Figur Perempuan Pimpin Selandia Baru Sebagai Perdana Menteri Termuda
Wellington – Tren masyarakat dunia mulai menunjukkan kecenderungan untuk mengapresiasi kehadiran para figur muda untuk menjadi pemimpin dalam kancah perpolitikan. Setelah Perancis memiliki Presiden Emmanuel Macron, adapun Kanada mempunyai Perdana Menteri Justin Trudeau, lalu ada Sebastian Kurtz sebagai Kanselir Austria, kini Selandia Baru mempunyai Jacinda Ardern.
Jacinda Arden, terpilih sebagai Perdana Menteri Selandia Baru setelah Partai Buruh pimpinannya berkoalisi dengan Partai Green dan Partai New Zealand First untuk memenuhi kuota 61 kursi kepemimpinan di parlemen.
Partai Buruh sendiri pada pemilu yang digelar pada September lalu mendapatkan 46 kursi menurut hasil resmi yang diumumkan pada 7 Oktober kemarin. Hasil tersebut tidak cukup mengejar perolehan kursi dari Partai Nasional tempat petahana Bill English bernaung yang berhasil memperoleh 56 kursi.
Namun kekuatan Partai Buruh di parlemen bertambah setelah Partai Green yang memperoleh delapan kursi bergabung, sehingga kekuatan mereka menjadi 54 kursi. Baik Partai Nasional maupun koalisi Partai Buruh dan Partai Green, jumlah kursi masing-masingnya belumlah cukup memenuhi syarat ideal untuk membangun pemerintahan yang diharuskan mengumpulkan 61 kursi.
Alhasil baik Partai Nasional maupun Partai Buruh sama-sama mendekati partai anti-imigran, New Zealand First pimpinan Winston Peters, yang menjadi penentu karena memiliki sembilan kursi. Dan diluar dugaan, akhirnya, pada Kamis (18/10/2017), Peters memilih memberikan kursinya kepada Jacinda Ardern.
Keputusan Peters tersebut tentu saja membuat Partai Buruh dan Ardern bersukacita. “Sungguh momen yang menyenangkan, sekaligus teatrikal,” ucap Ardern kepada The Guardian.
Dalam konferensi persnya Ardern mengatakan bahwa pihaknya akan memastikan Selandia Baru, untuk sekali lagi menjadi negara yang diperhitungkan di dunia. Sebuah negara yang bisa dibanggakan oleh semua rakyat.
Sementara itu pimpinan Partai New Zealand First Winston Peters mengatakan, alasan dirinya memilih Ardern dikarenakan perempuan 37 tahun tersebut merupakan sosok yang sangat luar biasa. Selain itu, Peters juga merasa ide-ide maupun kampanye yang didengungkan Ardern cocok dengan situasi terkini Selandia Baru. Di antaranya adalah pemanasan global yang begitu parah. “Semua orang merasa bahwa kami bisa dan harus berbuat dengan lebih baik lagi,” kata Peters.
Atas perannya membawa Ardern sebagai perdana menteri New Zealand yang baru, maka Peters didapuk menjadi wakil perdana menteri.
Terpilihnya Jacinda Ardern ini menjadikan dirinya sebagai perdana menteri perempuan ketiga setelah Jenny Shipley (1997-1999) dan Helen Clark (1999-2008). Selain itu Ardern juga menjadi pemimpin termuda sejak Edward Stafford yang memimpun Selandia Baru dalam dua periode, 1865-1869 dan 1872.
Baik Ardern maupun Stafford sama-sama berusia 37 tahun ketika pertama kali menjabat. Namun, Ardern berhak menyandang yang paling muda karena lahir 26 Juli. Sedangkan Strafford lahir pada 23 April.
Ping.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: