Ilmuwan Indonesia di Panggung Internasional
Jakarta – Ilmuwan Indonesia di panggung internasional mungkin memang sedikit. Namun bagi Edvin Aldrian, justru Indonesia merupakan salah satu negara tujuan banyak ilmuwan di dunia.
Salah satu topik yang terhangat yang tengah jadi perbincangan ilmuwan di dunia tentu saja soal perubahan iklim. Bagi para ilmuwan, perubahan iklim memang menjadi isu yang kompleks.
Perlu banyak pintu untuk memahami dampak perubahan iklim. Edvin sendiri yang sudah bertahun-tahun bergulat dalam kompleksitas persoalan ini mengamininya. Baginya, persoalan perubahan iklim tidak lagi cukup didekat dengan ilmu meteorologi, klimatologi, bioloi, dan seterusnya.
Menurut ilmuwan berusia 48 tahun ini, jika kita ingin mencari solusi untuk mengatasi dampak luas perubahan iklim maka perlu dukungan ilmu sosial, hukum, dan politik. Ilmu-ilmu itu amat penting dalam proses negosiasi untuk kesepakatan global.
Kalangan ilmuwan tahu, Edvin Aldrian adalah salah seorang ilmuwan pelopor yang lama bergelut dalam kompleksitas persoalan perubahan iklim. Ia mengawal isu perubahan iklim komplit dengan segala persoalan sosial politik di dalamnya.
Saat ini ia tercatat sebagai anggota dewan Panel Ahli Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC). Sejak 8 Oktober 2015, Edvin menjadi Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC dalam Bureau for Assesment Report (AR) 6. Hasil AR 6 bakal selesai pertengahan 2022.
Sejak 2014, ia juga menjabat Co-Chair of WMO Comission for Climatology (CCI) Expert Team in Institutional and Infrastructural Capabilities (ET-IIC). Di kawasan Asia-Pasific, Edvin menjadi Co-Vice Chair WMO Regional Association V Working Group on Climate Service (WMO RA V WG-CLS) untuk 2014-2018.
Sebagai ilmuwan Indonesia yang muncul ke lapisan internasional, ia menilai ilmuwan dan peneliti Indonesia terlalu khawatir sementara kreativitas dan “kenekatan” kurang. “Mereka takut produk (isu) lokal tidak akan laku untuk jurnal internasional. Padahal dengan kreativitas yang dimiliki, akan muncul pemikiran yang beragam,” tutur Edvin.
Ini dia. Menurutnya, sering kali peneliti tidak menyadari bahwa isu-isu lokal sebenarnya amat dekat dengan isu utama yang sedang menjadi perhatian dunia. Edvin sendiri mengaku menulis segala hal yang ia sebut “aneh-aneh” mulai kebakaran hutan, soal padi, laut, hingga permodelan dari dalam negeri.
“Saya tidak takut dibilang tanpa spesialisasi. Masalahnya ini adalah ilmu meteorologi terapan. Keenganan penulis berawal dari merasa tidak cukup kreatif untuk menuliskan sesuatu,” katanya.
Karya ilmiahnya terjaring untuk dibaca IPCC pada 2007 bersama dengan dua peneliti Indonesia lainnya. Saat ini ada delapan ilmuwan Indonesia yang karyanya dibaca IPCC.
Perlu diketahui, kini IPCC sedang menyusun laporan tentang apa arti kenaikan suhu 1,5 derajat celcius, sesuai permintaan negara-negara pada Konferensi Perubahan Iklim 2015 di Paris.
Selain itu, akan disusun pula laporan dampak perubahan iklim terhadap laut dan daratan secara khusus 1,5 tahun ke depan.
Laporan tersebut menjadi potret kondisi bumi saat ini yang telah menderita akibat perubahan iklim. Laporan itu akan menjadi stoctaking (inventarisasi) pertama tentang berbagai kondisi bumi sesuai Kesepakatan Paris.
Kesepakatan Paris menargetkan penurunan emisi untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celcius dari suhu pra-Revolusi Industri atau dengan upaya keras menahan kenaikan paling tinggi 1,5 derajat celcius.
Nah, salah satu isu krusial adalah perubahan iklim dan kota kerena lebih dari 50 persen warga dunia tinggal di kota. Dengan gaya hidup perkotaan yang boros energi, warga kota adalah penyumbang emisi terbesar dari transportasi dan gaya hidup yang bergantung pada porduk industri.
Topik khusus Perubahan iklim dan Kota sudah dibahas di Edmonton, Kanada, yang melibatkan 300 kota sedunia.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: