Cerita di Balik Maluku Utara Jadi Provinsi Paling Bahagia Menurut BPS
Jakarta – Tahun ini, Indeks Kebahagiaan Indonesia berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 70,69 pada skala 0–100. Angka ini menggambarkan tingkat kehidupan penduduk tahun ini dinilai semakin bahagia.
Berbeda dari 2014 yang hanya menggunakan Dimensi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), dalam indeks 2017 ini, Badan Pusat Statistik menambahkan beberapa dimensi lain yaitu Dimensi Perasaan (Affect), dan Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia). Tak hanya itu, Dimensi Kepuasan Hidup pun terbagi lagi menjadi dua subdimensi, yaitu Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial.
Kontribusi masing-masing dimensi terhadap Indeks Kebahagiaan Indonesia adalah Kepuasan Hidup 34,80 persen, Perasaan 31,18 persen, dan Makna Hidup 34,02 persen. Sementara untuk masing-masing nilainya, Indeks Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 71,07, Indeks Dimensi Perasaan sebesar 68,59, dan Indeks Dimensi Makna Hidup sebesar 72,23. Sedangkan Indeks Kebahagiaan penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan, cenderung lebih tinggi dibanding penduduk yang tinggal di perdesaan, yaitu 71,64 dibanding 69,57.
Lalu, bagaimana wilayah manakah yang paling bahagia? Dari 35 provinsi di Indonesia, Maluku Utara ternyata menempati urutan pertama provinsi terbahagia tahun ini. Sementara, Papua memiliki Indeks Kebahagiaan terendah di Indonesia.
Kepala BPS Suhariyanto ada banyak faktor kesejahteraan yang mempengaruhi ketidakbahagiaan masyarakat Papua. Seperti diketahui, data terbaru BPS menyebutkan Indeks Kebahagiaan Penduduk Papua di bawah rata-rata kebahagiaan nasional yakni 67,52 persen.
“Di sana yang paling rendah per subdimensinya adalah personal. Ini berkaitan pendidikan, pendapatan, kondisi rumah, dan lain sebagainya,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Sementara untuk Maluku Utara, massifnya pembangunan infrastruktur di sana dinilai telah membuka lapangan pekerjaan dan harapan baru bagi masyarakat. Cerita kedatangan Presiden Joko Widodo, ke Desa Tepeleo, Kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, misalnya, dinilai sangat menyentuh penduduk setempat karena sudah 60 tahun lamanya mereka menantikan kedatangan seorang Presiden.
Bahagianya Maluku Utara dan Tekad Presiden Joko Widodo Menyapa Warga Desa Tepeleo
Ya, cerita tersebut berlangsung Mei lalu, saat Presiden Joko Widodo sebenarnya hampir dipastikan batal datang ke Desa Tepeleo. Saat itu, cuaca tengah sangat tidak bersahabat. Awan hitam nan pekat dinilai sangat berbahaya.
Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba yang dikabari pada kondisi saat itu pun mengerti dan menyampaikan keraguan akan kedatangan presiden kepada warganya. Saat itu, Presiden akhirnya hanya bisa sampai ke Ternate dari Kalimantan Selatan.
Namun memang sudah tekad yang dibarengi niat. Perlahan, setelah jam makan siang, cuaca berangsur membaik. Dengan pertimbangan matang, Presiden melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di Tepeleo. Walhasil, teriakan histeris mengharukan dari warga desa pun disambut senyum yang tenang dari Jokowi. Sebab bagi mereka, seorang presiden datang ke desa kecil hampir seperti mimpi.
“Saya tadi pagi masih di Kalimantan Selatan, masih di Banjarmasin jam 08.00 Wita. Lalu diberitahukan, Pak, kelihatannya nanti hanya sampai Ternate. Kemungkinan juga Bapak tidak bisa ke Halmahera. Di sana jugaawannya sangat pekat sekali,” cerita Presiden dalam sambutannya.
“Bismillah berangkat ke sini dan bisa mendarat dengan baik. Ini semua atas izin Allah, kalau enggak tadi mungkin hanya sampai di Ternate aja, enggak jadi ke Halmahera Tengah,” ucap Presiden.
Gubernur Gani pun menyampaikan apresiasinya kepada Presiden Jokowi. “Terima kasih banyak Bapak Presiden. Memberikan inspirasi besar, bahwa negeri ini terlalu besar. Dengan tekad dan niat yang kuat akhirnya menjawab keraguan semua orang,” ujar Gani.
Berikut Indeks Kebahagiaan 2017 di Indonesia
Maluku Utara: 75,68%
Maluku: 73,77%
Sulawesi Utara 73,69%
Kalimantan Timur: 73,57%
Kalimantan Utara: 73,33%
Gorontalo: 73,19%
Kepulauan Riau: 73,11%
DI Yogyakarta: 72,93%
Bali: 72,48%
Sumatera Barat: 72,43%
Indeks Kebahagiaan Menurut Jenis Kelamin 2017
Laki-laki:
Indeks Kebahagiaan: 71,12%
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup: 70,86%
Indeks Dimensi Perasaan: 69,08%
Indeks Dimensi Makna Hidup: 73,24%
Perempuan:
Indeks Kebahagiaan: 70,30%
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup: 71,26%
Indeks Dimensi Perasaan: 68,14%
Indeks Dimensi Makna Hidup: 71,29%
Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: