Connect with us

Format Baru Adu Penalti Antar Arsenal Juara CS 2017

London – Arsene Wenger boleh tersenyum lega sekarang. Setidaknya ia dan timnya kembali mendapat suntikan aura optimistis untuk menyambut Liga Inggris musim ini. Hal ini tak lepas dari keberhasilan mereka memenangi pertandingan pembuka liga, Community Shield, atas rival sekota, Chelsea Minggu (6/8).

Dihadapan pendukungnya di Stadiun Wembley, Arsenal menang 4-1 lewat format baru adu penalti setelah menjalani 90 menit dengan skor sama kuat 1-1. Hasil ini pun membawa Wenger menjadi manajer aktif peraih trofi Community Shield terbanyak dengan 7 buah.

Jalannya pertandingan sendiri bisa dibilang cukup keras. Minus sejumlah pemain terbaiknya, seperti Mesut Oziel, Aaron Ramsey dan Alexis Sanchez di kubu Arsenal serta Eden Hazard, Diego Costa, dan Tiemoue Bakayoko di pihak Chelsea, kedua tim tetap menampilkan pertarungan sengit di sektor tengah.

Panasnya pertandingan tak terlepas dari gol cepat yang terjadi di menit kedua, yang dibuat Victor Moses dan membawa Chelsea unggul 1-0. Gol tersebut jelas menyentak Arsenal. Bolak-balik Lacazette dkk. menggempur gawang Thibaut Courtouis yang pada hari itu tampil gemilang.

Hingga pada menit ke-10, sebuah insiden kartu merah membuat pertandingan kian mendidih. Tackle terlambat Pedro atas Mohamed Elneny, langsung membuat wasit mengusirnya.

Tendangan bebas yang diambil Xhaka Granit, pun langsung disundul Sead Kolasinac dan berbuah menjadi gol. Skor imbang bertahan hingga akhir dan pertandingan terpaksa dilanjutkan dengan adu penalti.

Kartu Merah Pedro Disesalkan Conte

Kartu Merah Pedro Disesalkan Conte

Sistem Baru Adu Penalti

Nah, ini dia yang baru di Community Shield. Jika biasanya tendangan penalti dilakukan bergantian, atau sebut saja dengan format ABAB, kali ini formatnya menjadi ABBA. Format baru ini pun disebut-sebut akan terus diterapkan, utamanya di Piala Inggris.

Jadi singkatnya, bila tim A melakukan tendangan pertama, maka setelahnya diikuti penendang tim B. Nah, setelah itu, penendang jatuh ke pemain tim B lagi baru ke tim A. Mekanisme demikian, menurut Mirror, bakal memberikan efek psikologis. Dalam format ABAB, penendang ke dua di tim B, akan menanggung beban psikologis lebih berat ketimbang penendang sebelumnya. Dengan format ABBA, hal ini jadi diminimalisir.

Empat pemain Arsenal—Theo Walcot, Nacho Monreal, Alex Oxlade Chamberlain, dan Olivier Giroud—mampu menjalankan tugas dengan baik.

Sedangkan di kubu Chelsea, hanya Gary Cahil yang mampu mencetak gol. Sementara Courtois dan Alvaro Morata menjadi korban format baru adu penalti ini setelah tidak mampu menceploskan si kulit bundar ke dalam gawang. Adapun putusan Conte menempatkan Courtois ini banyak dipertanyakan. Pasalnya, cukup jarang menempatkan kiper sebagai penendang penalti ke dua. Tapi, Conte punya pembelaan.

“Dia (Courtois) adalah salah satu penendang terbaik kami,” katanya, seperti yang dikutip dari Express. “Jika kamu memiliki pemain yang mampu memperlihatkan kemampuan menendang yang baik, maka kamu akan memilih dia untuk tendang penalti.”

Toh, menurut Conte, posisi pemain tidak selamanya menentukan kemampuan menendang penalti. Buktinya, Morata. “Dan jangan lupa, Morata yang seorang penyerang, melakukan hal sama (gagal),” katanya.

Courtois, korban pertama format baru adu penalti

Courtois, korban pertama format baru adu penalti

Hasil di Wembley membuat Wenger senang bukan kepalang. Menurutnya, Arsenal sudah menjalani pertandingan yang baik. “Kami sangat dominan di babak kedua. Kami selalu terlihat berbahaya,” katanya, seperti dikutip dari BBC.

Sebenarnya, bila melihat catatan statistik BBC, persentase penguasaan bola kedua tim relatif seimbang, 54 persen untuk Arsenal dan 46 persen Chelsea. Adapun untuk tembakan, Arsenal berhasil melepaskan 11 kali, berbanding 7 milik Chelsea.

“Ini seperti mimpi, membuat suporter senang. Saya ingin mereka berdiri di belakang sebagai sebuah tim untuk melewati periode ini bersama-sama.”

Dengan hasil ini, kini Arsenal telah mengumpulkan total 15 trofi Community Shield. Jumlah itu membawa Meriam London di posisi kedua bersama Liverpool sebagai pemilik trofi terbanyak. Di atas mereka, Manchester United, dengan 21 trofi.

W. Novianto

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya