Bila AHY Tak Jadi Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2019
Jakarta – Partai Demokrat masih merasa berada di atas angin. Mereka pun percaya capres yang diusung, Prabowo Subianto, sudah mengantongi nama cawapresnya. Meskipun nanti AHY tak jadi cawapres pun, diyakini ada opsi-opsi lainnya yang sudah dipertimbangkan.
Kepercayaan diri itu diutarakan Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean. Menurutnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo sudah memilih. Koalisi, katanya, harus sabar dan menerima apapun keputusannya.
“Prabowo bukan orang yang bisa ditekan. Jadi tinggal mengkomunikasikan dengan teman-teman koalisi,” katanya, Senin (6/8).
Adapun soal cawapresnya sendiri, dia yakin namanya tinggal menyisakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ustaz Abdul Somad, dan Salim Segaf Al-Jufri. Sedangkan lainnya, seperti Anies Baswedan dianggap tak masuk hitungan.
Ferdinand melihat Gubernur DKI Jakarta itu sudah tak bernafsu berkantor di Kompleks Istana Kepresidenan.
“Anies tidak bersedia, ingin selesaikan tugas di Jakarta. Yang lain-lain ada AHY ada UAS ada Salim Segaf, tinggal dibandingkan saja,” kata dia.
Baca Juga:
- AHY Disarankan PKS Jadi Menteri Dulu Sebelum Cawapres
- Demokrat Ingatkan PKS dan PAN Jangan Tekan Prabowo
- Demokrat: Koalisi Prabowo Belum Final, PKS Ngotot Ingin Cawapres
Namun Ferdinand mengeklaim koalisi pendukung Prabowo mengutamakan semangat perubahan. “Dia pasti tahulah berpasangan dengan siapa supaya berubah,” lanjutnya.
Di sisi lain, pertemuan Prabowo dan SBY di Mega Kuningan dua pekan lalu rupanya sudah cukup membuat Demokrat percaya diri soal peluang AHY jadi cawapres.
Meski SBY terus mengatakan AHY bukan harga mati, toh gerakan di bawah terkesan memastikan pos RI 2 bukan milik kader partai lain.
Hal ini terlihat dari upaya Demokrat mendongkrak popularitas AHY. Di televisi swasta, baliho-baliho, kerap menampilkan wajah AHY.
Wakil Ketua DPD DKI Jakarta, Taufiqurrahman mengatakan inisiatif pemasangan baliho tetap menghargai keputusan Prabowo.
“Apapun keputusan pimpinan, kita wajib jalankan dan mengamankan,” katanya. “Tapi kita ingin calon yang jadi itu adalah AHY,” imbuhnya.
Kepercayaan diri ini muncul lantaran AHY dianggap punya elektabilitas paling tinggi dibanding sosok lainnya.
Survei Alvara Research Center pada 20-28 Juli, misalnya, kepada 1.142 responden, menunjukkan elektabilitas AHY 19,3 persen. Dia mengalahkan Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, AHmad Heryawan, dan Zulkifli Hasan.
Senada, Wasekjen Demokrat Putu Supadma menilai AHY adalah sosok yang pas merebut suara generasi pemuda. “AHY representasi generasi milenial yang jumlahny 100 juta orang,” kata Putu, Jumat lalu.
Terpisah, hingga detik ini, PKS dan PAN masih memaksakan kader mereka sebagai cawapres Prabowo.
PKS masih menggunakan hasil Ijtima Ulama yang merekomendasikan Salim Segaf Al-Jufri sebagai modal menaikkan harga tawar di depan Gerindra. “Jangan dianggap enteng. Ditinggal nanti sama umat!”
PAN pun sama ngototnya. Sampai saat ini, mereka masih menyodorkan Zulkifli Hasan yang diberi mandat lewat Rakernas PAN 2017 sebagai andalan.
“Mandat itu sampai sekarang belum dicabut, tetap kita perjuangkan Pak Zulkifli,” ujar Sekjen PAN Eddy Soeparno, Jumat lalu.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: