasifikasi masing-masing. Meski tak runut-runut amat, sejarah perkembangan seni patung modern bisa dilihat di sini. Malah jika ingin sedikit berlama-lama memperhatikan tiap karya, cukup bisa dipahami bagaimana Trienal ini memiliki alur kerangka pemikiran fenomenologi yang sarat kajian linguistik struktural.
Terlepas dari itu, nama-nama besar yang turut meminjamkan karyanya di pameran ini jelas jadi jaminan tersendiri. Tak hanya Nyoman Nuarta, nama-nama besar lainnya seperti Eko Nugroho, Joko Avianto, Rita Widagdo, Sunaryo, Ichwan Noor, Handiwirman Saputra, Eddi Prabandono, dan sejumlah seniman lainnya telah membuka mata bahwa karya seni patung Indonesia sudah sekelas ini.
Pameran Trienal Seni Patung Indonesia ini berlangsung dari tanggal 7 sampai 26 September 2017. Datang, lihat, dan saksikan sendiri kekayaan imaji pematung nasional kita.
Daftar Pematung
A.B Soetikno | Agung Santosa | Akmal Jaya | Amrizal Salayan | Arlan Kamil | Asmudjo J. Irianto | Awan P. Simatupang | Budi Adi Nugroho | Budi Kustarto | Cipto Purnomo | Diliyan Riski | Eddi Prabandono| Eko Nugroho | Erwin Windu Pranata | Gabriel Aries Setiadi| Handiwirman Saputra | Hedi Hariyanto | I Ketut Putrayasa | I Made Gede Putra | I Made Santika Putra | I Wayan Sujana Suklu | Ichwan Noor | Igi Anjangbiani | Itsnataini Rahmadillah | Ivan Sagita | Joko D. Avianto | Nardi | Nurdian Ichsan | Nus Salomo | Nyoman Adiana (Ateng) | Nyoman Nuarta | Putu Sutawijaya | Rengkuh Banyu Mahandaru | Rita Widagdo | Septian Harriyoga | Sunaryo | Syahrizal Koto | Teguh Agus Priyanto | Teguh S. Priyono| Wahyu Santosa | Wayan Jana | Wayan Upadana | Wilman Syahnur | Wiyoga Muhardanto | Yuli Prayitno | Yusra Martunus
W. Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: