Connect with us

Jokowi Menang Melawan Pasangan Siapapun

Jakarta – Berdasarkan survei yang dilakukan Populi Center Joko Widodo (Jokowi) untuk Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 masih unggul jauh dari kandidat lain.

Populi Center menggelar survei pada periode 7-16 Februari 2018. Jumlah sampel pada survei yang menggunakan metode multistage random sampling itu adalah 1.200 responden. Sedangkan margin of error survei di angka 2,89 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen

Berdasar survei terkini Populi Center, elektabilitas Jokowi di angka 52,8 persen. Namun, elektabilitas Jokowi pada Februari ini justru turun dibanding Desember 2017. “Sebelumnya 54,2 persen,” ujar peneliti Populi CenterHartanto Rosojati di Jakarta, Rabu (28/2).

Prabowo terpaut jauh di bawah Jokowi. Elektabikitas mantan Panglima Kostrad itu hanya 15,4 persen.

Selanjutnya, elektabilitas nama-nama lain masih di bawah 1 persen. Misalnya nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang hanya (0,9 persen), diikuti Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono masing-masing 0,7 persen).

Di urutan 5-10 besar ada sejumlah nama kondang dengan elektabilitas minim. Yakni Jusuf Kalla (0,5 persen), BJ Habibie (0,4 persen), Basuki T Purnama (0,4 persen), Megawati Soekarnoputri (0,3 persen) dan Mahfud MD (0,3 persen).

Populi juga mengukur elektabilitas para tokoh dengan menyusun simulasi pasangan calon presiden-calon wakil presiden. Misalnya Jokowi-Sri Mulyani melavan Gatot Nurmantyo-Anis Baswedan.

Hasilnya, Jokowi-Sri mengantongi elektabilitas 57,3 persen. Sedangkan elektabilitas Gatot-Anies hanya 15,8 persen.

Baca Juga: Survei Populi Center: Elektabilitas Jokowi 52,8 Persen, Masih Teratas dalam Berbagai Pilihan

Hasil survei Populi Center menunjukkan, jika nama Prabowo tidak dimasukkan dalam simulasi, maka elektabilitas pasangan lawan Jokowi hanya kisaran belasan persen.

Sementara itu, apabila nama Prabowo dimasukkan dalam simulasi, maka elektabilitas pasangan lawan Jokowi mencapai di atas 20 persen. Simulasi pertama pasangan Jokowi-Sri Mulyani melawan Gatot Nurmantyo-Anies Baswedan. Hasilnya elektabilitas Jokowi-Sri Mulyani sebesar 57,3 persen, sedangkan Gatot Nurmantyo-Anies Baswedan hanya 15,8 persen.

Simulasi kedua adalah memasangkan Jokowi dengan Airlangga Hartarto, melawan Anies Baswedan-AHY. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Airlangga sebesar 54,3 persen, sedangkan Anies Baswedan-AHY hanya 14,8 persen.

Tapi jika nama Prabowo dimasukkan, maka elektabilitas Jokowi tergerus. Misalnya, Jokowi-AHY melawan Prabowo-Anies. Hasilnya, Jokowi-AHY memiliki elektabilitas 50,8 persen, sedangkan Prabowo-Anies hanya 27,8 persen.

Ada pula simulasi Jokowi-Moeldoko melawan Prabowo-Anies Baswedan. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Moeldoko sebesar 49,1 persen, sedangkan Prabowo-Anies Baswedan mencapai 28 persen.

Terakhir adalah simulasi Jokowi-Muhaimin Iskandar melawan Prabowo-Anies Baswedan. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Muhaimin sebesar 50,6 persen, sedangkan Prabowo-Anies Baswedan sebesar 27,8 persen.

Hartanto menjelaskan, seluruh simulasi itu membuktikan saat ini lawan terberat Jokowi adalah Prabowo. “Elektabilitas Prabowo cenderung masih kuat dari tokoh lainnya,” pungkasnya.

J.Jams

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya