Gandeng Thailand, PSSI Ajukan Pencalonan Tuan Rumah Piala Dunia 2034
Bali – Dalam pertemuan delegasi Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, Bali, Sabtu (23/9) telah menelurkan beberapa poin penting. Salah satunya tak main-main, yakni keputusan Indonesia menjadi calon tuan rumah Piala Dunia 2034.
Keputusan ini sendiri sebenarnya sudah direncanakan Juli lalu bahwa Indonesia akan memimpin konsorsium bentukan negara-negara Asia Tenggara untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia. Seperti sudah diprediksi, Indonesia mengajukan berduet dengan Thailand untuk pencalonan.
Hal ini diamini Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria saat jumpa pers selepas acara. Menurut Tisha, Indonesia sudah sangat siap mengajukan diri sebagai tuan rumah bersama Thailand, yang juga juga menyatakan kesiapannya.
“PSSI sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan dukungannya dengan pencalonan kita sebagai tuan ruma Piala Dunia 2034,” ujarnya. Dukungan pemerintah Indonesia, lanjut Tisha, sudah ditandai dengan terbitnya surat dari sekretaris negara.
“Terbitnya surat dari Setneg ini sebagai bukti Pemerintah Indonesia mendukung langkah PSSI untuk mencalonkan diri jadi tuan rumah Piala Dunia bersama Thailand,” imbuh wanita cantik ini.
Adapun pada bulan Juli, saat jabatan Sekjen masih diemban sementara (plt) oleh Joko Driyono, PSSI telah mengatakan pihaknya telah mengajukan proposal tersebut pada pertemuan Federasi Sepakbola Asia di Vietnam medio Juni lalu.
Menurut Jokdri, sapaannya, niat Indonesia untuk menggelar ajang sepakbola paling akbar sejagad itu memang terkesan “ambisius.” Namun ia berdalih konsorsium ASEAN akan memiliki waktu selama 17 tahun untuk merampungkan persiapan.
Tenggat Pencalonan Pada 2026
Seperti diketahui, tenggat terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai calon tuan rumah Piala Dunia 2034 akan jatuh pada tahun 2026. Menyusul masalah infrastruktur dan kondisi geografis, Jokdri memprediksi hanya dua atau tiga negara ASEAN saja yang mampu menjadi tuan rumah Piala Dunia.
“Sudah saatnya Asia Tenggara menyelenggarakan Piala Dunia dan pertumbuhan progresif di Asia, terutama Asia Tenggara, membuat kami optimisi,” imbuhnya.
Satu hal lain yang masih harus dipertimbangkan matang tentu saja pelajaran berharga yang dialami Brasil pada Piala Dunia 2014 lalu. Ya, meski dianggap prestisius, status tuan rumah Piala Dunia tidak serta merta mampu memperbaiki kualitas sepakbola di tanah air. Brasil yang menyelenggarakan Piala Dunia 2014 silam pun menjadi contohnya. Saat ini separuh stadion Piala Dunia di negeri samba itu tidak terpakai dan terancam terbengkalai. Padahal Brasil mengeluarkan dana lebih dari 3 miliar Dollar AS untuk membangun dan merenovasi 12 stadion Piala Dunia.
Sebaliknya bagi FIFA, Piala Dunia 2014 adalah momen sepakbola paling menguntungkan dalam sejarah. Badan dunia sepakbola itu tercatat meraup keuntungan sebesar 1,7 miliar Dollar AS dari Piala Dunia Brasil.
Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: