Connect with us

Indonesia Jadi Rujukan Perdamaian Dunia

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan sejumlah pejabat negara lainnya berfoto bersama Petinggi gereja se-Asia untuk menutup penyelenggaraan Asian Youth Day 2017.

Yogyakarta – Sorak-sorai ribuan pemuda se-Asia terdengar begitu riuh siang itu. Satu sama lain bergembira, sambil bernyanyi bahkan menari. Seakan turut larut dalam pesta, cuaca cerah di langit Yogyakarta pun menghampar biru sepandangan mata. Tenda raksasa yang memayungi sesekali ikut berdansa diterpa angin yang menyapa. Kira-kira begitulah suasana hari terakhir penyelenggaraan Asian Youth Day ke-7 yang digelar di Indonesia, Minggu (6/8).

Datang sedari pagi, sekitar 2.140 orang dari berbagai penjuru Asia (22 negara) berkumpul di Lapangan Dirgantara, Kompleks AAU. Mereka bersama-sama mengikuti misa terakhir, setelah menjalani rangkaian acara yang diadakan dari 2-6 Agustus di Jogja Expo Center, Yogyakarta. Penutupan acara pun terasa lebih spesial, lantaran ribuan umat lain yang datang dari segala penjuru Yogyakarta turut hadir untuk mengikuti prosesi misa yang dipimpin Oswald Cardinal Grazias, selaku Presiden FABC (Federation of Asian Bishops Conference). Dengan demikian, kurang lebih ada 21.000 umat Katolik yang berada di Yogyakarta untuk mengikuti misa.

Acara puncak Asian Youth Day pun turut didukung oleh segenap pejabat dan birokrat di Indonesia, dan khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Turut hadir dalam acara puncak Asian Youth Day, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X; Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan; serta tentu saja, Wakil Presiden Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla yang melakukan pemukulan gong sebagai penanda berakhirnya acara puncak Asian Youth Day.

Dalam acara pertemuan pemuda Katolik se Asia itu, JK menyinggung sejumlah konflik panjang berbagai negara kepada ribuan peserta yang hadir. Mulai dari konflik Timur Tengah, Amerika Selatan, dan juga Afrika yang masih terus berlangsung. “Sekaya dan semaju apapun negara itu kalau masih ada konflik dan kekacauan, pasti akan runtuh,“ tegas Kalla dalam pidatonya seusai misa.

Kalla menuturkan, perdamaian menjadi satu syarat mutlak bagi sebuah negara untuk maju dan berkembang. Tak cukup hanya bermodal penguasaan pengetahuan juga kekayaan sumber daya alam dan manusia. “Konflik hanya akan membuat kemunduran sebuah bangsa,” ujar JK. Ia juga meminta pada peserta yang hadir dalam acara itu setelah nantinya pulang ke negara masing-masing tak hanya mengembangkan pengetahuan, namun juga aktif menjaga perdamaian. Baik untuk bangsanya sendiri juga antar bangsa.

Rujukan Perdamaian

Hal yang sama juga diserukan Menpora Imam Nahrawi. Dalam pidatonya, ia menggambarkan bahwa di Indonesia, perbedaan sudah ada sejak lama. Namun meski berbeda-beda, Indonesia terbukti tetap mengakui sebagai sebuah kesatuan bangsa. “Maka tidak salah jika ingin belajar toleransi, belajarlah ke Indonesia,” ujarnya.

Belakangan, lanjut Imam, telah terjadi banyak serangan terorisme yang terjadi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Akibatnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya melahirkan intoleransi yang akhirnya melahirkan sentimen diskiriminitas terhadap golongan minoritas. Berangkat dari situlah Menpora kemudian mengajak seluruh pemuda Asia untuk sama-sama memerangi terorisme dan radikalisme.

“Musuh bersama kita adalah mereka yang ingin menjatuhkan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang diucapkan Paus Franskiskus, kita wajib mengecam apa yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Mengutuk upaya memberhalakan Tuhan dan mengecam segala hal yang merusak dan mengatasnamakan Tuhan,” seru Imam kembali.

Imam pun yakin bahwa tiap agama pasti mengajarkan bagaimana cinta kasih terhadap sesama; menghargai perbedaan dan hidup saling menjaga. “Keyakinan ini kami ingin titipkan kepada seluruh pemuda di seluruh Asia, termasuk peserta Asian Youth Day ke-7, untuk bersama-sama menjaga persaudaraan, memupuk sikap toleransi, dan saling bahu-membahu menciptakan perdamaian dunia. Pemuda memiliki banyak energi dan kreativitas. Itu sebabnya mengapa kita sangat optimistis, mengapa perdamaian dunia bisa diciptakan, dan dilaksanakan oleh pemuda,” tegas Imam.

Dalam kesempatan yang, Imam pun tak lupa untuk mengundang seluruh peserta Asian Youth Day untuk kembali ke Indonesia menyaksikan gelaran Asian Games yang bakal diadakan pada 2018 di Indonesia. “Kabarkan bahwa 2018 Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games. Kabarkan, datang kembali, ajak seluruh teman dan keluarga. Karena Indonesia tidak hanya pantas menjadi tuan rumah saja, tapi Indonesia pantas menjadi rujukan perdamaian,” pungkas Imam yang disambut riuh tepuk tangan ribuan pemuda dari seluruh Asia.

Asian Youth Day 7, menjadi sepenggal sejarah atas perjalanan orang muda Katolik di Asia. Perjumpaan di dalam Asian Youth Day ialah sukacita. Melalui Tuhan, para kaum muda diutus untuk berbagi sukacita dengan orang lain. Dalam perjumpaan ini, para kaum muda menemukan jati diri atas identitas Asia, benua yang indah dan kaya akan negara, agama dan budaya. Asian Youth Day 7 menjadi perantara untuk mempelajari berbagai nilai kehidupan dari realitas multikultural di Asia sekaligus menjadi kesempatan untuk merenungkan iman, harapan dan cinta untuk membawa kabar perdamaian di Asia.

“Saya harap kegiatan ini mendorong kita semua untuk semakin giat dan setia dalam mengikuti Injil, sehingga kehidupan kita dapat dipenuhi dengan kebahagiaan dan iman,” ungkap Mgr. Ignatius Suharyo dalam penutup homilinya.

Asian Youth Day kali ini sukses membawa tema multikultural, salah satunya dengan peran rekan muda Muslim dalam substansi acara. Alissa Wahid dari GusDurian turut hadir pula dalam puncak acara.

Pada acara puncak ini turut dilakukan penyerahan salib AYD kepada tuan rumah AYD selanjutnya. Asian Youth Day selanjutnya akan dilaksanakan di India pada tahun 2020. Tak berhenti pada acara seremonial, AYD dilanjutkan dengan AYMM (Asian Youth Ministers Meeting) sebagai tindak lanjut dan pembuatan rencana jangka panjang bagi kaum muda di Asia. AYMM dilaksanakan di Pasturan Sanjaya Muntilan pada tanggal 6-9 Agustus 2017 dan diikuti oleh para uskup, pastor, serta awam yang terlibat dalam komisi kepemudaan tingkat nasional.

W. Novianto

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya