Inspirator Pebisnis Desa dari Purbalingga
Meski sudah merantau dan merintis karier di kota besar, rupanya tak membuat Nofi Bayu Darmawan puas. Siapa sangka, keputusannya pulang kampung ke Purbalingga justru mengundang decak kagum banyak orang.
Ya, Nofi Bayu Darmawan sebenarnya sudah merintis bisnis online saat ia kuliah di kota besar. Tapi ia malah pulang ke desanya di Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol. Bayu rupanya harus memenuhi panggilan hatinya untuk mengajak, melatih, dan memberdayakan anak muda di desanya agar melek teknologi.
Tak tanggung-tanggung, Bayu bahkan mengajak anak-anak muda desa untuk memanfaatkan teknologi untuk berbisnis daring.
Perlu diketahui dulu, Desa Tunjungmuli itu berada di kawasan perbukitan. Udaranya sejuk. Sawah ada di mana-mana. Saking asrinya, kendaraan yang lewat juga jarang. Jadi sangat tenang di sana.
Baca Juga:
- Pencetus Kampoeng Cyber di Yogyakarta
- Getol Dorong Generasi Millenial Aktif Donorkan Darah
- Mendedikasikan Hidupnya untuk Sekolah Uma di Pedalaman Mentawai
Meski suasana desa, pola pikir anak mudanya ternyata tidak serta-merta “ndeso”. Mereka sudah memanfaatkan teknologi, jaringan internet, serta kecanggihan aplikasi dalam perangkat telepon pintar dan laptop.
Malahan mereka sampai menyewa rumah lalu dijadikan kantor. Namanya Kampung Marketer. Jangan salah, di sana sudah dilengkapi dengan menara penguat sinyal internet pula.
Tak cuma anak muda. Ibu-ibu muda di sana juga dilibatkan. Mereka ibaratnya menjadi customer service. Jadi tugasnya melayani permintaan pelanggan dengan gawainya masing-masing.
Ingat, mereka ini tak semuanya punya pendidikan tinggi. Beberapa bahwa cuma lulusan SMP. Sisanya ada yang SMA dan SMK.
Jadi di sana, anak muda tak menggunakan ponselnya cuma untuk foto-foto, main game, apalagi mengonsumsi media sosial saja. Lebih dari itu, mereka menggunakannya untuk bisnis.
Jadi sistemnya sederhana. Menggunakan WhatsApp, mereka menjawab pertanyaan dari para calon pembeli. Dari pagi jam 8 sampai 5 sore mereka bekerja dan “digaji”. Malahan rata-rata bisa bawa pulang uang Rp1 juta hingga Rp4,5 juta per bulan.
Nah, itu semua gara-gara Bayu. “Kalau ditangani sendiri akan sibuk sepanjang 24 jam untuk melayani pertanyaan calon pembeli,” kata Bayu. Maka dari itu, ia mengajak anak-anak muda itu bekerja bersamanya.
Bayu mengaku sulit menerapkan hal yang sama di kota besar. Selain upahnya besar, ia juga harus mengeluarkan biaya banyak untuk sewa kantor. Ia juga melihat loyalitas karyawan kota masih kalah dengan di desa.
Adapun bisnis online yang Bayu rintis ini menjual produk seprai dan bed cover yang diambil dari pasar tekstil Cipadu, Ciledug Tangerang Selatan. Ia menekuninya sejak 2012 ketika kuliah di STAN.
Bayu sebenarnya sempat bekerja di ikatan dinas salah satu kementerian. Namun memang passion-nya tak bisa dengan rutinitas PNS. Bayu pun memutuskan keluar setelah bekerja selama 3,5 tahun.
Ia pulang ke desa dan melanjutkan untuk fokus mengelola toko daringnya pada pertengahan 2017 dengan produk mainan anak serta produk perawatan kulit.
Awalnya ia langsung mengajak 20 rekannya di desa. Untuk pengembangan, ia menjalin kemitraan dengan pebisnis daring lain di seluruh Indonesia. Dari situ ia bisa saling tukar SDM dan lain-lain.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: