Lahir Perempuan, Gugatan pun Melayang
Surabaya – Pasangan suami isteri Tomy Han dan Evelyn Soputra, hari ini, Rabu (26/07/2017), melalui tim pengacaranya akan mendaftarkan gugatannya terhadap Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Gugatan itu terkait kasus bayi tabung.
Kasus itu bermula ketika Tomny dan Evelyn berkeinginan untuk memiliki seorang keturunan berkelamin laki-laki. Untuk bisa mendapatkan bayi laki-laki, pasutri yang tinggal di Galaxy Bumi Permai ini mendatangi tempat praktek Dr Aucky Hinting di RSIA Ferina.
Setelah berkonsultasi dengan Dr Aucky, pasutri itu disarankan untuk mengikuti program bayi tabung. Tertarik dengan program bayi tabung ala Dr Aucky, Tomy Han dan Istrinya membayar biaya sebesar Rp 47.680.000. Pada 28 November 2015, Dr Aucky mulai melakukan proses bayi tabung, dengan mengambil preimplantaion embrio normal. Proses pembenihan pun berhasil, Evelyn dinyatakan positif hamil pada 8 Desember 2015.
Namun, pada usia kehamilan di bulan ke 5, keinginan Tomy dan Evelyn untuk mendapatkan bayi berkelamin laki-laki melalui proses bayi tabung kandas. Ternyata, bayi yang dikandung Evelyn berkelamin perempuan. “Dr Aucky mulai lepas tangan dan terkesan tidak mau tanggung jawab dengan janjinya kepada pasien yang menyatakan benih bayi tabung penggugat akan lahir laki-laki,” ujar Eduard Rudy Suharto, kuasa hukum Tomy dan Evelyn di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.
Ironisnya lagi, sejak bayi perempuan itu dilahirkan, kondisi kesehatanya sangat buruk. Hasil bayi tabung itu mengalami gangguan usus yang parah dan kerap keluar masuk rumah sakit. “Sejak lahir hingga usia 6 bulan, bayi itu terus menerus sakit-sakitan,” sambung Eduard.
Selain menggugat perdata ke PN Surabaya, kasus ini juga dilaporkan ke Polda Jatim. “Kami menduga ada mal praktek, karena itu juga sudah kami laporkan ke Polda Jatim dan IDI Jatim ,”ujar Eduard.
Diterangkan Eduard Rudy, persidangan gugatan perdata perkara ini telah mulai disidangkan dengan agenda mediasi. “Tapi Beberapa kali Dr Aucky tidak hadir,”
Membohongi Piublik
Dalam kasus itu, IDI Surabaya dituduh membohongi publik menyangkut hasil sidang kode etik terhadap dokter kandungan Aucky Hinting. Hasil sidang IDI Surabaya menyatakan, bahwa dr Aucky Hinting tidak terbukti melakukan malapraktik. “Hasil sidang kode etik itu sempat dipublikasikan di media massa,” kata Eduard.
IDI Surabaya, menurut Eduard, membohongi publik karena pasangan Tomy Han dan Evelyn Soputra yang dalam hal ini sebagai konsumen jasa medis yang dirugikan tidak pernah dihadirkan dalam sidang kode etik IDI. “Kami meminta agar klien kami dihadirkan, tapi tidak dihiraukan oleh IDI,” jelasnya.
Sementara itu, dikonfirmasi terpisah soal gugatan itu, Ketua IDI Surabaya Brahmana Askandar mengaku tidak tahu menahu soal sidang kode etik terhadap dokter kandungan Aucky. Sebab, dia baru dilantik 9 Juli 2017 lalu, sementara kasus tersebut terjadi pada 2015-2016. “Coba ditanyakan kepada ketua lama saja, dr Pujo Hartono,” katanya melalui pesan singkat kepada Kompas.com.
Aucky sebagai dokter kandungan mengaku, sebelumnya sudah menjalani prosedur sebagai dokter kandungan saat memberikan layanan medis kepada pasangan Tomy Han-Evelyn Soputra. Prosedur dimaksud, adalah memberitahukan kepada calon pasien bahwa meski didukung sentuhan teknologi, program tersebut masih memiliki tingkat kegagalan 15 persen.
M Riz
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: