Mahesa, Si Kerbau Besi dari Klaten
Klaten – “Mau warna apa, Pak? Putih, Merah, atau Kuning?” Kira-kira seperti itulah pertanyaan Sukiyat kepada Presiden Joko Widodo yang mengunjungi bengkelnya, Kiat Motor, di Jalan Solo-Yogya, Mlese, Ceper, Klaten, Jawa Tengah, pekan lalu. Dengan antusias dan bernada harapan tinggi, ia menjelaskan secara rinci mengenai Mahesa, mobil barunya yang memiliki tiga varian.
Untuk pengingat kembali, Sukiyat adalah orang yang sama yang mengembangkan mobil Esemka. Cukup lama tak berkabar, rupanya mekanik berusia 60 tahun asal Klaten ini tetap bekerja dalam sunyi. Sebuah produk anyar bernama Mahesa lahir dalam tiga varian sekaligus.
“Ada 3 jenis. Kendaraan Mahesa double cabin, angkutan barang, dan power take off (PTO) yang disambungkan ke alat pertanian seperti penggilingan padi, dan mesin pompa air,” terang Sukiyat.
Jokowi pun tak menutup kekagumannya. Mahesa yang dalam bahasa Jawa kuno berarti kerbau memang memiliki keunikan tersendiri. Kepada Presiden, Sukiyat menjelaskan bahwa Mahesa merupakan singkatan dari Moda Angkutan Hemat Perdesaan.
Tak asal menyingkat, mobil bermesin Diesel 650 cc dan hanya memiliki satu silinder (rata-rata mobil di pasaran memiliki 4 silinder) memang hanya diperuntukkan untuk di desa, di tengah tegalan sawah, atau perkebunan kecil. Kendaraan ini bisa menempuh jarak 30 kilometer dengan konsumsi bahan bakar solar hanya 1 liter. Sedangkan untuk kecepatan maksimumnya bisa mencapai 55 km per jam.
Nilai tambahnya, selain bisa digunakan alat transportasi layaknya mobil double cabin, Mahesa juga bisa membangkitkan tenaga listrik di tengah sawah yang biasanya gelap gulita. Bahkan, kata Sukiyat, Mahesa juga bisa disulap menjadi mesin penyedot air untuk irigasi sawah, bahkan menyedot banjir di suatu daerah.
Sukiyat mengaku latar belakangnya sebagai petani membuatnya terinspirasi untuk membuat alat transportasi. Karena pendapatan sebagai petani yang tak seberapa, ia ingin terjun langsung membantu para petani untuk menaikkan pendapatannya dengan membuat moda transportasi yang bersahabat.
Meskipun persiapan telah matang dan disusun secara baik, Sukiyat mengaku masih membutuhkan bantuan pemerintah agar mobil ini bisa meluncur di jalanan. Pasalnya, mobil ini belum melalui uji emisi.
“Ini kan pabriknya belum kita buat. Tapi kalau beliau berkenan, nanti ya langsung kita buat. Insya Allah Agustus 2018 sudah bisa kita produksi. Dari tiga jenis tadi, harganya Rp70 juta, Rp60 juta, dan Rp50 juta,” jelas pria yang cuma memegang ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini.
Pelajaran dari Esemka
Anehnya, Sukiyat justru sempat menolak mobilnya disebut mobil Mahesa. Ia mengatakan khawatir “serangan” politik akan marak, persis saat ia memproduksi purwarupa Esemka sekitar lima tahunan lalu.
Pemikirannya, menggunakan nama mobil berarti berpotensi menyaingi produk produk serupa buatan negara lain. Apalagi warga Indonesia memiliki kecintaan tanah air dan nasionalisme yang tinggi.
Namun, menurutnya, secara bisnis, nasionalisme ini bisa jadi ancaman. Yang terancam tentu saja produsen luar negeri yang berpuluh tahun menginjakkan kaki di negeri ini dan mendirikan pabrik pabrik besar di Indonesia.
Walhasil, lihat yang terjadi pada Esemka. Mobil yang pernah digunakan Joko Widodo kala masih menjabat Wali Kota Solo (2005-2012) sebagai kendaraan operasional Wali Kota itu kalah di pasaran. Mobil yang seratus persen buatan Indonesia itu sepi investor yang berminat menanamkan modalnya.
Hingga saat ini, Esemka pun belum diproduksi massal. Data hasil pengujian di Balai Termodinamika Mesin Propulsi Serpong pada 7 Februari 2012 menyatakan Esemka belum memenuhi standar Kementerian Lingkungan Hidup.
Mobil Esemka menjalani uji emisi kedua pada pertengahan Juni 2012. Hasilnya, kendaraan ini berhasil memenuhi ambang batas, yaitu untuk CO di bawah 5 gram per kilometer dan untuk HC+NOX di bawah 0,70 gram per kilometer.
Selanjutnya pada April 2016, perusahaan yang akan memproduksi mobil Esemka, PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH), masih menunggu izin manufaktur dari Kementerian Perindustrian. Izin tersebut diperlukan agar mereka bisa memproduksi kendaraan bermotor.
Lantas Apa Kata Jokowi?
Apresiasi tinggi pun disampaikan Jokowi terhadap Sukiyat dan “Sukiyat-Sukiyat lainnya” yang tersebar di Indonesia. Ia juga meminta agar mobil produksi dalam negeri dapat kompetitif secara harga dan kualitas di pasar.
“Ini rencananya untuk kendaraan desa. Tadi dihitung-hitung saya tanya harganya berapa sih? Jatuhnya Rp60 juta hingga Rp70 juta. Kalau Rp60-70 juta saya kira banyak yang beli. Tapi sebulan bisa produksi berapa? ‘Feasible‘ atau tidak ‘feasible‘ secara bisnis? Bussines plan-nya seperti apa? Marketingnya ke siapa? Harus sudah rinci, harus sudah jelas,” kata Presiden selepas kunjungannya, seperti dilansir Antara, Senin (18/9).
“Kalau pemerintah terlalu membantu, jadinya nanti tidak bisa kompetitif di pasar. Pemerintah itu tadi mendukung sertifikasi, mendukung uji emisi. Kalau perlu hal-hal yang berkaitan dengan pajak barang mewah karena ini kan produk dalam negeri, mungkin bisa dibantu. Jangan sampai semuanya disuntik dari pemerintah,” kata Jokowi kembali.
Menurut Jokowi, bila pemerintah terlampau membantu, maka ketika bantuan pemerintah dihentikan, produksi mobil juga terancam berhenti. “Enggak boleh seperti itu,” ungkap Presiden.
Terkait mobil Esemka yang juga ikut diproduksi oleh Kiat Motor, Presiden mengatakan bahwa pemerintah sudah cukup membantu. “Di situ tadi, saat kita masih memberikan dukungan, memberikan dukungan uji emisi, dukungan sertifikasi, itu tugas pemerintah. Setelah itu, itu tugasnya PT (perusahaan), tugas industri,” imbuhnya.
Bila rencana bisnisnya menarik, Presiden pun yakin investor akan tertarik dengan mobil Esemka maupun Mahesa. “Ya pasca (produksi) itu, harusnya kan dihitung. Kalau ‘feasible‘ secara bisnis, ya akan banyak orang yang ingin menginvestasikan biaya itu. Tapi ya ditunggulah tanggal mainnya. Baik untuk Mahesa dan nanti Esemka,” pungkasnya.
Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: