Connect with us

Awas ! Serangan Siber Terus Meningkat

Hati-hati serangan siber sedang meningkat(foto : akurat.co)

Jakarta – Waspada! Sektor publikdan pengguna sosial media (sosmed), kini jadi fokus serangan siber. Hal itu terungkap dari Riset McAfee Labs Threats Report: September 2017.

Di wilayah Asia Pasific khususnya, laporan itu menyebut, sektor publik menempati peringkat pertama serangan siber, disusul sektor pelayanan finansial dan teknologi. Sebanyak 50% serangan malware, terfokus pada sektor publik sepanjang 2016-2017.

“Kemungkinan besar motivasi (serangan) WannaCry dan NotPetya bukan untuk menghasilkan uang, tetapi sesuatu yang lain. Jika motifnya, adalah merusak, kedua serangan itu sangat efektif,” kata Raj Samani, Chief Scientist for McAfee.

Raj melanjutkan, bahwa publik sekarang tinggal di dunia pseudo-ransomware, di mana motif serangan lebih dari sekadar menghasilkan uang. Sebab, setelah diverifikasi jumlah uang yang terambil akibat serangan tersebut tidak begitu besar.

Riset tersebut, mengungkap pertumbuhan malware untuk kuarter kedua mencapai 52 juta sampel baru, meningkat 67% dari tahun lalu. Namun, jika ditotal selama empat kuarter, jumlah malware di dunia sampai 723 juta sampel.

Ponsel pintar merupakan gawai paling rentan terserang, dengan catatan jumlah infeksi 18,4 juta sample. Keberadaan Ransomware pun meningkat 47% dengan  total sampel 10,7 juta.

Pertumbuhan signifikan malware ini, diakibatkan oleh Faceliker Trojan. Malware yang menginfeksi akun Facebook untuk menyukai dan mempromosikan artikel atau aplikasi tertentu.

Pengguna yang akunnya terbajak, secara otomatis menyodorkan konten pada akun lain dalam lingkarnya agar tertular malware serupa, seperti inilah Faceliker Trojan beraksi.

Pengamat IT Heru Sutadi melihat, lemahnya keamanan siber berdampak pada pencurian data pribadi yang mengarah pada kerugian finansial atau data rahasia lain akibat infeksi malware. “Kita secara nasional sangat rentan [serangan], karena kemanan siber belum menjadi perhatian utama,” kata Heru pada Minggu (1/10/2017).

Tiga sektor yang harus mendapat perhatian lebih, ialah pelayanan, keuangan dan pemerintahan. Karena serangan siber mengarah ke sana. Menurut Heru, penyusupan kerap terjadi dengan mencantumkan link tertentu untuk mendistribusikan malware seperti cara kerja Faceliker Trojan.

Kini, cara terbaik untuk melindungi keamanan siber menurut Heru, ialah tidak mengklik tautan secara sembarangan serta tukar-menukar file lewat flash disk, selain itu menggunakan perangkat lunak pengaman dan firewall adalah hal yang wajib.

Kesediaan pemerintah membangun ketahanan siber,  merupakan langkah wajib yang tak bisa dielak jika ingin bertransformasi menjadi digital. Jika tidak, sama dengan membangun rumah tanpa pintu dan jendela yang mudah untuk dimasuki pencuri.

Menanti Badan Keamanan Siber

Pada Mei lalu, Pemerintah mengatakan serangan siber masih ditemukan di Indonesia pada Senin (15/05) dalam skala kecil. Meski begitu, pemerintah terus melakukan upaya mengatasi serangan siber. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyebutkan, sejumlah perangkat komputer di sejumlah perusahaan swasta dan satu kantor pelayanan publik Samsat diserang, tetapi bisa diatasi.

“Saya tidak punya angka persisnya tetapi yang dilaporkan ada Samsat, koorporasi di (pulau) Jawa ada juga perusahan perkebunan tapi tak banyak komputernya, tak lebih dari 10, karena pemerintah sangat gencar mengkomunikasikan ini,” jelas Rudiantara saat itu.

Sejak penyebaran ransomware WannaCry di Indonesia pada Mei lalu, Kominfo telah menyebarkan informasi keamanan siber kepada para pengguna internet melalui situsnya, media dan juga kerja sama dengan operator telepon seluler.  Saat itu, Rudiantara mengklaim upaya sosialisasi cara penanganan ransomware Wannacry yang gencar sejak saat itu, membuat tak banyak serangan di Indonesia.

Ia menjelaskan di Kominfo ada ID SIRTII yang terdiri dari unsur Kominfo, praktisi, dan pakar dari perguruan tinggi yang bertugas mengatasi, memonitor, menangkal dan memulihkan ketika terjadi permasalahan siber. “Dan proses yang kami jalankan, bersama-sama antara ID SIRTII dan komunitas yang lain, gandeng tangan untuk sosialisasi ke masyarakat Indonesia, sehingga dampaknya sangat minor,” kata Rudiantara.

Penyebaran ransomware Wannacry, saat itu terjadi di sekitar 150 negara, termasuk Indonesia. Program jahat ini, dapat memasuki komputer tanpa disadari, lalu mengenkripsi data di dalamnya sehingga komputer tak dapat dipakai. Program jahat ini meminta ‘tebusan’ untuk memulihkan akses.  Kendati begitu, Rudiantara mengatakan, di Indonesia serangan siber tidak sebesar di negara lain seperti Inggris.

Pengamat keamanan internet dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan, serangan ransomware Wannacry melemah karena memiliki perisai pembunuh (Kill Switch), sehingga melemah sendiri. Namun, Alfond mengatakan, peristiwa ini membuat orang di Indonesia menjadi sadar akan keamanan siber. “Kabar baiknya tanpa antisipasi malware bisa mati sendiri. Tapi mungkin kita ambil positifnya, mereka melakukan backup,” katanya.

Dikatakan, komputer yang diserang menggunakan sistem operasi Windows XP yang mungkin karena tidak diperbarui, ada celah yang bisa dibobol ransomware. Menurut Alfons, sebagian besar pengguna internet di Indonesia masih membutuhkan edukasi tentang keamanan siber agar tak mudah terkena serangan. Ia menambahkan, Indonesia termasuk negara yang masih lemah untuk mengatasi serangan siber. “Ini tak mudah … ada korelasi penggunaan piranti lunak bajakan dengan celah keamanan yang tidak ter-update. Kita perlu edukasi,” jelas Alfons.

Sampai saat ini, untuk keamanan siber pemerintah masih memprioritaskan pada tiga sektor penting, yaitu keuangan (perbankan), transportasi dan energi dengan melakukan standardisasi dan sosialisasi di sektor. Pemerintah juga tengah mempersiapkan Badan Siber Nasional untuk menangkal dan mengatasi serangan siber. “Badan siber ini multisektor, ada Kominfo, Lembaga Sandi Negara dan lembaga lain … akan membuat kebijakan satu pintu dan lebih terkoordinir tugasn,” pungkas Rudiantara.

M Riz

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya