Connect with us

The Nun: Sensasi Horor Bersama Valak

Film The Nun
The Nun

Seri The Conjuring berlanjut. Kali ini berjudul The Nun. Film The Nun merupakan film spin-off yang khusus menceritakan asal muasal Valak, hantu yang telah menyedot perhatian pecinta horor.

The Nun mengambil latar waktu sebelum The Conjuring. Rupanya kesuksesan Valak setelah menjadi villain utama di The Conjuring 2 (2016) membuat The Nun layak untuk ditonton.

Alur cerita diawali dengan pengenalan biara menyeramkan di Rumania. Suasana mencekam langsung disuguhkan. Adanya sosok dua biarawati pun mulai memancing adrenalin.

Baca Juga:

Mereka berjalan menyusuri lorong gelap. Di ujung lorong, sebuah pintu bertuliskan God ends here mulai membuat penonton tak nyaman. Tak lama, jump scare dini jadi suguhan pembuka yang epik.

Begitulah film-film dari semesta Conjuring. Selalu diiringi musik mencekam yang membuat penonton bersiap dikejutkan. Kekhasan lainnya, penempatan jump scare yang tak bisa ditebak. Dalam The Nun kali ini pun juga demikian.

Jadi sah saja bila Corin Hardy patut diberi apresiasi. Sutradara berumur 43 tahun ini berhasil menarik penonton masuk ke atmosfer yang mengerikan. Dari mulai setting waktu dan tempat, cukup bisa membawa penonton seperti masuk ke dalamnya.

Di film ini, biara yang punya citra aman dari segala usikan setan sepertinya dimentahkan sutradara. Biaranya saja di atas bukit yang jauh dari peradaban. Jadi jangankan aman, untuk sekadar nyaman saja sulit. Terlebih dengan adanya banyak makam di sana.

Hardy sepertinya ogah memberikan penonton celah untuk bersantai. Aura mistis tak pernah lepas, termasuk di desa-desa terdekat. Bedanya kali ini dengan film-film sebelumnya, korbannya lebih banyak, yakni penduduk desa.

Kalaupun ada formula yang hampir mirip dengan film sebelumnya ya dipanggilnya seorang “spesialis” makhluk gaib untuk menginvestigasi biara. Dia adalah Pastor Burke (Demián Bichir) diutus oleh Vatikan untuk menyelesaikan kasus supernatural yang menyangkut gereja Katolik di sana.

Ia ditemani Suster Irene (Taissa Farmiga), seorang biarawati muda dan baru yang belum mengambil sumpah.

Di film ini, Pastor Burke digambarkan sebagai sosok bijak dengan masa lalu kelam. Di sepanjang film, ia diganggu sosok dari masa lalu yang menghantui. Sang Pastor pun berhadapan langsung dengan Valak.

Satu nilai lebih dari film ini adalah memorable. Ini juga yang memuat Hardy sepertinya puas.

Penonton akan mengingat bagaimana mencekamnya atmosfer sepanjang film. Penampakan yang muncul di setiap sudut pun bisa membayang-bayangi penonton. Belum lagi kejutan-kejutannya.

  • Halaman :
  • 1
  • 2
Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya