Connect with us

Freport dan Politik “Devide et Impera”

Atas perintah Presiden Soekarno, pertama kalinya seorang putra Papua Pejuang Irian Barat, yaitu J.A Dimara ikut dalam delegasi Indonesia ke PBB.  Delegasi  dipimpin oleh Menteri Luar Negeri RI Soebandrio pada sidang PBB di New York tanggal 9 Oktober 1961.  Pada pembahasan lanjut tanggal 8 November 1961, kembali dalam delegasi Indonesia diikutkan empat putra-putri Papua, yaitu J.A Dimara ,Merry Papare, Moses Weror dan Mathias Wondiri.  Sedangkan delegasi Belanda yang dipimpin Menteri Luar Negeri Joseph Luns, ada empat orang Papua juga, yaitu Nikolas Jouwe, Tanggahma, Herman Womsiwor dan Markus Kasiepo.

Menlu Soebandrio mengatakan: “ Pada setiap perjuangan untuk kemerdekaan dan kebebasan, negara-negara kolonial selalu mempunyai sejumlah orang yang mau bekerja bagi mereka “(Carmelia Sukmawati,2000).  Surat Kabar Djakarta Daily Mail, 10 November 1961, memuat suatu artikel menarik tentang ketemunya delegasi Indonesia Dimara Cs dan delegasi Belanda Jouwe Cs pada saat makan siang di restoran China Inn yang berada di Forty Seven Street, Broadway, New York. Orang Papua yang berseberangan dalam delegasi tersebut tentunya membawa kepentingan negara masing-masing.  Yang jelas terlihat ada politik “devide et impera” (adu domba) yang dimainkan oleh Belanda maupun Indonesia.  Kalimat terakhir artikel ini mengatakan, “The moral of the  story : It is bad enough that people should be deprived of having contacts with their own folk, but it is even more heartless that they are forbidden to eat their own food” (Carmelia Sukmawati,2000). 

Pernyataan ini mengungkapkan ada catatan moral, bahwa sangat tidak  baik melihat mereka dirampas dari haknya sebagai sesama orang Papua untuk saling menyapa, dan yang paling menyedihkan hati adalah mereka  dilarang untuk makan makanannya sendiri. Ini juga dirasakan masyarakat adat Papua dengan masuknya Amerika melalui Freeport McMoran Copper and Gold Inc di tanah Papua.  Dalam proses semua ini ada keterlibatan CIA melalui Director Center Inteligence/DCI  Allen Dulles pada waktu itu, karena Dulles ada bersama Rockefeller dalam bisnisnya.

Hal ini diungkap banyak pakar-pakar internasional, antara lain Dennis Leith  “ The Politics of Power, Freeport in Suharto’s Indonesia (2003),” demikian juga Bradley.R.Simpson dalam bukunya “Economist with Guns, Authoritarian Development and U.S-Indonesian Relations, 1960-1968 (2008)” serta Greg Poulgrain dalam analisisnya yang tajam berjudul “ The Incubus of intervention, Conflicting Indonesia Strategies of John. F. Kennedy and Allen Dulles (2015).”

Semua rujukan ini dengan gamblang dan sangat rinci mengungkapkan awal mulanya keterlibatan CIA dalam upaya menjatuhkan Soekarno melalui Operasi Hike dengan skenario pemberontakkan yang didalangi oleh DCI Allen Dulles.

Namun Soekarno berhasil menggagalkan semua itu. Soekarno sangat terkenal dengan pernyataan kerasnya pada waktu keluar dari PBB karena masalah Malaysia, dan menghadapi pihak asing dengan slogannya “ Go To Hell With Your Aid–, Pergi Ke Neraka Dengan Bantuanmu”.  Keberadaan  Freeport McMoran Copper and Gold Inc. yang dibantu oleh pemerintahan Otoriter pada waktu itu menggusur masyarakat adat pemilik hak ulayat dengan cara-cara kekerasan. Bila mereka tidak mau keluar malah dibunuh dengan stigma separatis oleh aparat keamanan. Contoh adalah anak adat pemilik hak ulayat di kawasan konsesi Amerika (baca Freeport) Kelly Kwalik dibunuh oleh aparat keamanan yang notabane saudaranya sendiri sebangsa dan setanah air Indonesia demi kepentingan kapitalisme asing. Sangat ironis!! Kita tidak sadar, kalau rela membunuh saudara sendiri karena kepentingan bisnis Amerika.  Kembali lagi kita diadu domba dengan politik  “devide et impera”. Nasionalisme kita sebagai bangsa sirna, karena hanya mengejar royalty dari Freeport McMoran.

Rakyat Papua merindukan kepemimpinan seperti Bung Karno dalam menghadapi pihak asing. Keberanian dan Kebesaran Jiwa Bung Karno ini yang harus kita warisi dari generasi ke generasi, utamanya para Pemimpin Indonesia, agar tidak kehilangan ruh nasionalismenya dalam memimpin bangsanya dimasa kini maupun masa depan.

Kita jangan mau lagi diadu domba  seperti pemerintahan Otoriter yang lalu karena kepentingan kapitalisme asing dan tergiur dengan uangnya, sehingga akhirnya menjual bangsanya sendiri (baca orang Papua) dan membuat mereka menderita selama 40 tahun dan belum dibayar ganti rugi tanah mereka, sejak Freeport mulai beroperasi di Tanah Yang Di Berkati Tuhan Yang Maha Esa yaitu Papua yang dikarunia sumber daya alam yang kaya raya.  Kita harus berani berkata (seperti Bung Karno) : “Freeport McMoran Copper and Gold Inc. Go To Hell With Your Royalty”. Bapak peradaban orang Papua, Pendeta Izaak Semuel Kijne dalam pesan profetisnya mengatakan: “Barang siapa yang bekerja di Tanah ini dengan jujur dan setia, akan berjalan dari satu tanda heran ke tanda heran lainnya”. Artinya mereka yang bekerja di Tanah Papua akan diberkati, manakala jujur dan setia kepada orang Papua. Sebaliknya akan di kutuk oleh Tuhan YME karena membuat rakyat di Tanah Perjanjian Tuhan ini sengsara dan menderita. Kita harus sadar bahwa ada banyak perusahaan anak bangsa Indonesia yang mempunyai kemampuan seperti Freeport dan memiliki hati nurani untuk mendengar suara orang Papua seperti yang ditegaskan oleh Presiden RI  ke-7 Ir. Joko Widodo pada 27 Desember 2014 di Jayapura.

Ada “Lesson learned” dengan keberadaan Amerika melalui Freeport di Indonesia akan selalu melibatkan CIA dalam operasinya. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa pentolan-pentolan CIA ini ikut terlibat didalam kepengurusan pada perusahaan-perusahaan tambang besar Amerika di seluruh dunia.  Hal ini tidak tertutup kemungkinan untuk ikut dibelakang layar melalui “invisible hand” mengadu domba bangsa kita untuk kepentingan kapitalismenya. Untuk itu kita harus waspada agar tidak terjebak dalam perpanjangan kontrak Freeport kedepan. Kita harus jeli mengatur kepentingan Indonesia harus diatas segalanya untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia, khususnya masyarakat asli Papua dalam bingkai NKRI.

Penulis: Ambassador Freddy Numberi, Tokoh Masyarakat Papua

 

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Kendati Rupiah Menguat, Pemerintah dan BI Harus Tetap Antisipatif

Oleh

Fakta News
Pemerintah dan BI
Rupiah menguat perkasa(Ilustrasi)

Kendati nilai tukar rupiah menguat sejak awal pekan ketiga November 2018, pemerintah dan BI (Bank Indonesia) harus tetap antisipatif. Nilai tukar valuta masih akan fluktuatif, karena pasar uang terus dibayang-bayangi oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), menaikkan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR), hingga tahun 2019 mendatang.

Akhir pekan kedua November 2018, rupiah digambarkan sebagai valuta paling perkasa di Asia karena mengalami penguatan sampai 70 poin, atau 0,48% terhadap dolar AS. Pada Jumat (16/11), nilai tukar rupiah sudah memasuki level Rp 14.595 dan Rp 14.665.

Proses penguatan nilai tukar rupiah saat ini tentu tak bisa dilepaskan dari langkah BI menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%, belum lama ini. Namun, proses penguatan rupiah saat ini diasumsikan temporer.

Rupiah – dolar AS, pada dasarnya belum menemukan keseimbangan baru. Terutama karena Fed masih akan menaikkan bunga acuan ke level 3,25 persen hingga 2019, dari posisi dua persen saat ini.

Baca Selengkapnya

BERITA

Mencaci Maki Sekulerisme Tanpa Memahami Maknanya

Oleh

Fakta News

Sudah terjadi berlangsung lama kesalahan dalam pemahaman tentang apa makna sekulerisme. Namun sebagian justru memelesetkan pengertian sekuler dan menjelaskan pada orang yang nggak mengerti. Sekulerisme seolah-olah ingin membuat orang Islam tidak berpolitik. Hal ini tidaklah benar.

Sekulerisme itu adalah konsep yang memisahkan agama dengan kekuasaan politik atau negara, khususnya pada negara bangsa (nation state). Kalau di negara teokrasi mungkin agama dan politik kekuasaan negara bisa saja disatukan. Sayang negara agama yang murni di dunia itu tidak ada.

Islam pada waktu Nabi hidup dan kekhalifahan paska wafatnya Nabi mungkin bisa disebut “negara agama atau negara Islam”. Namun setelah itu “Eksperimen Kekuasaan di Madinah” dianggap gagal. Di Turki dicoba lagi dan juga gagal.

Negara Arab Saudi sendiri mengambil bentuk negaranya sebagai kerajaan dan bukan negara Islam, karena yang disebut dalam Quran adalah kerajaan. Pengertian khilafah berdasar Quran itu dimensi dan skalanya individual bukan dalam skala negara. Dan tatkala Nabi menjalankan eksperimen struktur kenegaraan di Madinah, luas Madinah sebenarnya hanya sebesar 2 kali Kecamatan Mampang.

Sekularisme tersebut dalam sub pemahamannya sering diartikan, yakni berarti pemisahan ambisi berkuasa/berpolitik (dalam kontek kekuasaan negara) dengan kewajiban orang dalam beragama. Nah kalau, dalam kontek negara, orang ingin agama dan kekuasaan disatukan itu tidak bisa dikatakan sekuler atau tidak sekuler. Tetapi penyatuan agama dengan politik (kenegaraan) demikian disebut totaliterianisme agama. Inilah yang dianut HTI, karena itu mereka juga anti demokrasi!

Baca Selengkapnya

BERITA

Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI?

Oleh

Fakta News
Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI ?
Gus Yaqut(Foto: Istimewa)

Berikut tulisan Ayik Heriansyah yang diberi judul Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI. Tulisan Ayik ini mencoba menafsirkan perspektif Gus Yaqut terkait video yang beredar di media sosial.

Seperti diberitakan, GP Ansor, induk dari Banser, angkat bicara soal itu. Ia menyatakan pembakaran sebenarnya dilakukan pada bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sekaligus untuk menjaga kalimat tauhid.

Baca Juga:

Gus Yaqut alias Yaqut Cholil Qoumas selaku Ketua Umum PP GP Ansor menyampaikan persepktifnya terkait kejadian ini. Ia bilang anggotanya melihat bendera tersebut sebagai simbol bendera HTI, ormas yang sudah dibubarkan pemerintah.

Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI ?

Bendera hitam putih yang kerap dibawa aktivis HTI merupakan simbol gerakan pemberontakan (bughat) terhadap daulah Islamiyah (NKRI). Itulah bendera Khilafah ala HTI yang terinspirasi oleh hadits-hadits Nabi Saw tentang liwa rayah. Liwa rayah merupakan bendera simbol kenegaraan kaum muslimin pada hubungan internasional saat itu. Di Indonesia umat Islam sepakat menggunakan bendera Merah Putih sebagai simbol kenegaraan mereka. Itulah liwa rayah kaum muslimin di Indonesia. Bendera pemersatu umat dari Sabang sampai Merauke.

Sebagai muslim/muslimah yang memiliki KTP, SIM dan Buku Nikah NKRI, makan minum, menggunakan mata uang Indonesia fasilitas jalan, bandara, pelabuhan, sekolah, rumah sakit, dsb udah seharusnya aktivis HTI mengusung bendera Merah Putih. Liwa rayah kita semua. Toh Nabi Saw sendiri tidak memerintahkan umatnya menggunakan liwa rayah hitam putih yang bertuliskan dua kalimat syahadat. Bukankah semua hadits tentang liwa rayah hanya bersifat khabariyah informatif tanpa ada qarinah (indikasi) wajib menggunakannya. Sesungguhnya Nabi Saw sudah tau, perihal bendera negara diserahkan kepada sepenuhnya kesepakatan umatnya.

Aksi pamer bendera HTI di wilayah NKRI menimbulkan kegaduhan, fitnah dan memecah belah umat Islam. Bukan hanya NU, Ansor dan Banser, ormas Islam lainnya pembentuk NKRI risih dengan bendera HTI. Sudah pasti tujuan HTI mendirikan Khilafah Tahririyah termasuk bughat. Setiap kegiatan dan atribut yang mengarah kepada bughat dihukumi haram. Sesuai kaidah ushul fiqih yang juga diadopsi HTI yang berbunyi: al-washilatu ila harami muharramah aw haramun.

Langkah-langkah Banser menindak peragaan bendera HTI tidak lain dan tidak bukan demi menjaga persatuan dan kesatuan umat, bangsa dan negara. Yang demikian itu sesuai dengan maqashidusy syariah yakni hifdzul umat, mujtama wa daulah. Inilah esensi dari penerapan syariah.

*Utsman Membakar al-Qur’an*
Pada saat terjadi perang irminiyah  dan perang adzrabiijaan, Hudzaifah Ibnul Yaman yang saat itu ikut dalam dua perang tersebut melihat perbedaan yang sangat banyak pada wajah qiraah beberapa sahabat. Sebagiannya bercampur dengan bacaan yanag salah. Melihat kondisi para sahabat yang beselisih, maka ia melaporkannya kedapa Utsman radhiyallahu ‘anhu. Mendengar kondisi yang seperti itu, Utsman radhiyalahu ‘anhu lalu mengumpulkan manusia untuk membaca dengan qiraah yang tsabit dalam satu huruf (yang sesuai dengan kodifikasi Utsman). (lihat mabaahits fi ‘ulumil Qur’an karya Manna’ al Qaththan: 128-129. Cetakan masnyuratul ashr al hadits).

Setelah Utsman radhiyallahu ‘anhu memerintahkan kepada sahabat untuk menulis ulang al Qur’an, beliau kemudian mengirimkan al Qur’an tersebut ke seluruh penjuru negri dan  memerintahkan kepada manusia untuk membakar al Qur’an yang tidak sesuai dengan kodifikasi beliau. (lihat Shahih Bukhari, kitab Fadhailul Qur’an bab jam’ul Qur’an, al Maktabah Syamilah)

Baca Selengkapnya