Khotbah Idul Adha Berbau Politik, Jemaah Langsung Pulang
Jakarta – Dalam sebuah khotbah agama, biasanya ada pesan yang disampaikan dengan kata-kata maupun kalimat yang menyejukkan dan menenangkan hati serta bermanfaat bagi umat yang bersangkutan. Namun apa jadinya, jika khotbah tersebut berisi kata-kata maupun kalimat yang bernuansa provokatif, politis dan jauh dari nilai-nilai keagamaan.
Seperti kejadian beberapa bulan lalu, pada hari raya Idul Fitri 1438 H di saat seorang khatib sedang menyampaikan khotbahnya, tiba-tiba sejumlah jemaah langsung beranjak pergi dan langsung meninggalkan tempat berlangsungnya shalat ied sebelum selesainya khutbah. Ternyata alasan sejumlah jemaah tersebut dikarenakan isi khotbah yang cenderung bernuansa politis dan provokatif, dan mereka sudah jenuh dengan isu-isu agama yang selalu dikaitkan dengan politik.
Hal serupa kini terjadi lagi, yakni pada salat hari raya Idul Adha 1438 H Jumat kemarin (1/9/2017). Seolah tidak belajar dari peristiwa terdahulu, kali ini sebuah masjid di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur ditinggalkan jemaahnya disaat khutbah sedang berlangsung.
Sebuah akun twitter @myusufmusa berkicau dan me-mention akun twitter Presiden Jokowi dan Menag Lukman Hakim Saifuddin serta mengunggah foto-foto lembaran khotbah berjudul “Generasi Muda Ismail, Bangkitlah!”, sontak apa yang dilakaukan akun tersebut menjadi perbincangan warganet.
Akun tersebut berkicau “Yth Presiden @jokowi & Menteri @lukmansaifuddin, Saya sudah capek mendengar khutbah provokatif seperti ini,” sambil menyertakan foto-foto lembaran khutbah.
Tentu saja kicauan Musa ini menimbulkan beragam komentar sesama warganet di twitter. Banyak dari warganet yang menyayangkan isi khutbah yang tidak sesuai tempatnya, adapula yang berkomentar bahwa kejadian serupa juga pernah dialami beberapa warganet didaerah kediamannya.
Dari foto-foto tersebut terlihat banyak dari bagian Khotbah itu terlalu politis. Didalam khotbah di atas, penceramah banyak menyebutkan tentang kegagalan pembangunan Pemerintahan Jokowi. Beberapa bagian Khotbah pun menyinggung tentang Kota Jakarta yang dipimpin oleh orang kafir.
Berikut foto-foto lembaran isi khutbah yang diunggah akun twitter @myusufmusa:
Halaman depan Khotbah Iduladha
Adapun isi khotbah yang menjadi sorotan itu soal perbandingan laju pertumbuhan ekonomi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Jokowi. Laju pertumbuhan, dituliskan dalam isi khotbah, menurun dari angka 6,53% (2012) menjadi 5,11% (2015).
Tak hanya secara nasional, khotbah tersebut juga menyinggung soal jumlah ekspor, serapan pendapatan daerah, dan realisasi anggaran di DKI Jakarta dari zaman Fauzi Bowo (Foke) hingga dipimpin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Salah satu data yang dipaparkan adalah indeks pertumbuhan pembangunan yang menurun dari 6,73% (2011), 6,11% (2013), hingga 5,11% (2015).
Khotbah itu turut menyinggung kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Kebijakan tersebut dinilai telah merugikan masyarakat.
Ada pula pembahasan soal partai Islam di khotbah tersebut. Dalam teks, disebutkan bahwa partai-partai Islam jauh terpuruk dibanding sebelumnya.
Kota Jakarta yang dipimpin oleh orang kafir.
Ping
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: