Aplikasi Internet Bawa Revolusi Perjodohan di India
India – India terkenal sebagai negara yang konservatif secara sosial, di mana perkawinan lebih sering diatur oleh pihak keluarga. Namun di era globalisasi yang didukung akses Internet yang lebih cepat dan murah ke seluruh wilayah India, menimbulkan efek yang sebelumnya tidak pernah terjadi, yaitu perjodohan online.
Konektivitas seluler yang meluas, memungkinkan bagi warga pedesaan untuk online sehingga memudahkan mereka untuk menemukan calon pasangan yang cocok dari berbagai pelosok negeri. Hal itu meningkatkan permintaan layanan cyber seperti Matrimony.com Ltd, Jeevansathi dan Shaadi.com, platform yang mengoperasikan database materi perkawinan yang dapat ditelusuri.
Dengan sekitar 450 juta pengguna Internet bergerak, revolusi teknologi informasi India mengubah pasar perkawinan, yang secara tradisional didominasi oleh negosiator dan perantara pernikahan, serta iklan di surat kabar, meskipun demikian layanan perjodohan online tersebut masih dianggap melanggar batas.
Seperti dikutip Bloomberg, Kamis (14/09), Ken Research Pvt Ltd mengatakan dalam sebuah laporan tahun lalu bahwa pendapatan dari industri pemula berkembang rata-rata 21% per-tahun dari tahun 2010 sampai 2015, dan akan mencapai 20,6 miliar rupee (sekitar $322 juta) pada tahun 2020.
Matrimony.com, yang membuka penawaran umum perdana pada hari Senin lalu, menambahkan 3 juta profil pengguna tahun lalu, di mana 40 persennya berada di daerah semi perkotaan. Tiga perempat profil yang ditambahkan ke basis data perusahaan yang berbasis di Chennai pada kuartal yang berakhir 30 Juni diupload dari sebuah smartphone, dibantu oleh handset yang lebih murah, koneksi Internet yang lebih cepat, dan perangkat tambahan aplikasi seluler.
“Kami berharap tren terus berlanjut dan alasan tersebut akan membantu lebih banyak orang datang ke platform kami,” kata Murugavel Janakiraman, pendiri dan CEO Matrimony.com, dalam sebuah wawancara. Pasar pernikahan di India, termasuk layanan perjodohan, tempat sewa, katering, dekorasi dan fotografi, bernilai sekitar $54 miliar per-tahun.
Guna meningkatkan koneksi ke jaringan seluler generasi keempat di daerah pedalaman India, sebuah perusahaan bernama Reliance Jio Infocomm milik orang terkaya India, Mukesh Ambani, mulai bulan Juli menawarkan handset yang didukung data disebut ‘JioPhones’ seharga 1.500 rupee dengan tarif bulanan seharga 153 rupee. Kisaran harga tersebut juga diikuti Bharti Airtel Ltd, hanya belum termasuk biaya data.
“Baru-baru ini dengan diluncurkannya Jio, kami telah melihat peningkatan penetrasi yang besar di pasar Jio,” kata Wakil Presiden Senior Jeevansathi.com, Rohan Mathur, dalam sebuah wawancara di kantornya di New Delhi. “Peningkatan penetrasi Internet yang sangat besar ini menyebabkan sejumlah besar pengguna online.”
Perubahan pasar perkawinan ini memiliki efek majemuk, karena lebih banyak pengguna berarti akan lebih banyak peminat potensial yang menarik lebih banyak pengguna.
Menurut seorang profesor sosiologi di Institut Teknologi India Delhi, Sarbeswar Sahoo, sistem ‘pernikahan terjadwal’, yang berakar pada perpecahan sosial berbasis kasta dan patriarki, sedang mengalami transformasi.
Sementara “pernikahan cinta” semakin disukai oleh orang India yang lebih muda, kebiasaan kasta dan komunitas yang terus berlanjut di India menyulitkan orang untuk jatuh cinta dan menikah, Sahoo menulis dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Journal of South Asian Studies pada bulan Juni.
“Teknologi perkawinan online melanggar batas-batas geografis dan memberikan otonomi lebih kepada kandidat dalam `mengatur` perkawinan mereka sendiri,” ujarnya. “Teknologi baru dan proses perjodohan online menentang kategorisasi cinta dan pernikahan yang tetap. Ini menghasilkan perkawinan dengan kombinasi ‘mengatur diri sendiri’ dan ‘yang terbaik dari kedua dunia’, lanjut Sahoo.
Seperti yang dialami Md Azaharuddin Ahmed, 30, yang menemukan Mazda Sultana lewat Matrimony.com tahun 2015. Dari segi kalangan, wilayah dan agama, cocok untuknya. “Saya pergi ke situs web, menemukannya, dan orang tua saya tidak keberatan dengan pilihan saya,” kata Azaharuddin, yang tinggal di Jorhat, sebuah kota di negara bagian Assam yang terpencil di timur laut.
Pasangan itu menikah tahun lalu setelah pacaran yang difasilitasi oleh sebuah aplikasi di teleponnya. “Sulit membawa laptop di sekitar, jadi wajar saja kita lebih suka chatting lewat ponsel,” katanya.
Sejak tiga tahun lalu, 60% basis pengguna Shaadi.com dari 3 juta penggunanya mengakses situs ini melalui komputer desktop. Jumlah tersebut menyusut menjadi 20%, sementara akses mobile melonjak menjadi 80% dari 40%, kata CEO Gourav Rakshit dalam sebuah wawancara telepon. Rakshit juga melihat pertumbuhan yang berasal dari daerah semi urban yang lebih kecil.
“Kami melihat orang-orang menggunakan koneksi wifi, beralih ke ponsel untuk mengakses layanan ini, dan tingkat aksesnya meningkat cukup dramatis,” jelasnya.(Cathy – Ipotnews)
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: