Para Ilmuwan di Duke University Menemukan Sistem Ideal Menerima Notifikasi
Kadang, di saat rapat, bekerja, atau berada di dalam kelas, notifikasi ponsel kerap mengganggu atau memecah konsentrasi.
Masalahnya, notifikasi ini kadang datang tidak hanya sekali saja. Bisa saja puluhan, bahkan hingga ratusan. Lantaran masalah ini, banyak dari pengguna ponsel memilih mematikan notifikasi. Meski, cara ini terbukti tidak efektif.
Nah, baru-baru ini peneliti dari Duke University melakukan riset untuk menemukan masalah stres akibat notifikasi ponsel.
Hasil laporan yang bekerja sama dengan perusahaan rintisan Synapse tersebut dipaparkan dalam konferensi American Psychological Association oleh salah satu peneliti senior, Nick Fitz.
Menurut Fitz, dari hasil penelitian timnya, setelan notifikasi masuk di layar tiga kali sehari ternyata membuat pengguna tidak merasa terganggu.
Cara tersebut, tambahnya, ikut pula menambah tingkat kebahagiaan orang, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi stres.
Cara ini juga dipandang lebih baik ketimbang mematikan notifikasi. Sebab, pengguna akan cemas bila ada pemberitahuan yang penting, namun tak terbaca.
“Mematikan notifikasi tidak benar-benar ampuh melawan stres. Kita bisa mencoba cara yang lebih pintar,” ujar Fitz.
Metode Penelitian
Fitz dan rekan-rekannya mengambil data responden yang memiliki 60-80 notifikasi per hari. Selama dua minggu, responden tersebut diamati dan mereka dikelompokkan oleh tim ke dalam 4 kelompok.
Kelompok pertama adalah responden yang memeriksa notifikasi atau telepon secara normal. Kedua, kelompok yang menerima notifikasi satu jam sekali.
Ketiga, kelompok yang mendapatkan notifikasi tiga kali sehari—pukul 9 pagi, 3 sore, dan 9 malam. Terakhir, kelompok yang sama sekali tidak menerima notifikasi.
Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pengguna yang menonaktifkan notifikasi justru tetap mengecek ponsel mereka. Selain itu, pengguna yang kerap menerima notifikasi memiliki tingkat produktivitas rendah dan stres yang tinggi.
Nah, kelompok yang mengatur notifikasi yang masuk ke layar tiga kali sehari justru lebih bahagia, positif, produktif, dan dapat mengontrol diri.
Sistem yang Lebih Baik
Menurut Fitz, dibutuhkan sistem ideal yang sadar akan konteks. Artinya, sistem tersebut bisa mengenali notifikasi yang penting bagi pengguna. Selain itu, sistem juga mampu menganalisis waktu yang tepat bagi pengguna dalam mendapatkan notifikasi.
Menurutnya, waktu yang terbaik menerima notifikasi di ponsel adalah saat berangkat kerja, istirahat makan siang, dan sat pulang kerja.
Dengan begitu, meski tetap membuat stres, setidaknya masih bisa dikendalikan dengan beberapa elemen kontrol.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: