Bergeraklah Mahasiswa, Persembahan John Tobing untuk Anak Negeri
Yogyakarta – Jumat malam (10/11) lalu, Sanggar Maos Tradisi di Sleman DI Yogyakarta, tampak ramai. Rumah Joglo yang dikelola Dr. Arie Sujito, dosen dan aktivis UGM itu, berada di tengah kampung Desa Donoharjo. Malam itu ada hajatan khusus, peluncuran album kedua John Tobing. Beberapa nama yang hadir antara lain Menteri Tenaga Kerja Mohammad Hanif Dhakiri, dosen senior UGM Heru Nugroho dan Nadjib Acza, perupa Yayak Yatmika, aktivis LSM Sugeng Bahagiyo, Afnan Malay, mantan Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu, dan staf di Kantor Staf Presiden FX Rudy Gunawan.
Nama John Tobing bukan asing lagi di kalangan aktivis 80an dan setelahnya. Hampir semua mahasiswa dan aktivis pernah menyanyikan lagu karya John Tobing. Ya lagu itu tak lain adalah “Darah Juang”. Tak heran acara peluncuran album berjudul “Bergeraklah Mahasiswa” menjadi semacam ajang reuni lintas generasi. Pada 2013 album pertama berjudul “Romantika Revolusi” diluncurkan.
Menurut John Tobing, mahasiswa Indonesia harus tahu banyak rakyat miskin dan harus menjadi motor bangkitnya melawan kondisi keterpurukan. “Terlebih bila kondisi politik di luar kampus berjalan tak sesuai kemampuan nalar mahasiswa seperti yang terakhir ini kondisi intoleransi dan perbedaan yang masuk ke dalam kampus,” ujar musisi berkacamata tebal ini. Dengan album ini John Tobing berharap mahasiswa Indonesia tidak hanya diam. “Tapi bergerak ke arah yang lebih maju, ideal, ilmiah, profesional hingga ke arah mencerdaskan bangsa,” tambah John Tobing.
Acara dimulai dengan semacam testimoni tentang proses kreatif dan politik John Tobing oleh kawan-kawannya, dimulai sambutan Arie Sujito, dilanjutkan testimoni dari Hanif Dhakiri, Sugeng Bahagiyo, dan Rudy Gunawan. Beberapa lagu John Tobing dibawakan oleh band yang mayoritas personelnya dari mahasiswa filsafat UGM, almamater John Tobing.
Selain bicara tentang proses kreatif dan politik John Tobing terutama lewat “Darah Juang” Hanif Dhakiri juga tampil membacakan puisi sendiri tentang Widji Thukul. Ia berapi-api bak sedang aksi. “Lambe, mulut, congor kini bebas bicara. Di mana kamu Thuklul? Dimana?” teriak Hanif Dhakiri, menteri paling kiri ini. Kata Arie Sujito, tuan rumah Maos Tradisi, “Pak menteri itu dulu anak desa tak kerja kini menteri yang mengurusi orang kerja.” Tentu saja hadirin tertawa sebab kalimat Arie Jito mengutip syair Darah Juang.
Afnan Malay juga tampil membaca puisi-puisi pendeknya yang disimpan di smartphone. Penulis “Sumpah Mahasiswa” ini mengawali dengan memberi hormat kepada pertama dosen senior Heru Nugroho, kedua Hanif Dhakiri, baru tuan rumah Arie Sujito. Puisi-puisinya sangat pendek, sampai hadirin tak tahu, ternyata puisi sudah selesai dibaca. “Puisi kok pendek-pendek,” celetuk penonton. “Memangnya aku Deny JA, puisi ada catatan kaki” jawab Afnan disambut geerr hadirin. Afnan melanjutkan, “Puisi Thukul sudah bunyi. Kalau puisi Deny JA butuh orang untuk membunyikannya,” hadirin kembali geerr….
Yayak Yatmaka seniman yang sering membuat ilustrasi menghebohkan termasuk Tanah Untuk Rakyat pada 80an, tampil membawakan lagu-lagu progresif. Acara ditutup dengan menyanyi bareng lagu legendaris karya John Tobing “Darah Juang” yang telah menjadi milik bersama.
TASS
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: