Kesulitan Cari Pasien Rehabilitasi, BNN Luncurkan Aplikasi Rehab Plus
Jakarta – Aplikasi Rehab Plus resmi diluncurkan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Yayasan Generasi Mas. Aplikasi ini memungkinkan pecandu narkoba berkomunikasi dengan tim konseling dengan mengedepankan fitur-fitur bagi para pecandu agar bisa konseling dan terlepas dari jerat narkoba.
Deputi Bidang Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami dalam acara peluncuran mengatakan aplikasi Rehab Plus ini diharapkan bisa memberi motivasi bagi pengguna untuk sembuh melalui fitur komunikasi antara pengguna dengan tim konseling. Selain itu, aplikasi ini dapat memberikan pendidikan pencegahan narkoba, termasuk memberikan informasi terkait dampak negatif mengonsumsi narkoba. “Tujuannya mengembalikan mereka (pecandu) menjadi masyarakat Indonesia seutuhnya,” ujar Diah, Jumat (15/12/2017).
Diah juga mengatakan selama ini BNN kesulitan mendapatkan korban penyalahgunaan narkoba yang mau direhabilitasi. Banyak dari mereka merasa tak butuh diobati. Menurutnya, ada perubahan tren pada pecandu narkoba. Mereka enggan mendatangi pusat-pusat rehabilitasi narkoba. “Misalnya pengguna narkotika jenis sabu-sabu, mereka merasa tak butuh rehabilitasi karena sabu-sabu tak ada sakaunya. Tidak seperti heroin. Jadi mereka merasa tidak sakit, ngapain berobat,” ungkap Diah.
Dari sekitar 4 juta pengguna narkoba di Indonesia, Diah memperkirakan 900 ribu di antaranya butuh direhabilitasi. Meskipun fasilitas pemerintah hanya mampu menampung 25 ribu pasien, pusat rehabilitasi narkoba tidak pernah kepenuhan pasien. “Memang kesadarannya rendah. Mereka baru mau datang kalau sudah mengalami gejala-gejala yang sangat mengganggu atau karena tertangkap polisi,” imbuh Diah.
Lebih lanjut Diah menyebut salah satu penyebab rendahnya keinginan para pecandu narkoba untuk rehabilitasi, mereka takut diobati lantaran takut berhadapan dengan proses hukum. “Perlu diyakinkan oleh semua bahwa rehabilitasi tidak terkait masalah hukum jadi enggak ada tuh orang sudah direhabilitasi lalu dapat tuntutan hukum,” kata Diah.
Untuk itu Diah mengimbau kepada para pecandu narkoba agar tidak takut mendatangi pusat-pusat rehabilitasi. BNN memastikan proses rehabilitasi tidak berkaitan dengan penegakan hukum. Diah mengatakan para pecandu narkoba yang sedang melalui masa penyembuhan justru mendapatkan perlindungan. Pasalnya, semua pasien rehabilitasi narkoba yang ditangani BNN dirahasiakan identitasnya. “Tidak ada yang boleh mengambil nama untuk dijadikan target operasi atau sebagainya. Itu tertutup dan rahasia. Pokoknya kalau sudah direhabilitasi kita orientasinya medis,” imbuh Dia.
Saat ini menurut Diah, BNN juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dari tenaga medis maupun fasilitas rehabilitasi narkoba. Program rehabilitasi yang diberikan oleh tiap pasien juga berbeda-beda. “Baik dari SDM kita latih lebih intesif. Sarana dan prasarananya juga selalu kita tingkatkan,” terang Diah.
Untuk meningkatkan kesadaran para korban untuk mau direhabilitasi, Diah mengatakan maka BNN meluncurkan aplikasi bernama Rehab Plus. Aplikasi ini diharapkan bisa memberi motivasi kepada pengguna untuk sembuh melalui fitur komunikasi antara pengguna dengan tim konseling. “Tujuannya mengembalikan mereka (pecandu) menjadi masyarakat Indonesia seutuhnya,” tutur Diah.
Sementara itu di kesempatan yang sama, pegiat anti narkoba sekaligus penggagas aplikasi Rehab Plus, Aryo Maulana mengatakan, aplikasi tersebut mengedepankan fitur-fitur bagi para pecandu agar bisa konseling dan terlepas dari jerat narkoba. “Selain membantu korban penyalahgunaan narkoba, aplikasi ini dapat dimanfaatkan sebagai kolektif data. Sehingga operator dapat merumuskan seberapa besar korban penyalahgunaan narkoba di daerah tertentu,” kata Aryo.
Aryo mengungkapkan, database dalam aplikasi Rehab Plus ini terhubung dengan database BNN, sehingga kerahasiaan data sangat terjamin.
Aplikasi Rehab Plus bisa diunduh secara gratis di Play Store untuk perangkat dengan sistem operasi Android. Sementara itu, pengguna sistem operasi iOS bisa mengunduhnya Apps Store.
Ping
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: