Dominasi Para Santri Warnai Peta Politik Pilkada Jatim 2018
Surabaya – Lembaga Survei The Initiatif Institute menyebutkan dikarenakan basis pesantren, mayoritas aliran politik warga Jawa Timur adalah aliran politik santri. Hal ini berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh lembaga tersebut pada September lalu. Hasil survei menunjukkan bahwa responden menyebut dirinya merupakan penganut politik santri dengan angka 72,8 persen.
Sedangkan yang menyebut beraliran politik nasionalis Soekarno sebanyak 16,8 persen. Sementara sisanya menyebut beraliran nasionalis Soeharto, Muhammadiyah dan Masyumi. Survei tersebut dilakukan terhadap 1016 responden di 108 desa dan kelurahan di Jawa Timur.
Menurut CEO Lembaga Survei The Initiatif Institute, Airlangga Pribadi, pihaknya juga telah melakukan survei mengenai kepantasan latar belakang pasangan pemimpin Jawa Timur. Hasilnya menunjukkan pasangan yang berlatar belakang santri dua-duanya dinilai pantas oleh responden sebanyak 63,3 persen.
“Untuk pasangan berlatar belakang santri-nasionalis yang dinilai layak oleh responden menunjukkan angka 54,3 persen, sementara pasangan yang nasionalis-santri mendapat 52 persen. Namun Airlangga mengatakan bahwa hasil survei tersebut bukan berarti pasangan santri akan menang, karena politik selalu dinamis,” ucap Airlangga saat merilis hasil survei itu di Surabaya, Minggu (22/10/2017).
Pada Pilkada Jatim 2018 saat ini ada tiga nama yang telah muncul, merupakan berlatar belakang santri. Mereka adalah Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas, pasangan bakal cagub dan cawagub yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sedangkan santri ketiga adalah Khofifah Indar Parawansah yang tengah dalam proses memilih pasangan.
Ketiga nama tersebut besar dalam lingkungan Nahdatul Ulama (NU) yang notabene merupakan kaum santri. Mereka juga tercatat pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Ketiganya akan bertarung untuk merebut suara di Pilkada Jatim yang juga disebut gudangnya pesantren.
Saifullah Yusuf atau Gus Ipul tercatat pernah menempuh pendidikan pesantren di Denanyar, Jombang. Abdullah Azwar Anas yang saat ini menjadi Bupati Banyuwangi merupakan jebolan Pesantren Annuqoyah Sumenep. Sementara Khofifah pernah menjadi santri di Ponpes Tambak Beras Jombang. Jika nantinya Khofifah memilih figur calon wakilnya dari latar belakang santri maka dominasi santri akan semakin kuat pada Pilkada Jatim 2018 ini.
Siapa pasangan Khofifah, saat ini masih digodok oleh tim 9 kyai, dan dijadwalkan akan dirilis sebelum 15 November mendatang. Khofifah sendiri pernah menyebutkan bahwa pasangannya di Pilkada Jatim akan berasal dari kalangan nasionalis-santri.
Sementara pasangan santri Gus Ipul – Azwar Anas diusung PKB dan PDIP. Sedangkan Khofifah diusung 3 partai, yaitu Partai Golkar, Partai Nasdem, dan PPP.
Ping.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: