Facebook Inc., Twitter Inc, dan Google Inc Diundang dalam Audiensi Publik Komite Intelijen Senat
Amerika – Kemenangan Donald Trump di Pemilu Presiden Amerika Serikat beberapa waktu lalu, rupanya masih menyisakan masalah, terkait dugaan penggunaan media sosial (medsos) Rusia yang mempengaruhi Pemilu Amerika tahun lalu. Untuk itu, Facebook Inc., Twitter Inc. dan Google Inc. diundang untuk hadir dalam audiensi publik Komite Intelijen Senat pada 1 November 2017 terkait masalah tersebut.
Dalam undangan yang disampaikan ajudan senat menyebutkan, pejabat ketiga perusahaan tersebut juga diminta hadir dalam persidangan terbuka pada bulan depan oleh Komite Intelijen DPR AS. Seperti dilansir Bloomberg, Panel DPR mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka ingin mendengar pendapat dari perusahaan teknologi informasi tersebut.
Tujuannya, tentu untuk lebih memahami bagaimana Rusia menggunakan platform online untuk menabur perselisihan dan mempengaruhi pemilihan.
Ketua Intelijen Senat Richard Burr, sekaligus anggota partai Republik dari Carolina Utara, mengatakan bahwa dia menginginkan data akuntansi penuh dari Facebook, yang diungkapkan pada bulan September, bahwa orang-orang Rusia tampaknya telah membeli iklan senilai sekitar US$100.000 yang berhubungan dengan pemilihan tahun lalu.
CEO Facebook, Mark Zuckerberg membela perusahaannya dalam sebuah postingan pada akun resminya Rabu (27/9). Mark menolak tuduhan Trump pada hari sebelumnya, bahwa Facebook menentang kampanyenya.
“Setelah pemilihan, saya memberi komentar bahwa menurut saya misinformasi di Facebook mengubah hasil pemilihan merupakan gagasan gila,” tulis Mark, seperti dikutip Bloomberg.
Mark menambahkan, pihaknya akan melakukan bagiannya untuk mempertahankan diri, terhadap negara-negara yang berusaha menyebarkan informasi yang keliru dan mempengaruhi hasil pemilihan.
Karena itu, Mark membela peran perusahaannya dalam pemilihan AS, dan menyangkal pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa jaringan sosial tersebut menentangnya.
Mark telah bertahan selama beberapa pekan terakhir setelah pengumuman, bahwa agen Rusia membeli iklan di Facebook dan membuat akun palsu untuk mengobarkan ketegangan politik di AS menjelang pemungutan suara presiden 2016 silam.
Dalam sebuah posting Facebook pada hari Rabu (27/9), Mark mengatakan, bahwa Trump dan anggota partai liberal kecewa dengan gagasan dan konten di Facebook selama kampanye berlangsung. Mark mencatat, bahwa kampanye 2016 adalah yang pertama di AS di mana media internet menjadi jalur utama dalam komunikasi kandidat dengan pemilih.
Mark juga menunjuk, adanya upaya mempromosikan pemungutan suara yang telah mendorong hampir 2 juta orang untuk mendaftar sebagai pemilih. Dalam postingan yang sama, Mark mengatakan, dia menyesal mengatakan setelah pemilihan bahwa gagasan informasi salah di Facebook mengubah hasil pemilihan adalah gagasan “gila”, menambahkan bahwa komentar tersebut “tidak sopan”.
Sebelumnya pada hari Rabu, Trump dalam akun Twitternya mengkritik Facebook sebagai “anti-Trump” dan menduga perusahaan tersebut berkolusi dengan media lain yang menentangnya.
Facebook adalah bagian dari investigasi Kongres dan pengacara khusus Robert Mueller dalam dugaan keterlibatan Rusia pada pemilu 2016. Karena itulah, Facebook bersama dengan Twitter dan Google diundang untuk hadir dalam audiensi publik Komite Intelijen Senat pada 1 November untuk membahas penggunaan media sosial Rusia dalam mempengaruhi pemilihan presiden AS tahun lalu.
Dalam undangan yang disampaikan ajudan senat tersebut, pejabat ketiga perusahaan juga diminta hadir dalam persidangan terbuka pada bulan depan oleh Komite Intelijen DPR AS.
Pemerintah Amerika, bukan hanya khawatir dengan aktivitas tahun lalu, namun juga ingin mencegah upaya untuk mempengaruhi pemilihan di masa depan. Beberapa anggota partai Demokrat telah meminta perusahaan media sosial, untuk memenuhi persyaratan pengungkapan untuk iklan politik.
Penasihat khusus Robert Mueller juga telah menjadikan Facebook sebagai fokus penyelidikannya, terhadap kolusi antara pemerintah Rusia dan kampanye Donald Trump.
Sementara itu, Pejabat dari Twitter juga dijadwalkan menghadiri pertemuan tertutup pada hari Kamis (28/9) dengan penyelidik Intelijen Senat. Mark Warner, pemimpin tertinggi dari Partai Demokrat di Komite Intelijen Senat mengatakan, bahwa panel tersebut masih belum mendapatkan 3.000 iklan yang dijanjikan Facebook dan yang telah diserahkan ke Mueller.
M Riz
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: