Jadi Nomaden Digital, Para Milenial Ini Bekerja Sekaligus Liburan Permanen di Bali
Bali – Jumat telah beranjak sore di Denpasar, Bali. Saat Nick Sarafa, pria asal Michigan, Amerika Serikat, mulai duduk dan memeloti laptopnya di sebuah ruang layaknya sebuah cafe, yang disebut sebagai ruang kerja bersama.
Tempat bekerja tersebut hanya beberapa menit berjalan kaki dari pantai. Memang jauh dari mewah, pintu pun seadanya, dan langit-langit terbuat dari susunan bambu. Namun, fasilitas di ruang kerja bersama ini serba gratis khusus untuk para ‘member’. Untuk masuk ke ruang itu, para anggota harus melepas alas kaki. Di seberang lokasi itu, terlihat fasilitas yang menawarkan pijat satu jam seharga Rp100 ribu.
Sarafa adalah seorang konsultan perangkat lunak yang telah bekerja di berbagai perusahaan dan menetap di Bali selama dua tahun terakhir. Dia adalah bagian dari gerakan kaum yang tengah berkembang dan disebut “Nomaden Digital”. Mereka terdiri dari para milenial yang menjadi pengusaha, perancang, dan pengembang digital. “Kebanyakan orang tidak mengerti bahwa saya bangun tidur, membuka komputer, dan bekerja sehari penuh dari manapun saya berada,” kata Sarafa, seperti diberitakan CNBC, Jumat (18/8).
Popularitas gaya hidup nomaden di kalangan generasi milenial ini telah menumbuhkan platform baru seperti Nomad List, yang memeringkatkan kota-kota di seluruh dunia berdasarkan empat kriteria: biaya hidup, akses internet, keamanan, dan kesenangan. Saat ini Budapest, Hungaria, adalah kota dengan peringkat tertinggi.
Dua nomaden digital lainnya yaitu Cassie Torrecillas dan Shay Orlena Brown, membuat bisnis dari gaya hidup mereka. Mereka membuka “The Bombshells Bucketlist”, sebuah perusahaan yang membantu kaum wanita milenial membangun bisnis online, dengan menyediakan kursus online yang mengajarkan keterampilan seperti desain website dan pemasaran digital.
Torrecillas dan Brown berasal dari AS dan Kanada dan telah tinggal di luar negeri selama empat tahun sekarang, dan sejak tahun lalu mereka menetap di Bali.
“Kami lebih produktif di sini. Jika saya kembali ke Amerika Serikat, khususnya di Orange County, saya tentu harus selalu berada di mobil,” kata Torrecillas. “Pada saat saya pulang, saya sangat lelah, dan saya masih merasa belum menyelesaikan pekerjaan,” tambahnya.
Orang-orang yang skeptis mungkin berpendapat bahwa para nomaden digital ini hanya melakukan liburan permanen dan menghamburkan uang. Tapi bagi mereka sebaliknya.
Torrecillas dan Brown mengatakan bahwa mereka masing-masing hanya membayar sekitar USD500 per-bulan untuk tinggal di villa bersama, lengkap dengan kolam renang. Mereka memiliki pembantu rumah tangga harian dan mendapatkan kelapa segar dan susu almond yang dikirim secara teratur.
Sementara, Sarafa mengaku hanya membayar kira-kira sepertiga biaya sebagian besar kota di AS, termasuk untuk makan. Setiap hari, kapanpun dia suka, bisa pergi berselancar atau melakukan yoga. “Saya tidak pernah lebih bahagia atau lebih sehat dari saat ini dalam hidup saya. Saya berada di sekitar orang-orang yang memotivasi saya untuk bekerja lebih keras dan menjadi lebih sehat, dan menjadi versi yang lebih produktif dari diri saya sendiri.”
Dirinya, tambah Sarafa, membangun pekerjaan di sela-sela gaya hidup, bukan sebaliknya. “Sebagian besar orang yang pernah saya tangani (dalam bisnis) tak pernah berjabat tangan dengan saya,” tandas Sarafa soal bisnis digital global yang ia jalani dan dikontrol dari indahnya hidup di Bali.(Cathy – Ipotnews)
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: