Seorang Gus yang Mengabdikan Diri untuk Petani
Muhammad Nur Uddin memang dikenal selalu ingin mengabdikan diri. Walaupun dirinya seorang Gus (putra Kiai besar Nahdlatul Ulama), sepertinya ia lebih senang turun ke bawah. Ia lebih memilih bergandengan tangan dengan petani dan membangun pertanian Indonesia menjadi lebih baik.
Pria berusia 49 tahun yang biasa disapa Gus Din tersebut pun rupanya mengikuti semangat ayahnya, KH Oesman Mansoer. Oesman Mansoer adalah ulama, cendekiawan Muslim sekaligus penerima penghargaan bintang gerilya.
Oesman menjadi pemimpin barisan pemuda Sabilililah Jatim serta komandan Laskar Sabilillah Malang saat melawan Jepang. Ia pensiun dari militer dengan pangkat terakhir mayor.
Nah, meski mengalir darah militer, Oesman pun mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan. Lihat sepak terjangnya, ia dekan pertama Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Ia juga mendirikan IAIN Tulungagung, mendirikan SMA Salahuddin Malang, dan mendirikan Universitas Islam Malang (Unisma) tahun 1985.
Ingat juga, di awal-awal, pendidikan Unisma bahkan digratiskan untuk anak Laskar Sabilillah se-Jatim yang rata-rata petani. Untuk operasionalisasi kampus, dibiayai dari uang pensiun KH Oesman Mansoer sebagai tentara dan dari gaji sebagai pengurus MUI Malang.
“Bapak juga mengajak Gus Dur mengajar islamologi di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sukun. Itu soal pembelajaran toleransi antarumat beragama. Umat lain diajak memahami Islam bukan dari sisi akidah, melainkan dari sisi perdamaian dan kebangsaan,” ungkap Gus Din.
Ayahnya itu mengajar islamologi di GKJW Sukun sejak tahun 1965, sedangkan Gus Dur mengajar di sana tahun 1970-an.
Baca Juga:Si Makelar Caregiver
Dari sang ayah pula, Gus Din mengenal buku-buku pemikiran politik, termasuk yang sulit diperoleh di masa Orde Baru. Sebut saja seperti buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels atau Tan Malaka. Ia memang telah membaca buku-buku itu sejak masih sekolah.
Gus Din pun teringat pada ayahnya yang selalu mengatakan seharusnya pemuka agama dan pemimpin umat agama menjadi front penguat sendi-sendi kebangsaan.
Lalu saat duduk di semester tiga Unisma, Gus Din ikut dalam kelompok Studi Mahasiswa Merdeka Malang. Ini adalah kelompok studi mahasiswa yang mengkritisi dampak pembangunan di perdesaan.
Kelompok tersebut pernah mendampingi warga Buring yang merasa dirugikan oleh pembangunan kawasan perumahan Buring Satelitte pada sekitar tahun 1989-1991.
Kelompok ini menjadi satu dari sekian kelompok studi yang terus berjejaring di seluruh indonesia. Mereka memang banyak mengangkat tema-tema kerakyatan sebagai akibat kebijakan pembangunan.
Bisa jadi, pengalamannya saat remajalah yang mendorongnya. Sebab bila sang ayah mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan, Gus Din memilih mengabdikan hidupnya untuk petani.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: