Connect with us

#2019gantipresiden dan Etika Politik Sehat

Penulis:
Ahmad Silva
(Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang)
Politik Sehat

BENARKAH #2019gantipresiden sudah menjunjung tinggi politik sehat? Pesta demokrasi terbesar di negeri ini sudah semakin dekat. Tahun depan, tepatnya di tahun 2019, kita akan menentukan siapa orang nomor satu yang akan memimpin negeri kita tercinta.

Persaingan politik pun semakin ketat, namun mirisnya, ada usaha-usaha melancarkan politik tak sehat yang berdampak meresahkan, meskipun tak terindikasi menyebar kebencian. Kita ambil contoh sebaran tagar #2019gantipresiden. Sesuaikah frasa ini dengan etika politik sehat yang baik?

Ujaran itu diungkapkan oleh segolongan orang yang cemas dan risau, sehingga memiliki dampak yang memicu kerisauan pada penerima pesan. Dampaknya bukan kebencian, tapi sekali lagi penulis tekankan: kecemasan, kerisauan.

Pencetusnya, sedang cemas dan risau pada ihwal kekuasaan yang tak kunjung diraih golongannya. Sementara lawannya, cemas dan risau karena keterancaman posisi mereka disebabkan ujaran yang terus menerus didengungkan golongan sebelah. Sedangkan masyarakat umum cemas dan risau karena terganggu perselisihan kasar yang semakin menjadi-jadi dan semakin kotor tanpa adanya filter.

Penulis bukan ingin mendiskreditkan tokoh-tokoh dibalik tagar #2019gantipresiden. Yang dikhawatirkan adalah, terciptanya aura ketidaknyamanan dan kegelisahan, yang dampaknya berupa stres yang semakin meluas, ketertekanan akibat ujaran kerisauan yang tidak berujung.

Lalu, apa masalahnya? Mari kita ambil contoh serupa. Tak usah jauh-jauh untuk presiden, kita coba tujukan pada lurah di kampung kita yang saat itu secara hukum telah resmi menjadi pemimpin di kelurahan tersebut. Jika kita serukan kalimat “ganti lurah” misalkan, apakah frasa tersebut terasa netral? Apakah ujaran tersebut aman dampaknya bagi kondisi psikologi masyarakat? Yang jelas, ujaran tersebut pasti menyakiti perasaan dan mampu mematikan karakteristik seseorang.

Bayangkan, pak lurah yang sudah banyak memberikan banyak kontribusi yang baik untuk kelurahan –meskipun mungkin ada yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan segelintir masyarakatnya– dan tidak tersandung kasus hukum apapun, tiba-tiba diseru oleh beberapa warga untuk diganti, atau bahasa lainnya dicopot dari jabatan yang sah.

Elokkah jika karena kekecewaan subyektif dari segelintir orang yang “kurang” sepaham, kemudian diseru dengan kalimat menyakitkan hati semisal “ganti lurah”? Bagaimanakah perasaan lurah kala itu? Bagaimana perasaan warga yang tak punya masalah dengan pak lurah jika terus-terusan didengungkan ucapan atau ujaran senada? Kecemasan, keresahan dan kerisauan pasti akan semakin dirasakan oleh banyak pihak. Bahkan, bisa jadi tetangga desa sebelah menyorot fenomena tersebut, dan ketidaknyamanan pun semakin menyebar luas.

  • Halaman :
  • 1
  • 2
Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya